Share

bab 18

Author: Ummi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Tuan Muda Rama..." Pak Arya datang dengan senyuman di wajahnya. Dan memamerkan cincin giok hijau di jarinya.

Tadi malam Rama memberikan 1 kotak suplemen, 1 buah sabun batangan dan 1 cincin bermatakan giok hijau.

Di zaman ini tak banyak pejabat yang mampu memiliki cincin bermatakan giok hijau, bahkan ukiran cincin ini begitu indah dan elegan. Membuat siapapun yang melihatnya akan terpukau.

Jelas cincin yang Rama hadiahkan adalah cincin yang ia beli dari onshop, Rama hanya melihat pak Arya ini orang yang suka memperhatikan penampilannya, jadi memberi hadiah berupa cincin. Rama bahkan tak pernah menyangka kalau pak Arya menyukai hadiah yang Rama berikan.

"Pak Arya..."

"Saya dengar Tuan Muda Rama mencari orang untuk membuat tambahan kamar?"

'Lihatlah, bahkan hadiah bisa membuat sikap orang menjadi ramah dalam semalam!' Batin Rama.

"Benar, apa paman punya kenalan?"

"Hahaha....aku adalah kepala desa, aku tau warga yang bisa membantumu Tuan Muda." Lanjutnya lagi.

"Baiklah...bisa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 19

    Maslianur tertidur setelah meminum obat. Rama memintanya untuk tetap tinggal hingga keadaannya pulih, namun Maslianur mengkhawatirkan keadaan adiknya. Anisa sendirian di rumah dalam keadaan sakit, Maslianur harus segera pulang. Tapi ia tak berdaya, obat yang ia minum membuatnya merasa tidak bisa menahan kantuk. Mungkin ia akan tidur sebentar, setelah itu ia harus kembali. 10 kotak boncabai dan 2 kotak "hadiah" sudah Rama siapkan menjadi 1 di dalam kain. Mudah buat utusan pak Andik membawanya saat itu juga. Pak bima dan ibu Sri datang, mereka menginfokan jika Santi sudah berangsur sembuh. Bahkan memuji Alan dan adik-adiknya yang membantu pekerjaan di rumah pak Wijaya. Mereka anak-anak yang tau budi. "Loh nak...gambar apa ini?"tanya ibu Sri. "Desain gambar kamar bu," jelas Jaya. "Oiya pak, tanah rumah kita ini batasnya darimana sampai mana?" tanya Rama. Pak Bima kemudian keluar rumah diikuti Rama dan Jaya. Kemudian menunjuk dari ujung kiri ke ujung kanan. Tanah mereka tidak term

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 20

    "To...tolong jangan hancurkan pondok kami!" Para prajurit kerajaan mulai menghancurkan beberapa kemah. Mereka juga sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun, ini adalah perintah dari Kerajaan. Utusan timur akan datang sebagai perwakilan perdamaian antara bangsa Barbar dan kerajaan Bamaraya, sehingga pihak kerajaan tidak ingin kawasan Mekaragung yang menjadi tempat pertemuan, dianggap sebagai salah satu ibu kota provinsi yang kumuh. "Tidaaak!!" "Jangan!!" "Dasar prajurit kejam! biadab!" "Kami akan tinggal dimana? Huhuhu..." "Pondokku..." "Huhuhu..." Suara tangis dan teriakan ada dimana-mana, kini kemah mereka terbakar oleh api. Bahkan jika mereka melawanpun, mereka hanya akan babak belur. Seperti para pemuda yang mencoba melawan, namun pada akhirnya hanya mengalami kekalahan. Para prajurit itu memiliki tubuh yang bugar, sedangkan mereka hanya warga miskin yang bahkan tidak memiliki tenaga. Bagaimana bisa melawan prajurit?! Pandu menangis meratapi kemah mereka yang terbakar,

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 21

    Yang terhormat Pak Andik Pratama Paman, aku sudah menyiapkan 5 kotak boncabai original dan 5 kotak boncabai rumput laut. Jika bukan karna paman menaikkan harga, aku tidak akan buru-buru menyiapkan barangku. Namun, paman tidak perlu khawatir. Aku juga menyiapkan beberapa hadiah kecil untuk paman. Lembar surat selanjutnya adalah resep hadiah bumbu RENDANG. Paman bisa memasaknya dengan olahan daging sapi atau ayam. Hati-hati paman, bumbu ini bisa membuat candu...jika paman ingin membeli bumbu ini, paman harus memikirkan harga terbaiknya. Salam Rama Pak Andik menatap isi surat itu dengan mata berbinar. Ia melihat ada 2 kotak hadiah yang isinya sama. Pak Andik paham jika Rama ingin menghadiahkan kotak yang satunya untuk Menteri Perdagangan. Isi kotak itu ada 1 sabun batangan yang dibungkus dengan kain kasa dan 1 kotak bumbu Rendang. Bahkan di surat resep yang Rama tulis, bumbu ini bisa bertahan hingga 1 bulan! Pak Andik kembali kagum, ia kadang penasaran bagaimana cara Rama memperole

