"Paman Zao, mari kita pulang!! Kau sudah terlalu lama di sini," jelas Maslianur, karna kali ini paman Zao bahkan mengikuti Rama hingga ke desa Mekarsari. "Kau saja yang pulang dan katakan pada mereka aku masih punya urusan di sini!!"paman Zao tak begitu peduli ketika ia masih merasa belum puas pada pengetahuan yang Rama berikan. Tanpa paman Zao ketahui, Rama merencanakan ini semua. Sangat mudah membuat orang tua itu penasaran, kau cukup memperlihatkan beberapa barang unik dan ia akan mengekorimu. Mungkin akan lebih banyak obat yang bisa Rama jual!! "Paman... aku yang membawamu ke sini, jika kau tidak kembali bersamaku, para petua di toko obat akan memarahiku nanti!!" kata Maslianur dengan nada memelas. "Ck... Ck... Ck... kau ini bawel sekali!! biarkan aku di sini, aku bisa pulang ketika urusanku sudah selesai!!" "Tapi paman akan tidur di mana? desa Mekarsari ini adalah desa para petani, tidak ada penginapan di sini!" jelas Maslianur lagi. "Kau boleh tidur di rumahku paman," sa
"Nona Chu Hua, Tuan Besar memanggilmu." Narsih, pembantu pribumi di rumah keluarga pedagang Chao changming, memanggil nona muda di keluarga itu, ia menatap nona muda itu dengan tatapan muram. Setiap kali nona muda itu menatap kaca, suasana hatinya tidak akan baik. Kali ini Chu Hua hanya mengangguk, ia menatap wajahnya di cermin. 'Wajah yang sangat jelek!!' Chu Hua kembali menghina dirinya sendiri. Ia bahkan membenci wajah itu, Chu Hua bahkan memakai penutup wajah di dalam rumah. Tak banyak orang yang bisa melihat wajah itu, sehingga banyak rumor yang beredar. "Jangan menatap wajah nona muda keluarga Changming, wajahnya terkutuk!" "Ia benar, siapapun yang melihat wajahnya akan tertular kejelekannya!!" "Memang seburuk apa wajah nona muda itu?!" "Sangat jelek!! Kau takkan sanggup melihatnya!" "Bahkan tunangannya memutuskan pertunangan mereka, ketika melihat wajah nona muda itu!!" "Nona muda yang malang, padahal badannya sangat bagus!!" "Xixixi, meskipun badan bagus kalau wajahny
Waktu makan malam telah tiba, terlihat tumisan sayur, bihun goreng, sup ikan dan nasi putih di meja makan. Setidaknya mereka tidak memakan sagu encer, padahal sagu termasuk makanan sehat. Namun, lidah manusia selalu minta dimanja. "Apa kau murid kedua guru Zao?" Rawin kini menatap Rama tidak suka, ia merasa punya saingan. "Iya..." Rama tersenyum jahil. Ia melihat tatapan tak mau kalah dari Rawin. "Guru, apa yang kau lihat darinya sehingga menjadikannya murid?! Apa tidak cukup hanya aku?" Rawin mulai memperlihatkan tingkah kekanakannya kini. Ia benar-benar kesal mengetahui paman Zao membawa murid lain. "Bug?!" Paman Zao memukul kepala Rawin, anak ini perlu diberi pelajaran agar tidak terlalu manja."kau bahkan tidak cukup bagus jika disandingkan dengannya!" Rawin hanya mencibir dan mengelus kepalanya, "cih!!"namun tak berani melawan ketika paman Zao marah, ia tau gurunya itu akan teramat mengerikan jika marah. "Hahaha... Zao tua, kau bahkan sangat memujinya, memangnya apa yang
Dalam mimpi itu Rama melihat gadis itu tersenyum dari kejauhan, gadis itu sedang belajar menyulam bersama beberapa temannya. Gadis itu menggerai rambut panjang ikalnya, kulitnya yang putih bersih sangat cocok ketika mengenakan hanfu berwarna putih bercampur warna peach. Gaunnya bersulamkan bunga mawar pink dan beberapa kupu-kupu. Sangat indah!! Dengan jepit rambut kupu-kupu di kepalanya, sepertinya gadis itu sangat menyukai kupu-kupu. Sesekali ia tertawa dan menutupi mulutnya, agar tawa itu terdengar lebih sopan. Ini seperti bukan mimpi, Rama merasa ini adalah sebuah ingatan dari pemilik tubuh terdahulu. Rama masih memandangi gadis itu dari jauh dan saat gadis itu akan menoleh kearahnya. Rama buru-buru bersembunyi, ia tak ingin gadis itu mendapatinya sedang mengintip mereka. "Putri Mawar!!" Seseorang memanggil gadis itu, seketika Rama pun terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya masih di kamar Rawin. Rama mengerjapkan matanya berulang kali, mimpi itu terasa nyata. Rama sed
