Hari ini pemerintahan pusat Mekaragung sedang sibuk mempersiapkan acara untuk penyambutan utusan dari timur. Para pelayan mulai berlalu lalang, para penari kembali melatih tarian, para pemusik kembali menyetel alat musiknya, bahkan para prajurit terlihat sibuk mengamankan daerah agar tidak ada orang yang tidak berkepentingan masuk. Raja tidak datang, karena sudah diwakilkan oleh Gubenur dan Walidesa. Rahmadi Siantan adalah Gubenur di Mekaragung bersama Yusuf Atmanegara sebagai Walidesa. Mereka dipercaya sebagai perwakilan dari kerajaan Bamaraya untuk menjamu tamu utusan dari timur. Para koki masak sudah terlihat sibuk di dapur, Rama dan pak Andik datang mengantarkan bumbu rendang ke gedung pertemuan. "Kalian darimana dan ada kepentingan apa?!" namun seperti biasa, para pengawal mencegat mereka untuk memastikan identitas mereka. Pak Andik mengeluarkan plakat izinnya, prajurit menatap lekat plakat itu. "PENGANTAR BUMBU UTAMA!!" Ia kemudian berteriak agar pintu gerbang dibuka. Se
("Ingatlah Daniel!! Lihat seberapa kuat pertahanan mereka, seberapa kaya bangsa mereka!! Kau datang bukan sekedar untuk berlibur!!") Daniel Craig utusan dari timur adalah mata-mata bangsa Bar-Bar, ia tersenyum licik ketika sudah memasuki pusat pemerintahan Mekaragung, salah satu kota perdagangan milik kerajaan Bamaraya. Ia bukan berniat datang sebagai utusan perdamaian, ia adalah mata-mata yang akan menilai apakah kerajaan ini layak untuk dijajah. Jika kerajaan ini layak untuk dijajah maka mereka akan mempersiapkan segalanya dengan hati-hati. Bahkan Daniel sudah dijanjikan akan menjadi Tuan Tanah jika misi kali ini berhasil. Daniel menatap keluar kereta kuda yang ia tumpangi, kerajaan ini masih bersih, tidak ada pertambangan, jadi pasti banyak sumber daya yang bisa dihasilkan. "Orang-orang ini begitu bodoh!! Mana ada bangsa yang akan melepaskan bangsa seperti ini untuk dijajah!!" Jonathan, komandan bangsa Bar-Bar menyamar menjadi pengawal Daniel. Ia harus memastikan Daniel menja
"Apa?! Mereka akan mengawal kapal-kapal kita? Apa maksudnya?" Andi menghentakkan tangannya di meja. "Sudah jelas mereka ingin memantau kegiatan kita!!" sahut Yusuf, ia juga mengepalkan tangannya geram. Kini ada Rahmadi sebagai Gubenur, Yusuf si Walidesa, Andi Menteri Perdagangan dan Bagas Menteri Luar dan Dalam Negeri. Mereka mendiskusikan perkataan dari Daniel utusan dari timur. "Yusuf, jaga bicaramu!! Kau selalu tidak bisa menahan amarah lewat perkataanmu!" tegur pak Rahmadi. Yusuf terdiam, namun ia merasa kesal pada Daniel dan pengawalnya. "Jangan terlalu keras padanya," kata pak Andi menenangkan Rahmadi. "Yusuf, kau ini masih muda, tak salah jika Rahmadi menegurmu, kau masih harus perhatikan perkataanmu, jika utusan itu tersinggung bagaimana?" kata pak Bagas menimpali. "Tuan Besar, apa kalian tidak kesal? utusan itu ingin menolong kita atau apa? Bagaimana mungkin kita membiarkan mereka bangsa Bar-Bar mengawal kapal-kapal kita dan membiarkan mereka memasuki daerah kita?