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 22

    Hari ini musim hujan telah berakhir, berganti ke musim gugur ditandai dengan penampakan langit yang dipenuhi awan tipis dengan angin tanpa hujan. Rama mulai merenovasi beberapa bagian rumahnya. Dengan bantuan pak Joko dan anak-anaknya, Rama membuat 5 kamar di rumah itu, dengan ruang tamu yang besar, dapur yang bernuansa cafe dan teras rumah yang dipagari beberapa bunga krisan dan bunga mawar merah. Bunga ini dipilih langsung oleh ibu Sri, sangat cocok ketika bunga-bunga indah ini berada di teras rumah, untuk menemani minum teh. Dalam hal merenovasi rumah, pak Joko mengajak kedua anak kembarnya Dani dan Doni yang berusia 16 tahun. Rama merasa puas pada hasil pekerjaan mereka yang termasuk cepat dan rapi. Padahal selama ini mereka hanya menggunakan alat-alat manual dan sangat tradisional! Sementara pak Joko dan anak-anaknya sibuk membuat greenhouse yang Rama minta, Rama, Jaya dan pak Bima, membantu warga yang sibuk menyiapkan festival musim gugur yang akan diselenggarakan di desa Kunc

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 23

    Pagi ini beberapa warga desa Mekarsari memanen hasil pertanian mereka, mereka dengar keluarga Rama juga memanen hasil cabai mereka. Para warga ingin mendapatkan keuntungan seperti keluarga pak Suli yang kemaren mendapatkan banyak emas. Kali ini Rama akan mencoba menjualnya ke desa Kuncup, dari informasi yang Rama dapatkan. Desa Kuncup adalah salah satu desa yang sangat bagus untuk berdagang dan melakukan pertukaran barang. Tentu saja Rama tidak hanya menjual cabai, sudah ada beberapa item barangnya yang laku terjual. Namun kali ini Rama akan menjual barang yang berbeda, setidaknya Rama akan melihat situasi desa Kuncup sebelum memutuskan akan menjual barang apa. "Tuan Muda Rama, ini kereta kudanya." Pak Arya berbaik hati meminjamkan kereta kuda miliknya. Karna pak Wijaya juga akan membawa banyak barang, sehingga tidak memungkinkan bagi Rama menumpang di kereta kuda miliknya. "Terima kasih paman!" Rama bukan orang yang tak tau diri, ia menyewa kereta kuda milik pak Arya dengan harga

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 24

    Paman Zao adalah salah satu pawang obat yang terkenal di Mekaragung, sudah 2 hari ini ia dimintai tolong oleh Maslianur untuk merawat Pandu. Luka luar Pandu mulai sembuh, namun luka dalam memerlukan waktu setidaknya seminggu untuk kembali ke sedia kala. Setidaknya luka Pandu bukanlah luka berat, rupanya organ didalam tubuhnya ia lindungi dengan baik saat dipukuli. Paman Zao memeriksa nadi Pandu, anak itu menatap paman zao dalam keadaan sadar. Ia ingin segera sembuh, dan membawa paman zao untuk mengobati ayahnya. Pandu merasa ia sudah terlalu lama meninggalkan ayahnya. Paman Zao mengusap janggutnya, mengambil ramuan obat yang sudah ia racik. Obat yang terbuat dari akar kipakan ini sangat ampuh untuk mengurangi nyeri luka dalam. Paman Zao menyodorkan ramuan itu untuk Pandu minum, Pandu meminum obat akar kipakan itu dengan susah payah. Rasanya sangat pengar!! "Paman Zao, maukah kau ikut untuk mengobati bapakku?" pinta Pandu. Paman Zao menatap Maslianur, bukannya ia tak mau membantu

