"Apa kita harus melakukan ini?!" "Mau bagaimana lagi?!" "Kalau kita tidak melakukan ini, kita akan mati kelaparan!!" "Tapi ini suatu kejahatan!!" "Iya, lebih baik kita jadi pengemis daripada jadi perampok!!" "Kalau kau tidak mau jadi perampok ngapain kau ikut?!" "Aku juga tidak tau kenapa aku ikut!" "Makanya kau tidak perlu ngomong!!" "Ssttt... Diam!! ada kereta kuda yang lewat!!" Para pria tua itu langsung memasang penutup wajah, mereka adalah warga perkemahan. Para petua yang sebenarnya juga tidak memiliki tenaga. Namun keadaan memaksa mereka untuk menjadi perampok, selama 2 hari ini mereka sudah tidak makan. Hanya meminum air untuk mengisi perut mereka dan warga lainnya. "BERHENTI!!" Mereka melompat di depan kereta kuda, membuat kusir menghentikan kereta kudanya. Para pria tua itu memegang cangkul, arit, tombak, kayu, batu dan pisau dapur. Mereka berenam mengepung kereta kuda! "Se... Serahkan barang bawaan kalian!!" "Iya!! Keluarkan barang di dalam kereta!!" Rama y
'Bagaimana bisa, pemuda pesolek ini meracik obat?!' 'Mana mungkin?!' paman Zao mengikuti Rama sedari perkemahan hingga masuk ke desa Kuncup. Bahkan Rama merasa canggung dengan tatapan tajam paman Zao. Ketika Rama sedang ke kamar kecil, paman Zao juga menunggu di depan kamar kecil. Ketika Rama berbelanja, paman Zao juga mengikuti di belakangnya. Bahkan Rama tidak mengerti, mengapa paman Zao mengikutinya setelah bertanya soal gel pendingin luka? apa jenis obat itu juga belum ditemukan saat ini? Sampai ke puncak acara festival, paman Zao masih mengikuti Rama. Bahkan Maslianur bingung harus bersikap bagaimana dengan paman Zao. Paman Zao ini tipe orangtua yang keras kepala, penuh obsesi dan rasa penasaran yang tinggi. Jika ia belum melihat Rama meracik obat, ia tidak akan mengakui keahlian Rama!! Padahal Rama tidak terlalu peduli dengan pendapat paman Zao. Bagi Rama adalah ia hanya harus membantu disaat ia diperlukan. Rama tak begitu peduli pada pandangan orang lain. "Hei Ram, siapa
"Paman Zao, mari kita pulang!! Kau sudah terlalu lama di sini," jelas Maslianur, karna kali ini paman Zao bahkan mengikuti Rama hingga ke desa Mekarsari. "Kau saja yang pulang dan katakan pada mereka aku masih punya urusan di sini!!"paman Zao tak begitu peduli ketika ia masih merasa belum puas pada pengetahuan yang Rama berikan. Tanpa paman Zao ketahui, Rama merencanakan ini semua. Sangat mudah membuat orang tua itu penasaran, kau cukup memperlihatkan beberapa barang unik dan ia akan mengekorimu. Mungkin akan lebih banyak obat yang bisa Rama jual!! "Paman... aku yang membawamu ke sini, jika kau tidak kembali bersamaku, para petua di toko obat akan memarahiku nanti!!" kata Maslianur dengan nada memelas. "Ck... Ck... Ck... kau ini bawel sekali!! biarkan aku di sini, aku bisa pulang ketika urusanku sudah selesai!!" "Tapi paman akan tidur di mana? desa Mekarsari ini adalah desa para petani, tidak ada penginapan di sini!" jelas Maslianur lagi. "Kau boleh tidur di rumahku paman," sa
