Kira-kira, apa yang akan dilakukan Rama, ya? Terima kasih teman-teman pembaca yang sudah membaca cerita ini. Tetap ikuti petualangan Rama dan sistem on shop di masa 700-an Masehi, ya. Sampai jumpa!
"Beraninya kamu menghina keluarga kerajaan!!" Jaya akan maju menghajar pak Arya, namun Rama kembali menahannya. Saat ini jika Jaya menghajar Pak Arya, ia hanya akan menimbulkan masalah baru. Terlebih Rama tidak ingin pak Arya merasa lebih sombong ketika yakin keluarga Adipati memang dibuang. "Paman... Kami kesini ingin membayar upeti, bebaskan keluarga kami!" Mendengar kata-kata Rama mata Arya kembali dipenuhi rasa tamak akan kekayaan. "Aku tidak akan menerima kurang dari 25%!! Jika kalian memberikan kurang dari itu maka keluarga kalian akan aku tahan!!" "Kami menjual 40kg cabai dikali dengan 1 logam emas, sama dengan 40 logam emas, jika 25% untuk paman, maka kami membayar 10 logam emas untuk paman. Masing-masing dari kami akan membayar 5 logam emas." kata Rama kemudian menyerahkan 5 logam emas,disusul pak Suli yang juga memberikan 5 logam emas kepada pak Arya. Untung saja ia mendengarkan nasehat Rama untuk menukar 1 batang emas dengan beberapa logam emas dan perak. Pak Arya me
Rama tersenyum puas, ternyata begitu mudah mempengaruhi orang-orang di masa ini, terutama yang tamak. Pemuda itu kini berbisik kepada pak Arya, membuat mata pak Arya berbinar. Kemudian ia mengangguk. Para pengawal yang memperhatikan dari kejauhan menatap bingung. Mereka melihat Rama mengeluarkan suatu kotak kayu dan memberikannya pada pak Arya. "Apa itu?" *** Di sisi lain, Pak Andik berlari tergopoh-gopoh ke arah gerbang rumahnya diikuti para pegawainya, pak Andi seorang Menteri Perdagangan datang berkunjung ke rumahnya. "Terima hormat Tuan Besar!" Pak Andik menangkupkan tangannya. "Langsung saja, ada hal penting yang ingin aku bicarakan!" kata pak Andi. Pak Andik langsung mengangguk paham dan mengajak pak Andi ke ruang pertemuannya. Sesampainya di sana sudah ada beberapa hidangan, secara khusus pak Andik juga meletakkan bubuk cabai original dan rumput laut di atas meja. Baunya tercium sangat kuat, membuat pak Andi langsung memperhatikan kotak itu. "Aku membutuhkan bantu
"Tuan Muda Rama..." Pak Arya datang dengan senyuman di wajahnya. Dan memamerkan cincin giok hijau di jarinya. Tadi malam Rama memberikan 1 kotak suplemen, 1 buah sabun batangan dan 1 cincin bermatakan giok hijau. Di zaman ini tak banyak pejabat yang mampu memiliki cincin bermatakan giok hijau, bahkan ukiran cincin ini begitu indah dan elegan. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau. Jelas cincin yang Rama hadiahkan adalah cincin yang ia beli dari onshop, Rama hanya melihat pak Arya ini orang yang suka memperhatikan penampilannya, jadi memberi hadiah berupa cincin. Rama bahkan tak pernah menyangka kalau pak Arya menyukai hadiah yang Rama berikan. "Pak Arya..." "Saya dengar Tuan Muda Rama mencari orang untuk membuat tambahan kamar?" 'Lihatlah, bahkan hadiah bisa membuat sikap orang menjadi ramah dalam semalam!' Batin Rama. "Benar, apa paman punya kenalan?" "Hahaha....aku adalah kepala desa, aku tau warga yang bisa membantumu Tuan Muda." Lanjutnya lagi. "Baiklah...bisa
Maslianur tertidur setelah meminum obat. Rama memintanya untuk tetap tinggal hingga keadaannya pulih, namun Maslianur mengkhawatirkan keadaan adiknya. Anisa sendirian di rumah dalam keadaan sakit, Maslianur harus segera pulang. Tapi ia tak berdaya, obat yang ia minum membuatnya merasa tidak bisa menahan kantuk. Mungkin ia akan tidur sebentar, setelah itu ia harus kembali. 10 kotak boncabai dan 2 kotak "hadiah" sudah Rama siapkan menjadi 1 di dalam kain. Mudah buat utusan pak Andik membawanya saat itu juga. Pak bima dan ibu Sri datang, mereka menginfokan jika Santi sudah berangsur sembuh. Bahkan memuji Alan dan adik-adiknya yang membantu pekerjaan di rumah pak Wijaya. Mereka anak-anak yang tau budi. "Loh nak...gambar apa ini?"tanya ibu Sri. "Desain gambar kamar bu," jelas Jaya. "Oiya pak, tanah rumah kita ini batasnya darimana sampai mana?" tanya Rama. Pak Bima kemudian keluar rumah diikuti Rama dan Jaya. Kemudian menunjuk dari ujung kiri ke ujung kanan. Tanah mereka tidak term