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 25

    "Apa kita harus melakukan ini?!" "Mau bagaimana lagi?!" "Kalau kita tidak melakukan ini, kita akan mati kelaparan!!" "Tapi ini suatu kejahatan!!" "Iya, lebih baik kita jadi pengemis daripada jadi perampok!!" "Kalau kau tidak mau jadi perampok ngapain kau ikut?!" "Aku juga tidak tau kenapa aku ikut!" "Makanya kau tidak perlu ngomong!!" "Ssttt... Diam!! ada kereta kuda yang lewat!!" Para pria tua itu langsung memasang penutup wajah, mereka adalah warga perkemahan. Para petua yang sebenarnya juga tidak memiliki tenaga. Namun keadaan memaksa mereka untuk menjadi perampok, selama 2 hari ini mereka sudah tidak makan. Hanya meminum air untuk mengisi perut mereka dan warga lainnya. "BERHENTI!!" Mereka melompat di depan kereta kuda, membuat kusir menghentikan kereta kudanya. Para pria tua itu memegang cangkul, arit, tombak, kayu, batu dan pisau dapur. Mereka berenam mengepung kereta kuda! "Se... Serahkan barang bawaan kalian!!" "Iya!! Keluarkan barang di dalam kereta!!" Rama y

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   Bab 26

    'Bagaimana bisa, pemuda pesolek ini meracik obat?!' 'Mana mungkin?!' paman Zao mengikuti Rama sedari perkemahan hingga masuk ke desa Kuncup. Bahkan Rama merasa canggung dengan tatapan tajam paman Zao. Ketika Rama sedang ke kamar kecil, paman Zao juga menunggu di depan kamar kecil. Ketika Rama berbelanja, paman Zao juga mengikuti di belakangnya. Bahkan Rama tidak mengerti, mengapa paman Zao mengikutinya setelah bertanya soal gel pendingin luka? apa jenis obat itu juga belum ditemukan saat ini? Sampai ke puncak acara festival, paman Zao masih mengikuti Rama. Bahkan Maslianur bingung harus bersikap bagaimana dengan paman Zao. Paman Zao ini tipe orangtua yang keras kepala, penuh obsesi dan rasa penasaran yang tinggi. Jika ia belum melihat Rama meracik obat, ia tidak akan mengakui keahlian Rama!! Padahal Rama tidak terlalu peduli dengan pendapat paman Zao. Bagi Rama adalah ia hanya harus membantu disaat ia diperlukan. Rama tak begitu peduli pada pandangan orang lain. "Hei Ram, siapa

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   Bab 149

    Andonesia, tahun 2075 Dunia hari ini mengalami kehancuran karena pengrusakan lingkungan oleh perusahaan maupun perorangan. Tapi, manusia tak peduli. Mereka justru berperang di bawah iklim yang berubah total dan tak sadar sebuah batuan besar dari langit menghantam bumi. Semua orang dalam keadaan panik, berlari tanpa tujuan. Bumi gelap seketika ketika kabut hitam aneh datang sementara listrik tengah padam. "Uuuhhh....!" Seorang pria tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, seolah-olah ia sudah tiduran terlalu lama. Pria itu menatap sekitarnya hingga akhirnya beradu pandang dengan perawat yang baru saja memasuki ruangannya dengan ekspresi terkejut. "Dokter Angel! Pasien nomor 10 akhirnya sadar." Perawat tersebut langsung mengabari seorang dokter cantik yang sedang menulis di ruangannya. Mendengar pasien dengan nomer 10 akhirnya sadar, Angel langsung mengikuti perawat yang tadi mengabarinya. "Klek!" Angel membuka pintu itu dan menatap pasien nomer 10 dan langsung

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 148

    "Dar!!" "Tuan Muda!" jerit Lilia. "Kau sangat berani!!" Baxia mengayunkan ekornya untuk menghantam Jenderal Kris, tubuh Jenderal Kris melayang jauh hingga menghantam badan kapal yang lain, ia mengeluarkan darah dan mati di tempat. 'Bagaimana dengan Tuan Muda?'tanya Lilia. 'Tenanglah baby, aku akan membawa Tuan kembali setelah memberi mereka pengajaran.' Baxia berbalik dan memperlihatkan aura yang sangat dominan serta mengerikan, seketika air laut di sekitar kapal Mamarika bergemuruh. "PULANGLAH DAN JANGAN KEMBALI!! ATAU AKU AKAN BUAT PERHITUNGAN DAN MENGHANCURKAN BANGSA KALIAN!" suara Baxia menggema hingga memekakkan telinga yang mendengarnya, sehingga mereka harus menutup telinga agar tidak terlalu sakit. Jenderal Sean mengangguk sembari menutup telinganya. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Baxia berbalik membawa tubuh Rama ke kapal mereka. Pasukan bayangan sudah menunggu Baxia dengan perasaan khawatir. Rama tidak sadarkan diri, saat diperiksa tidak ada tanda-tand

