"Nyonya, aku Rama Adipati, dari desa Mekarsari." Rama memperkenalkan dirinya pada Ranti Karsana. Ranti menatap Rama, masih dengan wajah sombongnya. Kemudian seorang penasehat berbisik padanya. Ranti menatap Rama sedikit meremehkan, namun terlihat bahwa ia menahannya. "Kau keluarga kerajaan rupanya, tapi kudengar bukankah kau adalah keluarga yang diasingkan, bagaimana caramu membeli budakku?"kata Ranti dengan senyum liciknya, tentu saja dengan kata yang sedikit meremehkan Rama. "Tentu saja memakai uang, nyonya tinggal mengatakan harganya!!"Rama terlihat tegas dan berwibawa. Membuat Ranti bahkan merasa sedikit tertekan. Ranti kembali menatap penasehatnya, penasehat itu kemudian menuliskan sesuatu untuknya. "Ehem... ehem... Aku akan menjualnya seharga 20 batang emas, untuk masing-masing budakku!!" kata Ranti, sebenarnya ia berniat agar Rama tidak jadi membeli budaknya. Terlebih Fatta adalah budak yang kuat diantara budak miliknya. Rama adalah anggota kerajaan,meskipun diasingkan
"Kau mau membuat pertahanan desa? Untuk apa?" pak Arya terlihat kebingungan saat Rama tiba-tiba datang dan mengatakan ingin membuat pertahanan di beberapa titik jalan yang bisa masuk ke desa. "Paman, kau takkan percaya dengan apa yang aku katakan, namun ada baiknya jika desa kita memiliki pertahanan, setidaknya kita bisa terhindar dari para perampok!!" Pak Arya mengangguk paham, ia tau Rama sudah mulai kaya sekarang, panen cabainya selalu bagus, begitu pula penduduk desa yang lain, Rama dan petani lainnya juga sangat konsisten memberikan upeti tanpa pak Arya minta. Rama juga beberapa kali memberinya hadiah mahal. Jadi pak Arya paham maksud Rama. "Aku tau maksudmu, tapi ada satu hal yang perlu kau tau." pak Arya berdiri dari duduknya, "kau akan berhadapan dengan pasukan penjaga desa, setiap setahun sekali secara berkala mereka akan mengunjungi desa kita, untuk berpatroli," pak Arya terdiam sejenak, ia menunggu respon dari Rama. "Lalu kenapa jika mereka berpatroli paman?" "Haish,
"Tuan, mereka memiliki bumbu rempah yang beragam, bahkan sumberdaya alam mereka belum banyak yang tersentuh!!" kata Jonathan terlihat sangat meyakinkan. "Darimana kau temukan informasi itu?" Daniel menyesap minumannya, kini ia dan Jonathan sedang menunggu seseorang untuk melakukan pertemuan rahasia di rumah bordil. "Tuan, untuk bumbu rempah kau bisa rasakan sewaktu mereka menjamu kita, makanan yang kita rasakan saat itu bernama rendang, kaya akan bumbu rempah, jika kita menguasainya, maka kita bisa menjualnya ke bangsa lain!!" kata Jonathan lagi. Kali ini Daniel mengangguk setuju, makanan yang bernama rendang itu sangat nikmat, bahkan jika saja saat itu ia tidak memikirkan reputasinya. Mungkin nasi yang disiapkan saat itu akan kurang bagi Daniel, Jonathan pun hampir kehilangan akal saat memakannya. "Aku setuju, rempah mereka harus kita kuasai!!" "Dan coba Tuan perhatikan, saat kita memasuki kawasan hutan mereka, tak banyak pertambangan yang terlihat, dan aku sudah memastikan i
Rumah susun 3 lantai akan segera selesai, pak Joko membawa beberapa kerabatnya yang juga ahli dalam membangun, membuat proses pembangunan lebih cepat. Sementara pak Joko memantau pembangunan, Rama mendekatinya. Ia sudah membuat sketsa bawah tanah. Rama akan membuat bunker. Bunker lebar yang mampu menampung hampir 100 orang, desain bunker ini Rama beli di onshop, terdapat setidaknya 1 kamar utama dan 50 kamar biasa, masing-masing kamarnya memiliki 1 ranjang tingkat 2 beserta kamar mandinya, 1 ruang tamu besar untuk berkumpul, 1 ruang tempat penyimpanan makanan dan 1 ruang untuk bercocok tanam. "Tu... Tuan...bangunan apa yang berada di bawah tanah? Ini sesuatu yang sangat menakjubkan, kau sangat hebat sampai bisa memikirkan bangunan seperti ini!!" pak Joko terlihat takjub dengan desain yang Rama perlihatkan. "Namanya bunker paman, menurut paman, berapa orang yang paman perlukan untuk membantu membangun bunker ini? Dan perlu paman tau, bangunan ini sangat rahasia." Rama memberikan