"To...tolong jangan hancurkan pondok kami!" Para prajurit kerajaan mulai menghancurkan beberapa kemah. Mereka juga sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun, ini adalah perintah dari Kerajaan. Utusan timur akan datang sebagai perwakilan perdamaian antara bangsa Barbar dan kerajaan Bamaraya, sehingga pihak kerajaan tidak ingin kawasan Mekaragung yang menjadi tempat pertemuan, dianggap sebagai salah satu ibu kota provinsi yang kumuh. "Tidaaak!!" "Jangan!!" "Dasar prajurit kejam! biadab!" "Kami akan tinggal dimana? Huhuhu..." "Pondokku..." "Huhuhu..." Suara tangis dan teriakan ada dimana-mana, kini kemah mereka terbakar oleh api. Bahkan jika mereka melawanpun, mereka hanya akan babak belur. Seperti para pemuda yang mencoba melawan, namun pada akhirnya hanya mengalami kekalahan. Para prajurit itu memiliki tubuh yang bugar, sedangkan mereka hanya warga miskin yang bahkan tidak memiliki tenaga. Bagaimana bisa melawan prajurit?! Pandu menangis meratapi kemah mereka yang terbakar,
Yang terhormat Pak Andik Pratama Paman, aku sudah menyiapkan 5 kotak boncabai original dan 5 kotak boncabai rumput laut. Jika bukan karna paman menaikkan harga, aku tidak akan buru-buru menyiapkan barangku. Namun, paman tidak perlu khawatir. Aku juga menyiapkan beberapa hadiah kecil untuk paman. Lembar surat selanjutnya adalah resep hadiah bumbu RENDANG. Paman bisa memasaknya dengan olahan daging sapi atau ayam. Hati-hati paman, bumbu ini bisa membuat candu...jika paman ingin membeli bumbu ini, paman harus memikirkan harga terbaiknya. Salam Rama Pak Andik menatap isi surat itu dengan mata berbinar. Ia melihat ada 2 kotak hadiah yang isinya sama. Pak Andik paham jika Rama ingin menghadiahkan kotak yang satunya untuk Menteri Perdagangan. Isi kotak itu ada 1 sabun batangan yang dibungkus dengan kain kasa dan 1 kotak bumbu Rendang. Bahkan di surat resep yang Rama tulis, bumbu ini bisa bertahan hingga 1 bulan! Pak Andik kembali kagum, ia kadang penasaran bagaimana cara Rama memperole
Hari ini musim hujan telah berakhir, berganti ke musim gugur ditandai dengan penampakan langit yang dipenuhi awan tipis dengan angin tanpa hujan. Rama mulai merenovasi beberapa bagian rumahnya. Dengan bantuan pak Joko dan anak-anaknya, Rama membuat 5 kamar di rumah itu, dengan ruang tamu yang besar, dapur yang bernuansa cafe dan teras rumah yang dipagari beberapa bunga krisan dan bunga mawar merah. Bunga ini dipilih langsung oleh ibu Sri, sangat cocok ketika bunga-bunga indah ini berada di teras rumah, untuk menemani minum teh. Dalam hal merenovasi rumah, pak Joko mengajak kedua anak kembarnya Dani dan Doni yang berusia 16 tahun. Rama merasa puas pada hasil pekerjaan mereka yang termasuk cepat dan rapi. Padahal selama ini mereka hanya menggunakan alat-alat manual dan sangat tradisional! Sementara pak Joko dan anak-anaknya sibuk membuat greenhouse yang Rama minta, Rama, Jaya dan pak Bima, membantu warga yang sibuk menyiapkan festival musim gugur yang akan diselenggarakan di desa Kunc
Pagi ini beberapa warga desa Mekarsari memanen hasil pertanian mereka, mereka dengar keluarga Rama juga memanen hasil cabai mereka. Para warga ingin mendapatkan keuntungan seperti keluarga pak Suli yang kemaren mendapatkan banyak emas. Kali ini Rama akan mencoba menjualnya ke desa Kuncup, dari informasi yang Rama dapatkan. Desa Kuncup adalah salah satu desa yang sangat bagus untuk berdagang dan melakukan pertukaran barang. Tentu saja Rama tidak hanya menjual cabai, sudah ada beberapa item barangnya yang laku terjual. Namun kali ini Rama akan menjual barang yang berbeda, setidaknya Rama akan melihat situasi desa Kuncup sebelum memutuskan akan menjual barang apa. "Tuan Muda Rama, ini kereta kudanya." Pak Arya berbaik hati meminjamkan kereta kuda miliknya. Karna pak Wijaya juga akan membawa banyak barang, sehingga tidak memungkinkan bagi Rama menumpang di kereta kuda miliknya. "Terima kasih paman!" Rama bukan orang yang tak tau diri, ia menyewa kereta kuda milik pak Arya dengan harga