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 147

    "Fatta, apa kau berhasil menjalin kontrak dengan Naga?" tanya Rama ketika melihat Fatta dan Baxia datang setelah 2 hari berkelana dialam Hewan Spiritual. 2 hari berkelana di alam Hewan Spiritual sama dengan 2 minggu berlalu di alam manusia. Baxia dan Fatta tersenyum, seekor hewan seperti mahluk purba muncul di punggung belakang Fatta, bentuknya sepertinya dinosaurus dengan ukuran mini setinggi setengah meter. Melihat hewan Spiritual milik Fatta, spontan Jaya tertawa terbahak-bahak."Kau berburu Naga, tapi malah mendapatkan Saurus?hahaha...Hewanmu sangat lucu Fatta!" Melihat itu Fatta dengan wajah datarnya memberi perintah kepada Barats, nama yang ia berikan kepada Hewan Spiritualnya untuk menunjukkan bakat uniknya. "Barats, perlihatkan wujud aslimu!!" Barats melompat dari punggung Fatta, ia kemudian memperlihatkan bentuknya yang semakin membesar hingga sebesar Baxia, "RAAAAAOOOOWWWW!!!" Barats memperlihatkan aumannya yang keras di wajah Jaya, Jaya tak mampu berbuat apapun, ia h

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 146

    "Tuan Muda, apakah kau dari alam Hewan Spiritual?" tanya Fatta yang melihat Rama, Lilia dan Baxia datang bersamaan dari portal keluar alam Hewan spiritual. "Iya, ada apa? Apa ada masalah ketika aku pergi?" tanya Rama lagi, ia melihat ekspresi yang tidak biasa dari Fatta. "Tuan Muda, seharusnya kau mengajakku, aku juga ingin melakukan kontrak dengan Naga," sahut Fatta dengan ekspresi kecewa. Rama menghela napas lega, ia tak menyangka masalahnya seperti itu, ia bahkan sudah berpikiran yang tidak-tidak tadi. "Oho, aku bisa menemanimu!" kata Baxia, ia kemudian membuka kembali portal ke dunia alam Hewan Spiritual. Fatta kemudian menatap Rama dengan tatapan memohon untuk diizinkan pergi. "Baiklah, pergilah!" sahut Rama kemudian. "Terima kasih Tuan Muda," kata Fatta kemudian menghilang bersama Baxia di balik portal alam Hewan Spiritual. "Fatta itu termasuk manusia luar biasa, kekuatannya tidak seperti manusia biasa, apa mungkin dia manusia istimewa? Tapi tidak mudah menjalin kont

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 145

    Sesampainya mereka di alam Hewan Spiritual, Rama dan Lilia di sambut dengan hangat. Namun para Naga bingung dengan Naga mini yang mengikuti Rama dan Lilia. "Apa Lilia punya anak?""Setauku tidak, Lilia belum memasuki masa kawin,""Lalu kenapa ada bayi Naga?""Mungkin Lilia menemukannya dan kasihan padanya,""Kau benar, bisa jadi seperti itu, tapi bukankah kita para Naga tidak pernah menelantarkan bayinya?""Aaahh.... Kau benar juga, lalu bayi siapa itu?"Semua Naga mulai menebak siapa bayi Naga yang mengikuti Rama dan Lilia, bahkan Ketua Naga terlihat bingung dengan Naga kecil yang mereka bawa. Rama tersadar dengan tatapan aneh sedari tadi yang mereka terima. "Baxia, kau boleh mengubah wujudmu kalau di sini," kata Rama, sepertinya wujud Baxia yang menggemaskan membuat para Naga bertanya-tanya. Mendengar itu Baxia lalu berubah ke wujud asalnya, Naga yang tadinya lucu dan menggemaskan berubah menjadi Naga yang mendominasi, gagah dan sangat kuat. melihat tanda di wajahnya Ketua Naga l

