Maslianur tertidur setelah meminum obat. Rama memintanya untuk tetap tinggal hingga keadaannya pulih, namun Maslianur mengkhawatirkan keadaan adiknya. Anisa sendirian di rumah dalam keadaan sakit, Maslianur harus segera pulang. Tapi ia tak berdaya, obat yang ia minum membuatnya merasa tidak bisa menahan kantuk. Mungkin ia akan tidur sebentar, setelah itu ia harus kembali. 10 kotak boncabai dan 2 kotak "hadiah" sudah Rama siapkan menjadi 1 di dalam kain. Mudah buat utusan pak Andik membawanya saat itu juga. Pak bima dan ibu Sri datang, mereka menginfokan jika Santi sudah berangsur sembuh. Bahkan memuji Alan dan adik-adiknya yang membantu pekerjaan di rumah pak Wijaya. Mereka anak-anak yang tau budi. "Loh nak...gambar apa ini?"tanya ibu Sri. "Desain gambar kamar bu," jelas Jaya. "Oiya pak, tanah rumah kita ini batasnya darimana sampai mana?" tanya Rama. Pak Bima kemudian keluar rumah diikuti Rama dan Jaya. Kemudian menunjuk dari ujung kiri ke ujung kanan. Tanah mereka tidak term
"To...tolong jangan hancurkan pondok kami!" Para prajurit kerajaan mulai menghancurkan beberapa kemah. Mereka juga sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun, ini adalah perintah dari Kerajaan. Utusan timur akan datang sebagai perwakilan perdamaian antara bangsa Barbar dan kerajaan Bamaraya, sehingga pihak kerajaan tidak ingin kawasan Mekaragung yang menjadi tempat pertemuan, dianggap sebagai salah satu ibu kota provinsi yang kumuh. "Tidaaak!!" "Jangan!!" "Dasar prajurit kejam! biadab!" "Kami akan tinggal dimana? Huhuhu..." "Pondokku..." "Huhuhu..." Suara tangis dan teriakan ada dimana-mana, kini kemah mereka terbakar oleh api. Bahkan jika mereka melawanpun, mereka hanya akan babak belur. Seperti para pemuda yang mencoba melawan, namun pada akhirnya hanya mengalami kekalahan. Para prajurit itu memiliki tubuh yang bugar, sedangkan mereka hanya warga miskin yang bahkan tidak memiliki tenaga. Bagaimana bisa melawan prajurit?! Pandu menangis meratapi kemah mereka yang terbakar,
Yang terhormat Pak Andik Pratama Paman, aku sudah menyiapkan 5 kotak boncabai original dan 5 kotak boncabai rumput laut. Jika bukan karna paman menaikkan harga, aku tidak akan buru-buru menyiapkan barangku. Namun, paman tidak perlu khawatir. Aku juga menyiapkan beberapa hadiah kecil untuk paman. Lembar surat selanjutnya adalah resep hadiah bumbu RENDANG. Paman bisa memasaknya dengan olahan daging sapi atau ayam. Hati-hati paman, bumbu ini bisa membuat candu...jika paman ingin membeli bumbu ini, paman harus memikirkan harga terbaiknya. Salam Rama Pak Andik menatap isi surat itu dengan mata berbinar. Ia melihat ada 2 kotak hadiah yang isinya sama. Pak Andik paham jika Rama ingin menghadiahkan kotak yang satunya untuk Menteri Perdagangan. Isi kotak itu ada 1 sabun batangan yang dibungkus dengan kain kasa dan 1 kotak bumbu Rendang. Bahkan di surat resep yang Rama tulis, bumbu ini bisa bertahan hingga 1 bulan! Pak Andik kembali kagum, ia kadang penasaran bagaimana cara Rama memperole
Hari ini musim hujan telah berakhir, berganti ke musim gugur ditandai dengan penampakan langit yang dipenuhi awan tipis dengan angin tanpa hujan. Rama mulai merenovasi beberapa bagian rumahnya. Dengan bantuan pak Joko dan anak-anaknya, Rama membuat 5 kamar di rumah itu, dengan ruang tamu yang besar, dapur yang bernuansa cafe dan teras rumah yang dipagari beberapa bunga krisan dan bunga mawar merah. Bunga ini dipilih langsung oleh ibu Sri, sangat cocok ketika bunga-bunga indah ini berada di teras rumah, untuk menemani minum teh. Dalam hal merenovasi rumah, pak Joko mengajak kedua anak kembarnya Dani dan Doni yang berusia 16 tahun. Rama merasa puas pada hasil pekerjaan mereka yang termasuk cepat dan rapi. Padahal selama ini mereka hanya menggunakan alat-alat manual dan sangat tradisional! Sementara pak Joko dan anak-anaknya sibuk membuat greenhouse yang Rama minta, Rama, Jaya dan pak Bima, membantu warga yang sibuk menyiapkan festival musim gugur yang akan diselenggarakan di desa Kunc