Pak Bima termenung duduk di teras rumahnya, ia memandangi perubahan besar yang terjadi pada keluarganya. Perubahan yang sangat baik, namun ada suatu kekhawatiran di dadanya. "Bapak, apa yang kau pikirkan?" tanya Rama ketika mendapati pak Bima sedang termenung duduk di teras rumah sembari menatap langit. "Nak, bapak sangat berterima kasih sama kamu..." pak Bima menatap Rama penuh kasih sayang."apa yang kau lakukan sangat baik, lihatlah perubahan di desa kita, setiap rumah warga mengepulkan asap di dapurnya, kita bahkan bisa makan nasi 3 kali sehari,menikmati daging dan ikan..." Rama tertegun mendengar perkataan pak Bima, ia merasakan kehangatan di hatinya. "Tapi jangan terlalu keras nak pada dirimu sendiri, bapak liat kau begitu sibuk akhir-akhir ini, bapak ingin kau menikmati hidup..." Rama tersenyum,"bagaimana caranya pak?" "Nak, tidurlah saat kau ingin tidur, makanlah saat kau lapar, beristirahatlah saat kau lelah, jika sudah saatnya kita mati, maka kita takkan bisa menghind
"Haish!! Ck... Ck... Ck... Panggil Sersan Harjuna Adipati kesini!!" Perintah Raditya kepada Narno, Narno mengangguk dan langsung mencari Sersan Harjuna. Tak berapa lama Sersan Harjuna datang bersama beberapa prajurit pendampingnya. "Hormat Brigjen!!" kata Harjuna diikuti oleh prajurit pendampingnya, mereka menangkup kan tangan hormat. "Kau pergilah ke desa Mekaragung, Prada ini akan menunjukkan jalan dan memberi laporan padamu, setelah selesai laporkan kembali padaku!!" kata Raditya. Harjuna memandang Prada Haris dengan tatapan tajam, berani sekali seorang Prada sepertinya langsung menghadap seorang Brigjen, mereka harus diberi kedisiplinan nanti!! "Baik, Hormat Brigjen!!" kata Harjuna dengan sopan, ia menatap Prada Haris untuk segera mengikutinya keluar. Prada Haris tau akan seperti ini, ia juga sebenarnya tidak berani menghadap Brigjen, bahkan jika sesuai aturan harusnya ia memberi laporan lewat para atasannya, namun hanya mereka para Prada yang tidak terkena penyakit dan
"Tak bisa, obatnya kurang!!" kata paman Li Shin, ketika Harjuna dan Prada Haris datang ke toko obat. "Berapa harga obat itu paman? Apakah bisa diracik dengan cepat?" Desak Harjuna, ia kenal betul paman Li Shin,ia salah satu pawang obat kesayangan Raja. Namun, paman Li Shin menolak bekerja di Kerajaan, karena sahabatnya juga tidak mau bekerja di dalam kerajaan. Raja mengabulkan permintaannya, dengan satu syarat, ketika mereka diperlukan untuk pergi ke kota pusat Jawali, maka mereka harus segera datang. "Begini, obat ini bukan aku yang meracik, malahan ini adalah hadiah dari kenalanku!! Bagaimana aku bisa memberitahukan harganya? obat ini sangat langka!!" kata paman Li Shin dengan tegas. "Paman, saat ini kapten dan beberapa prajurit di perbatasan sedang terkena penyakit menular, jika tidak segera di obati, akan banyak korban, sehingga keamanan kita akan terganggu!! Tolong setidaknya bantu kami paman!!" Harjuna berlutut pada paman Li Shin, Prada Haris dan beberapa prajurit lainnya i
"Pandu, apa yang kau lakukan? Mengapa kau berlari seperti itu?"Maslianur yang sedang memakai kuda menghentikan perjalanannya saat mendapati Pandu sedang berada di jalan sepi. "Paman, syukurlah!! Paman bolehkah aku menumpang di kudamu sampai ke desa Mekarsari?" tanya Pandu, ia begitu terengah-engah karena sedari tadi berlari, jika ia tak berlari maka mungkin para prajurit itu akan mendahuluinya. Maslianur mengernyit, "apa yang mau kau lakukan di desa Mekarsari?"tanyanya kemudian. "Paman, tak ada waktu, aku harus cepat bertemu kak Rama," ungkap Pandu. Mendengar nama Rama disebut Maslianur pun mengangguk dan memperbolehkan Pandu naik keatas kudanya. 'Sepertinya memang ada hal penting yang ingin ia sampaikan pada Rama!'pikir Maslianur. Ia pun menghentak kudanya menuju desa Mekarsari. *** Paman Zao memakai masker ketika berada di perkemahan para prajurit yang terkena penyakit menular, ia juga memerintahkan Harjuna dan para pengawalnya yang tidak sakit untuk memakai kain penutup