"Nona Chu Hua, Tuan Besar memanggilmu." Narsih, pembantu pribumi di rumah keluarga pedagang Chao changming, memanggil nona muda di keluarga itu, ia menatap nona muda itu dengan tatapan muram. Setiap kali nona muda itu menatap kaca, suasana hatinya tidak akan baik. Kali ini Chu Hua hanya mengangguk, ia menatap wajahnya di cermin. 'Wajah yang sangat jelek!!' Chu Hua kembali menghina dirinya sendiri. Ia bahkan membenci wajah itu, Chu Hua bahkan memakai penutup wajah di dalam rumah. Tak banyak orang yang bisa melihat wajah itu, sehingga banyak rumor yang beredar. "Jangan menatap wajah nona muda keluarga Changming, wajahnya terkutuk!" "Ia benar, siapapun yang melihat wajahnya akan tertular kejelekannya!!" "Memang seburuk apa wajah nona muda itu?!" "Sangat jelek!! Kau takkan sanggup melihatnya!" "Bahkan tunangannya memutuskan pertunangan mereka, ketika melihat wajah nona muda itu!!" "Nona muda yang malang, padahal badannya sangat bagus!!" "Xixixi, meskipun badan bagus kalau wajahny
Waktu makan malam telah tiba, terlihat tumisan sayur, bihun goreng, sup ikan dan nasi putih di meja makan. Setidaknya mereka tidak memakan sagu encer, padahal sagu termasuk makanan sehat. Namun, lidah manusia selalu minta dimanja. "Apa kau murid kedua guru Zao?" Rawin kini menatap Rama tidak suka, ia merasa punya saingan. "Iya..." Rama tersenyum jahil. Ia melihat tatapan tak mau kalah dari Rawin. "Guru, apa yang kau lihat darinya sehingga menjadikannya murid?! Apa tidak cukup hanya aku?" Rawin mulai memperlihatkan tingkah kekanakannya kini. Ia benar-benar kesal mengetahui paman Zao membawa murid lain. "Bug?!" Paman Zao memukul kepala Rawin, anak ini perlu diberi pelajaran agar tidak terlalu manja."kau bahkan tidak cukup bagus jika disandingkan dengannya!" Rawin hanya mencibir dan mengelus kepalanya, "cih!!"namun tak berani melawan ketika paman Zao marah, ia tau gurunya itu akan teramat mengerikan jika marah. "Hahaha... Zao tua, kau bahkan sangat memujinya, memangnya apa yang
Dalam mimpi itu Rama melihat gadis itu tersenyum dari kejauhan, gadis itu sedang belajar menyulam bersama beberapa temannya. Gadis itu menggerai rambut panjang ikalnya, kulitnya yang putih bersih sangat cocok ketika mengenakan hanfu berwarna putih bercampur warna peach. Gaunnya bersulamkan bunga mawar pink dan beberapa kupu-kupu. Sangat indah!! Dengan jepit rambut kupu-kupu di kepalanya, sepertinya gadis itu sangat menyukai kupu-kupu. Sesekali ia tertawa dan menutupi mulutnya, agar tawa itu terdengar lebih sopan. Ini seperti bukan mimpi, Rama merasa ini adalah sebuah ingatan dari pemilik tubuh terdahulu. Rama masih memandangi gadis itu dari jauh dan saat gadis itu akan menoleh kearahnya. Rama buru-buru bersembunyi, ia tak ingin gadis itu mendapatinya sedang mengintip mereka. "Putri Mawar!!" Seseorang memanggil gadis itu, seketika Rama pun terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya masih di kamar Rawin. Rama mengerjapkan matanya berulang kali, mimpi itu terasa nyata. Rama sed
Sementara itu paman Zao dan Rama sudah sampai di rumah keluarga changming, keluarga paman Zao. Rumah dengan kemewahan di jaman ini, terdapat taman bunga dan beberapa pohon maple yang tertata rapi menghiasi halaman rumah. Beberapa penjaga di tempatkan pada pintu masuk. "Paman!!" Chu Hua berlari ke arah paman Zao, ketika ia dikabari tentang kedatangan paman Zao ke rumahnya, tanpa ia sadari kehadiran Rama di situ. Chu Hua masih mengenakan penutup wajahnya, namun ketika akan membuka penutup wajah itu ia terkejut melihat Rama. "Siapa dia paman?!" tanya Chu Hua tidak jadi membuka penutup wajahnya. "Tenanglah Chu Hua, dia adalah muridku. Ia kesini untuk melihat gatal di wajahmu dan mengobatinya," jelas paman Zao. Chu Hua menatap Rama yang sedang tersenyum ramah padanya, ia melihat wajah yang tampan mempesona. Bagaimana mungkin orang dengan penampilan seperti Rama bisa mengobati gatal di wajahnya?! Bukankah pria ini hanya seorang pesolek? "Paman... Kau tidak bercanda kan?" tanya Chu Hua