Pagi ini beberapa warga desa Mekarsari memanen hasil pertanian mereka, mereka dengar keluarga Rama juga memanen hasil cabai mereka. Para warga ingin mendapatkan keuntungan seperti keluarga pak Suli yang kemaren mendapatkan banyak emas. Kali ini Rama akan mencoba menjualnya ke desa Kuncup, dari informasi yang Rama dapatkan. Desa Kuncup adalah salah satu desa yang sangat bagus untuk berdagang dan melakukan pertukaran barang. Tentu saja Rama tidak hanya menjual cabai, sudah ada beberapa item barangnya yang laku terjual. Namun kali ini Rama akan menjual barang yang berbeda, setidaknya Rama akan melihat situasi desa Kuncup sebelum memutuskan akan menjual barang apa. "Tuan Muda Rama, ini kereta kudanya." Pak Arya berbaik hati meminjamkan kereta kuda miliknya. Karna pak Wijaya juga akan membawa banyak barang, sehingga tidak memungkinkan bagi Rama menumpang di kereta kuda miliknya. "Terima kasih paman!" Rama bukan orang yang tak tau diri, ia menyewa kereta kuda milik pak Arya dengan harga
Paman Zao adalah salah satu pawang obat yang terkenal di Mekaragung, sudah 2 hari ini ia dimintai tolong oleh Maslianur untuk merawat Pandu. Luka luar Pandu mulai sembuh, namun luka dalam memerlukan waktu setidaknya seminggu untuk kembali ke sedia kala. Setidaknya luka Pandu bukanlah luka berat, rupanya organ didalam tubuhnya ia lindungi dengan baik saat dipukuli. Paman Zao memeriksa nadi Pandu, anak itu menatap paman zao dalam keadaan sadar. Ia ingin segera sembuh, dan membawa paman zao untuk mengobati ayahnya. Pandu merasa ia sudah terlalu lama meninggalkan ayahnya. Paman Zao mengusap janggutnya, mengambil ramuan obat yang sudah ia racik. Obat yang terbuat dari akar kipakan ini sangat ampuh untuk mengurangi nyeri luka dalam. Paman Zao menyodorkan ramuan itu untuk Pandu minum, Pandu meminum obat akar kipakan itu dengan susah payah. Rasanya sangat pengar!! "Paman Zao, maukah kau ikut untuk mengobati bapakku?" pinta Pandu. Paman Zao menatap Maslianur, bukannya ia tak mau membantu
"Apa kita harus melakukan ini?!" "Mau bagaimana lagi?!" "Kalau kita tidak melakukan ini, kita akan mati kelaparan!!" "Tapi ini suatu kejahatan!!" "Iya, lebih baik kita jadi pengemis daripada jadi perampok!!" "Kalau kau tidak mau jadi perampok ngapain kau ikut?!" "Aku juga tidak tau kenapa aku ikut!" "Makanya kau tidak perlu ngomong!!" "Ssttt... Diam!! ada kereta kuda yang lewat!!" Para pria tua itu langsung memasang penutup wajah, mereka adalah warga perkemahan. Para petua yang sebenarnya juga tidak memiliki tenaga. Namun keadaan memaksa mereka untuk menjadi perampok, selama 2 hari ini mereka sudah tidak makan. Hanya meminum air untuk mengisi perut mereka dan warga lainnya. "BERHENTI!!" Mereka melompat di depan kereta kuda, membuat kusir menghentikan kereta kudanya. Para pria tua itu memegang cangkul, arit, tombak, kayu, batu dan pisau dapur. Mereka berenam mengepung kereta kuda! "Se... Serahkan barang bawaan kalian!!" "Iya!! Keluarkan barang di dalam kereta!!" Rama y
'Bagaimana bisa, pemuda pesolek ini meracik obat?!' 'Mana mungkin?!' paman Zao mengikuti Rama sedari perkemahan hingga masuk ke desa Kuncup. Bahkan Rama merasa canggung dengan tatapan tajam paman Zao. Ketika Rama sedang ke kamar kecil, paman Zao juga menunggu di depan kamar kecil. Ketika Rama berbelanja, paman Zao juga mengikuti di belakangnya. Bahkan Rama tidak mengerti, mengapa paman Zao mengikutinya setelah bertanya soal gel pendingin luka? apa jenis obat itu juga belum ditemukan saat ini? Sampai ke puncak acara festival, paman Zao masih mengikuti Rama. Bahkan Maslianur bingung harus bersikap bagaimana dengan paman Zao. Paman Zao ini tipe orangtua yang keras kepala, penuh obsesi dan rasa penasaran yang tinggi. Jika ia belum melihat Rama meracik obat, ia tidak akan mengakui keahlian Rama!! Padahal Rama tidak terlalu peduli dengan pendapat paman Zao. Bagi Rama adalah ia hanya harus membantu disaat ia diperlukan. Rama tak begitu peduli pada pandangan orang lain. "Hei Ram, siapa