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 144

    "Jadi apa nama untukku?" tanya Naga jantan yang telah menjalin kontrak dengan Rama itu, bahkan Lilia menatap dengan tidak percaya, bagaimana bisa 2 Naga menjalin kontrak dengan Tuan yang sama, bukan kah Tuan itu tidak akan mampu, tapi yang terjadi Rama terlihat mampu dan tidak kenapa-kenapa. "Kita sudah menjalin kontrak?" tanya Rama memastikan, ia memang merasa ada yang berbeda pada dirinya ketika menjalin kontrak dengan Naga jantan, tidak seperti ketika ia menjalin kontrak dengan Lilia. Bahkan Lilia tersadar, ada perubahan pada bulu putih di bagian wajah Naga jantan, bulu putih itu berkilau keemasan, di bagian sayap juga begitu, Namun ia masih berwarna biru muda, selain itu dan cahaya tadi tidak terjadi apapun kepada Naga jantan. "Apa yang kau lakukan kepada Tuanku?" tanya Lilia, ia khawatir Rama yang malah mendapat imbasnya. "Aku membagi kekuatanku padanya, aku tidak mungkin mencelakainya my love, jika dia mati kau dan aku akan mati juga," sahut Naga jantan, Lilia bersyukur atur

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 143

    "Maksudmu ada Naga lain selain dirimu saat ini?" tanya Rama, ia melihat Lilia menggeram marah dan mencoba mencari sumber bau itu. "Tuan Muda, aku akan pergi sebentar!" pamit Lilia, ia kemudian menjauh dari desa Mekarsari menuju bukit. 'Lilia, berhati-hatilah dan tetap pertahankan komunikasi kita."pinta Rama, ia terlihat khawatir melihat Lilia yang pergi begitu saja. 'Tentu Tuan Muda, aku adalah Naga penjaga sekaligus Naga petarung, jangan khawatir aku akan segera kembali,' Sesampainya di bukit kembaran, Lilia berdesis, tanda ia sedang marah, "Tunjukan dirimu, aku tau kau ada di dekatku!" seru Lilia, ia terlihat sangat marah. Kemudian seekor Naga yang lebih tinggi dari Lilia muncul, Naga itu memiliki warna biru muda dengan warna putih sayap di bagian mata. Matanya berwarna hitam pekat, sudah bisa ditebak Naga ini adalah Naga jantan. "Aku tak menyangka kau akan menyadari kehadiranku, "Naga itu terlihat sangat mendominasi, berbeda dengan Naga jantan yang biasa Lilia temui. Lili

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 142

    'Lilia, apa yang terjadi?'tanya Rama. Lilia menatap ke arah bangungan Houston yang tak jauh dari dirinya, Xiao Wang Li dan Jessica berada. 'Tuan Muda, bangsa Mamarika sepertinya membuat senjata baru untuk memerangi kita,' 'Senjata baru, Seperti apa?'tanya Rama kembali. 'Senjata itu memiliki pelontar, berbentuk bulat berduri, diberi api dan ketika meluncur serta mengenai target, maka akan meledak di waktu tertentu, "jelas Lilia, ia menggeram marah. Ingin rasanya Lilia menghancurkan bangsa Mamarika sekarang juga, kalau saja bukan Rama yang melarang maka Lilia sudah membumihanguskan bangsa itu. 'Lilia tenanglah, bawa Xiao Wang Li dan adiknya kembali terlebih dahulu ke Mekarsari,' pinta Rama. "Xiao, Tuan Muda meminta kita untuk kembali terlebih dahulu ke Mekarsari," jelas Lilia setelah selesai berkomunikasi dengan Rama. Xiao Wang Li dan Jessica terlihat kebingungan sebelum akhirnya Lilia kembali bersuara. "Aku dan Tuan Muda terjalin kontrak, karena itu kami bisa berkomunikasi sec

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 141

    "Lilia!!" Kali ini Xiao Wang Li sangat senang bertemu Lilia, ia tak menyangka kalau Lilia selama ini bersamanya. "Rrrrrgggghhhh... Rrrrrgggghhhh... " Lilia mulai berdesis, ia siap mengeluarkan laharnya kapanpun ia mau, jika ada yang berani mendekat siap-siap saja dibakar sampai hangus. "Prajurit!!" Jenderal Kris berteriak memanggil prajurit bersenjata api. Para prajurit mulai mengepung Lilia dan Xiao Wang Li, mereka juga mulai siaga dengan mengompa senjata api. "Jangan mendekat atau kalian aku bakar!!" ancam Lilia lagi, pasukan Mamarika mulai gentar, terlebih dengan apa yang baru mereka lihat. Naga benar-benar nyata!! Bukannya takut, Jenderal Kris menjadi berambisi untuk menjinakkan Lilia dan menjadikannya hewan milik mereka, mereka tidak tau jika hewan spiritual yang menjalin kontrak tidak bisa dijinakkan. "Tangkap Naga itu!!" perintah Jenderal Kris, pasukan Mamarika agak kebingungan, dengan apa mereka harus menangkap Naga yang memiliki tinggi 2 kali lipat lebih dari manusia.

DMCA.com Protection Status