"Rama, mengapa kau pulang larut?" tanya paman Zao, ia gelisah menunggu Rama yang belum kembali, ia bahkan sempat berpikir bahwa Rama kabur tadi. "Aku sedang ada urusan, paman ingat seseorang yang menyapaku waktu di depan toko obat?" Rama terduduk dan mengeluarkan beberapa barang dari tasnya. "Andik si pengepul, aku tau beberapa hal tentangnya. Apa kau berdagang dengannya?" tanya paman Zao. Rama mengangguk dan menguap,"Paman, bisa kau panggil Chu Hua sebentar? Aku tau ini sudah larut, tapi perawatan di malam hari sangat penting."kata Rama. Paman Zao yang tadinya terlihat mengantuk segera berdiri dan langsung menuju kamar keponakannya. Kali ini Chu Hua datang bersama Narsih, Narsih adalah pengurus Chu Hua yang sudah seperti keluarganya sendiri, bahkan umur mereka tidak jauh berbeda. Chu Hua dan Narsih terlihat menguap, sepertinya mereka sudah tertidur saat di bangunkan. "Nona bisa kau bantu aku mengambil 2 baskom air dan 2 handuk?" pinta Rama pada Narsih Rama begitu sopan te
Andonesia, tahun 2075 Dunia hari ini mengalami kehancuran karena pengrusakan lingkungan oleh perusahaan maupun perorangan. Tapi, manusia tak peduli. Mereka justru berperang di bawah iklim yang berubah total dan tak sadar sebuah batuan besar dari langit menghantam bumi. Semua orang dalam keadaan panik, berlari tanpa tujuan. Bumi gelap seketika ketika kabut hitam aneh datang sementara listrik tengah padam. "Uuuhhh....!" Seorang pria tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, seolah-olah ia sudah tiduran terlalu lama. Pria itu menatap sekitarnya hingga akhirnya beradu pandang dengan perawat yang baru saja memasuki ruangannya dengan ekspresi terkejut. "Dokter Angel! Pasien nomor 10 akhirnya sadar." Perawat tersebut langsung mengabari seorang dokter cantik yang sedang menulis di ruangannya. Mendengar pasien dengan nomer 10 akhirnya sadar, Angel langsung mengikuti perawat yang tadi mengabarinya. "Klek!" Angel membuka pintu itu dan menatap pasien nomer 10 dan langsung
"Dar!!" "Tuan Muda!" jerit Lilia. "Kau sangat berani!!" Baxia mengayunkan ekornya untuk menghantam Jenderal Kris, tubuh Jenderal Kris melayang jauh hingga menghantam badan kapal yang lain, ia mengeluarkan darah dan mati di tempat. 'Bagaimana dengan Tuan Muda?'tanya Lilia. 'Tenanglah baby, aku akan membawa Tuan kembali setelah memberi mereka pengajaran.' Baxia berbalik dan memperlihatkan aura yang sangat dominan serta mengerikan, seketika air laut di sekitar kapal Mamarika bergemuruh. "PULANGLAH DAN JANGAN KEMBALI!! ATAU AKU AKAN BUAT PERHITUNGAN DAN MENGHANCURKAN BANGSA KALIAN!" suara Baxia menggema hingga memekakkan telinga yang mendengarnya, sehingga mereka harus menutup telinga agar tidak terlalu sakit. Jenderal Sean mengangguk sembari menutup telinganya. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Baxia berbalik membawa tubuh Rama ke kapal mereka. Pasukan bayangan sudah menunggu Baxia dengan perasaan khawatir. Rama tidak sadarkan diri, saat diperiksa tidak ada tanda-tand