Sementara itu paman Zao dan Rama sudah sampai di rumah keluarga changming, keluarga paman Zao. Rumah dengan kemewahan di jaman ini, terdapat taman bunga dan beberapa pohon maple yang tertata rapi menghiasi halaman rumah. Beberapa penjaga di tempatkan pada pintu masuk. "Paman!!" Chu Hua berlari ke arah paman Zao, ketika ia dikabari tentang kedatangan paman Zao ke rumahnya, tanpa ia sadari kehadiran Rama di situ. Chu Hua masih mengenakan penutup wajahnya, namun ketika akan membuka penutup wajah itu ia terkejut melihat Rama. "Siapa dia paman?!" tanya Chu Hua tidak jadi membuka penutup wajahnya. "Tenanglah Chu Hua, dia adalah muridku. Ia kesini untuk melihat gatal di wajahmu dan mengobatinya," jelas paman Zao. Chu Hua menatap Rama yang sedang tersenyum ramah padanya, ia melihat wajah yang tampan mempesona. Bagaimana mungkin orang dengan penampilan seperti Rama bisa mengobati gatal di wajahnya?! Bukankah pria ini hanya seorang pesolek? "Paman... Kau tidak bercanda kan?" tanya Chu Hua
"Rama, mengapa kau pulang larut?" tanya paman Zao, ia gelisah menunggu Rama yang belum kembali, ia bahkan sempat berpikir bahwa Rama kabur tadi. "Aku sedang ada urusan, paman ingat seseorang yang menyapaku waktu di depan toko obat?" Rama terduduk dan mengeluarkan beberapa barang dari tasnya. "Andik si pengepul, aku tau beberapa hal tentangnya. Apa kau berdagang dengannya?" tanya paman Zao. Rama mengangguk dan menguap,"Paman, bisa kau panggil Chu Hua sebentar? Aku tau ini sudah larut, tapi perawatan di malam hari sangat penting."kata Rama. Paman Zao yang tadinya terlihat mengantuk segera berdiri dan langsung menuju kamar keponakannya. Kali ini Chu Hua datang bersama Narsih, Narsih adalah pengurus Chu Hua yang sudah seperti keluarganya sendiri, bahkan umur mereka tidak jauh berbeda. Chu Hua dan Narsih terlihat menguap, sepertinya mereka sudah tertidur saat di bangunkan. "Nona bisa kau bantu aku mengambil 2 baskom air dan 2 handuk?" pinta Rama pada Narsih Rama begitu sopan te
"Selamat pagi nona?!"Rama menyapa Hana, ia datang pagi sekali, setelah memastikan Chu Hua sudah membersihkan wajah, memakai cream siang dan obat totol jerawat. Rama langsung berangkat ke rumah pak Andik, Rama mengantarkan 20kg bumbu rendang yang sudah dibelinya dari onshop. " Ah, iya..."Hana mengangguk sopan, wajahnya mulai bersemu merah jika mengingat perkataan ayahnya tadi malam. Hana ingin segera bersembunyi dari Rama. Rama yang melihat itu hanya tersenyum lucu ketika melihat Hana terburu-buru pergi dari hadapannya. "Paman, ini 20kg bumbu rendang pesananmu." Pak Andik terlihat bingung, bagaimana bisa Rama begitu cepat menyiapkan permintaannya. Namun dari segi kualitas yang pak Andik lihat, bumbu rendang terlihat sama seperti yang Rama berikan padanya pertama kali. "Mari kita masuk dan membahas pembayarannya." kata pak Andik kemudian, ia sudah menyicipi bumbu rendang yang Rama bawa dan tak ada masalah dengan itu. Hatinya yang tadi khawatir menjadi lebih tenang. Seperti biasa pa
"Paman, aku jamin ketika desaku berkembang kau pasti akan menginginkan untuk menetap di desaku, jadi ada baiknya paman mulai mencari tanah untuk investasi!!"Rama terlihat bersungguh-sungguh. "Tapi biasanya aku hanya 1 hari di sana, untuk apa aku membeli tanah?"tanya pak Andik belum yakin, Rama paham terlalu sulit untuk percaya dengan apa yang ia katakan, namun Rama yakin desanya akan menjadi desa yang akan dikunjungi semua orang. "Paman, kau bisa membuat tempat penginapan, dengan beberapa resep masakan dariku, aku jamin penginapanmu akan ramai nantinya." kata Rama menjelaskan. Pak Andik masih belum terlalu yakin, membuat penginapan bukanlah hal yang mudah. Memerlukan lebih banyak dana untuk membangun. Bahkan jika desa itu belum berkembang, penginapan akan berpotensi bangkrut. "Ayah, ada baiknya kau berinvestasi ke tanah terlebih dahulu..." sahut Hana, ia sangat ingin ikut mengobrol. Karna pembicaraan Rama dan ayahnya sangat menarik bagi Hana, Rama bukanlah orang yang suka pamer,