Rama terlihat serius, sebenarnya ia tak ingin ikut bicara, namun hal ini juga akan berdampak baginya, mengharuskannya bicara."paman, berhati-hatilah, mungkin sudah ada mata-mata di dalam kerajaan." "Mata-mata? Untuk apa? Mengapa kau berpikir seperti itu?" Kali ini pak Andi yang bertanya, ia tak menyangka bahwa jawaban Rama akan seperti itu. "Paman, berapa persen dahulu bangsa Bar-Bar meminta kepada kapal-kapal kita?" tanya Rama pada pak Andi. "Mereka selalu mengambil 50% dari kapal-kapal kita,tapi apa hubungannya? " "Coba paman pikirkan, mengapa mereka menguranginya menjadi 10% dan ingin mengawal kapal-kapal kita?" Rama menghela napas sebelum melanjutkan kata-katanya, "sepertinya mereka ingin menilai seperti apa kerajaan kita!" kata Rama kemudian. "Maksudmu, mereka ingin melihat seberapa kaya kita?"tanya pak Andik dengan hati yang gelisah. Jika prasangka Rama benar," Sepertinya mereka sedang memantau keadaan untuk memastikan seberapa banyak kerajaan kita dan seberapa kuat ker
Pagi itu Rama mengirimkan suratnya melalui para pedagang yang akan melewati desa Mekarsari, ia bahkan memberi hadiah para pedagang itu sabun dan sirup madu. Para pedagang teramat senang, "wah...terima kasih Tuan Muda, sabun ini sangat berharga!!"pedagang-pedagang ini sering berpergian secara berkelompok, dengan barang dagangan yang mereka gendong, pedagang kecil seperti mereka biasanya hanya dibayar 2 perunggu ketika dititipi surat. Namun kali ini, sabun yang Rama berikan adalah sabun yang sedang naik daun, harganya bahkan mencapai 20 perunggu per sabun. Bahkan dijual lebih mahal lagi oleh beberapa calo, seharga 30 perunggu per sabun. "Haish paman, aku yang harusnya berterima kasih karena mau mengantarkan suratku!!" Rama menunduk sopan, para pedagang membalas anggukan Rama canggung. Mereka tidak tau kalau Rama adalah si pemilik sabun. Rama kemudian melihat pemuda dan ibunya keluar dari kediaman keluarga Karsana. Pelayan budak keluarga Karsana. "Fatta, jangan ulangi lagi perbuatan
"Nyonya, aku Rama Adipati, dari desa Mekarsari." Rama memperkenalkan dirinya pada Ranti Karsana. Ranti menatap Rama, masih dengan wajah sombongnya. Kemudian seorang penasehat berbisik padanya. Ranti menatap Rama sedikit meremehkan, namun terlihat bahwa ia menahannya. "Kau keluarga kerajaan rupanya, tapi kudengar bukankah kau adalah keluarga yang diasingkan, bagaimana caramu membeli budakku?"kata Ranti dengan senyum liciknya, tentu saja dengan kata yang sedikit meremehkan Rama. "Tentu saja memakai uang, nyonya tinggal mengatakan harganya!!"Rama terlihat tegas dan berwibawa. Membuat Ranti bahkan merasa sedikit tertekan. Ranti kembali menatap penasehatnya, penasehat itu kemudian menuliskan sesuatu untuknya. "Ehem... ehem... Aku akan menjualnya seharga 20 batang emas, untuk masing-masing budakku!!" kata Ranti, sebenarnya ia berniat agar Rama tidak jadi membeli budaknya. Terlebih Fatta adalah budak yang kuat diantara budak miliknya. Rama adalah anggota kerajaan,meskipun diasingkan
"Kau mau membuat pertahanan desa? Untuk apa?" pak Arya terlihat kebingungan saat Rama tiba-tiba datang dan mengatakan ingin membuat pertahanan di beberapa titik jalan yang bisa masuk ke desa. "Paman, kau takkan percaya dengan apa yang aku katakan, namun ada baiknya jika desa kita memiliki pertahanan, setidaknya kita bisa terhindar dari para perampok!!" Pak Arya mengangguk paham, ia tau Rama sudah mulai kaya sekarang, panen cabainya selalu bagus, begitu pula penduduk desa yang lain, Rama dan petani lainnya juga sangat konsisten memberikan upeti tanpa pak Arya minta. Rama juga beberapa kali memberinya hadiah mahal. Jadi pak Arya paham maksud Rama. "Aku tau maksudmu, tapi ada satu hal yang perlu kau tau." pak Arya berdiri dari duduknya, "kau akan berhadapan dengan pasukan penjaga desa, setiap setahun sekali secara berkala mereka akan mengunjungi desa kita, untuk berpatroli," pak Arya terdiam sejenak, ia menunggu respon dari Rama. "Lalu kenapa jika mereka berpatroli paman?" "Haish,
"Tuan, mereka memiliki bumbu rempah yang beragam, bahkan sumberdaya alam mereka belum banyak yang tersentuh!!" kata Jonathan terlihat sangat meyakinkan. "Darimana kau temukan informasi itu?" Daniel menyesap minumannya, kini ia dan Jonathan sedang menunggu seseorang untuk melakukan pertemuan rahasia di rumah bordil. "Tuan, untuk bumbu rempah kau bisa rasakan sewaktu mereka menjamu kita, makanan yang kita rasakan saat itu bernama rendang, kaya akan bumbu rempah, jika kita menguasainya, maka kita bisa menjualnya ke bangsa lain!!" kata Jonathan lagi. Kali ini Daniel mengangguk setuju, makanan yang bernama rendang itu sangat nikmat, bahkan jika saja saat itu ia tidak memikirkan reputasinya. Mungkin nasi yang disiapkan saat itu akan kurang bagi Daniel, Jonathan pun hampir kehilangan akal saat memakannya. "Aku setuju, rempah mereka harus kita kuasai!!" "Dan coba Tuan perhatikan, saat kita memasuki kawasan hutan mereka, tak banyak pertambangan yang terlihat, dan aku sudah memastikan i