"Fatta, apa kau berhasil menjalin kontrak dengan Naga?" tanya Rama ketika melihat Fatta dan Baxia datang setelah 2 hari berkelana dialam Hewan Spiritual. 2 hari berkelana di alam Hewan Spiritual sama dengan 2 minggu berlalu di alam manusia. Baxia dan Fatta tersenyum, seekor hewan seperti mahluk purba muncul di punggung belakang Fatta, bentuknya sepertinya dinosaurus dengan ukuran mini setinggi setengah meter. Melihat hewan Spiritual milik Fatta, spontan Jaya tertawa terbahak-bahak."Kau berburu Naga, tapi malah mendapatkan Saurus?hahaha...Hewanmu sangat lucu Fatta!" Melihat itu Fatta dengan wajah datarnya memberi perintah kepada Barats, nama yang ia berikan kepada Hewan Spiritualnya untuk menunjukkan bakat uniknya. "Barats, perlihatkan wujud aslimu!!" Barats melompat dari punggung Fatta, ia kemudian memperlihatkan bentuknya yang semakin membesar hingga sebesar Baxia, "RAAAAAOOOOWWWW!!!" Barats memperlihatkan aumannya yang keras di wajah Jaya, Jaya tak mampu berbuat apapun, ia h
"Tuan Muda, apakah kau dari alam Hewan Spiritual?" tanya Fatta yang melihat Rama, Lilia dan Baxia datang bersamaan dari portal keluar alam Hewan spiritual. "Iya, ada apa? Apa ada masalah ketika aku pergi?" tanya Rama lagi, ia melihat ekspresi yang tidak biasa dari Fatta. "Tuan Muda, seharusnya kau mengajakku, aku juga ingin melakukan kontrak dengan Naga," sahut Fatta dengan ekspresi kecewa. Rama menghela napas lega, ia tak menyangka masalahnya seperti itu, ia bahkan sudah berpikiran yang tidak-tidak tadi. "Oho, aku bisa menemanimu!" kata Baxia, ia kemudian membuka kembali portal ke dunia alam Hewan Spiritual. Fatta kemudian menatap Rama dengan tatapan memohon untuk diizinkan pergi. "Baiklah, pergilah!" sahut Rama kemudian. "Terima kasih Tuan Muda," kata Fatta kemudian menghilang bersama Baxia di balik portal alam Hewan Spiritual. "Fatta itu termasuk manusia luar biasa, kekuatannya tidak seperti manusia biasa, apa mungkin dia manusia istimewa? Tapi tidak mudah menjalin kont
Sesampainya mereka di alam Hewan Spiritual, Rama dan Lilia di sambut dengan hangat. Namun para Naga bingung dengan Naga mini yang mengikuti Rama dan Lilia. "Apa Lilia punya anak?""Setauku tidak, Lilia belum memasuki masa kawin,""Lalu kenapa ada bayi Naga?""Mungkin Lilia menemukannya dan kasihan padanya,""Kau benar, bisa jadi seperti itu, tapi bukankah kita para Naga tidak pernah menelantarkan bayinya?""Aaahh.... Kau benar juga, lalu bayi siapa itu?"Semua Naga mulai menebak siapa bayi Naga yang mengikuti Rama dan Lilia, bahkan Ketua Naga terlihat bingung dengan Naga kecil yang mereka bawa. Rama tersadar dengan tatapan aneh sedari tadi yang mereka terima. "Baxia, kau boleh mengubah wujudmu kalau di sini," kata Rama, sepertinya wujud Baxia yang menggemaskan membuat para Naga bertanya-tanya. Mendengar itu Baxia lalu berubah ke wujud asalnya, Naga yang tadinya lucu dan menggemaskan berubah menjadi Naga yang mendominasi, gagah dan sangat kuat. melihat tanda di wajahnya Ketua Naga l
"Jadi apa nama untukku?" tanya Naga jantan yang telah menjalin kontrak dengan Rama itu, bahkan Lilia menatap dengan tidak percaya, bagaimana bisa 2 Naga menjalin kontrak dengan Tuan yang sama, bukan kah Tuan itu tidak akan mampu, tapi yang terjadi Rama terlihat mampu dan tidak kenapa-kenapa. "Kita sudah menjalin kontrak?" tanya Rama memastikan, ia memang merasa ada yang berbeda pada dirinya ketika menjalin kontrak dengan Naga jantan, tidak seperti ketika ia menjalin kontrak dengan Lilia. Bahkan Lilia tersadar, ada perubahan pada bulu putih di bagian wajah Naga jantan, bulu putih itu berkilau keemasan, di bagian sayap juga begitu, Namun ia masih berwarna biru muda, selain itu dan cahaya tadi tidak terjadi apapun kepada Naga jantan. "Apa yang kau lakukan kepada Tuanku?" tanya Lilia, ia khawatir Rama yang malah mendapat imbasnya. "Aku membagi kekuatanku padanya, aku tidak mungkin mencelakainya my love, jika dia mati kau dan aku akan mati juga," sahut Naga jantan, Lilia bersyukur atur
"Maksudmu ada Naga lain selain dirimu saat ini?" tanya Rama, ia melihat Lilia menggeram marah dan mencoba mencari sumber bau itu. "Tuan Muda, aku akan pergi sebentar!" pamit Lilia, ia kemudian menjauh dari desa Mekarsari menuju bukit. 'Lilia, berhati-hatilah dan tetap pertahankan komunikasi kita."pinta Rama, ia terlihat khawatir melihat Lilia yang pergi begitu saja. 'Tentu Tuan Muda, aku adalah Naga penjaga sekaligus Naga petarung, jangan khawatir aku akan segera kembali,' Sesampainya di bukit kembaran, Lilia berdesis, tanda ia sedang marah, "Tunjukan dirimu, aku tau kau ada di dekatku!" seru Lilia, ia terlihat sangat marah. Kemudian seekor Naga yang lebih tinggi dari Lilia muncul, Naga itu memiliki warna biru muda dengan warna putih sayap di bagian mata. Matanya berwarna hitam pekat, sudah bisa ditebak Naga ini adalah Naga jantan. "Aku tak menyangka kau akan menyadari kehadiranku, "Naga itu terlihat sangat mendominasi, berbeda dengan Naga jantan yang biasa Lilia temui. Lili
'Lilia, apa yang terjadi?'tanya Rama. Lilia menatap ke arah bangungan Houston yang tak jauh dari dirinya, Xiao Wang Li dan Jessica berada. 'Tuan Muda, bangsa Mamarika sepertinya membuat senjata baru untuk memerangi kita,' 'Senjata baru, Seperti apa?'tanya Rama kembali. 'Senjata itu memiliki pelontar, berbentuk bulat berduri, diberi api dan ketika meluncur serta mengenai target, maka akan meledak di waktu tertentu, "jelas Lilia, ia menggeram marah. Ingin rasanya Lilia menghancurkan bangsa Mamarika sekarang juga, kalau saja bukan Rama yang melarang maka Lilia sudah membumihanguskan bangsa itu. 'Lilia tenanglah, bawa Xiao Wang Li dan adiknya kembali terlebih dahulu ke Mekarsari,' pinta Rama. "Xiao, Tuan Muda meminta kita untuk kembali terlebih dahulu ke Mekarsari," jelas Lilia setelah selesai berkomunikasi dengan Rama. Xiao Wang Li dan Jessica terlihat kebingungan sebelum akhirnya Lilia kembali bersuara. "Aku dan Tuan Muda terjalin kontrak, karena itu kami bisa berkomunikasi sec
"Lilia!!" Kali ini Xiao Wang Li sangat senang bertemu Lilia, ia tak menyangka kalau Lilia selama ini bersamanya. "Rrrrrgggghhhh... Rrrrrgggghhhh... " Lilia mulai berdesis, ia siap mengeluarkan laharnya kapanpun ia mau, jika ada yang berani mendekat siap-siap saja dibakar sampai hangus. "Prajurit!!" Jenderal Kris berteriak memanggil prajurit bersenjata api. Para prajurit mulai mengepung Lilia dan Xiao Wang Li, mereka juga mulai siaga dengan mengompa senjata api. "Jangan mendekat atau kalian aku bakar!!" ancam Lilia lagi, pasukan Mamarika mulai gentar, terlebih dengan apa yang baru mereka lihat. Naga benar-benar nyata!! Bukannya takut, Jenderal Kris menjadi berambisi untuk menjinakkan Lilia dan menjadikannya hewan milik mereka, mereka tidak tau jika hewan spiritual yang menjalin kontrak tidak bisa dijinakkan. "Tangkap Naga itu!!" perintah Jenderal Kris, pasukan Mamarika agak kebingungan, dengan apa mereka harus menangkap Naga yang memiliki tinggi 2 kali lipat lebih dari manusia.