Paman Zao adalah salah satu pawang obat yang terkenal di Mekaragung, sudah 2 hari ini ia dimintai tolong oleh Maslianur untuk merawat Pandu. Luka luar Pandu mulai sembuh, namun luka dalam memerlukan waktu setidaknya seminggu untuk kembali ke sedia kala. Setidaknya luka Pandu bukanlah luka berat, rupanya organ didalam tubuhnya ia lindungi dengan baik saat dipukuli. Paman Zao memeriksa nadi Pandu, anak itu menatap paman zao dalam keadaan sadar. Ia ingin segera sembuh, dan membawa paman zao untuk mengobati ayahnya. Pandu merasa ia sudah terlalu lama meninggalkan ayahnya. Paman Zao mengusap janggutnya, mengambil ramuan obat yang sudah ia racik. Obat yang terbuat dari akar kipakan ini sangat ampuh untuk mengurangi nyeri luka dalam. Paman Zao menyodorkan ramuan itu untuk Pandu minum, Pandu meminum obat akar kipakan itu dengan susah payah. Rasanya sangat pengar!! "Paman Zao, maukah kau ikut untuk mengobati bapakku?" pinta Pandu. Paman Zao menatap Maslianur, bukannya ia tak mau membantu
"Apa kita harus melakukan ini?!" "Mau bagaimana lagi?!" "Kalau kita tidak melakukan ini, kita akan mati kelaparan!!" "Tapi ini suatu kejahatan!!" "Iya, lebih baik kita jadi pengemis daripada jadi perampok!!" "Kalau kau tidak mau jadi perampok ngapain kau ikut?!" "Aku juga tidak tau kenapa aku ikut!" "Makanya kau tidak perlu ngomong!!" "Ssttt... Diam!! ada kereta kuda yang lewat!!" Para pria tua itu langsung memasang penutup wajah, mereka adalah warga perkemahan. Para petua yang sebenarnya juga tidak memiliki tenaga. Namun keadaan memaksa mereka untuk menjadi perampok, selama 2 hari ini mereka sudah tidak makan. Hanya meminum air untuk mengisi perut mereka dan warga lainnya. "BERHENTI!!" Mereka melompat di depan kereta kuda, membuat kusir menghentikan kereta kudanya. Para pria tua itu memegang cangkul, arit, tombak, kayu, batu dan pisau dapur. Mereka berenam mengepung kereta kuda! "Se... Serahkan barang bawaan kalian!!" "Iya!! Keluarkan barang di dalam kereta!!" Rama y
'Bagaimana bisa, pemuda pesolek ini meracik obat?!' 'Mana mungkin?!' paman Zao mengikuti Rama sedari perkemahan hingga masuk ke desa Kuncup. Bahkan Rama merasa canggung dengan tatapan tajam paman Zao. Ketika Rama sedang ke kamar kecil, paman Zao juga menunggu di depan kamar kecil. Ketika Rama berbelanja, paman Zao juga mengikuti di belakangnya. Bahkan Rama tidak mengerti, mengapa paman Zao mengikutinya setelah bertanya soal gel pendingin luka? apa jenis obat itu juga belum ditemukan saat ini? Sampai ke puncak acara festival, paman Zao masih mengikuti Rama. Bahkan Maslianur bingung harus bersikap bagaimana dengan paman Zao. Paman Zao ini tipe orangtua yang keras kepala, penuh obsesi dan rasa penasaran yang tinggi. Jika ia belum melihat Rama meracik obat, ia tidak akan mengakui keahlian Rama!! Padahal Rama tidak terlalu peduli dengan pendapat paman Zao. Bagi Rama adalah ia hanya harus membantu disaat ia diperlukan. Rama tak begitu peduli pada pandangan orang lain. "Hei Ram, siapa
"Paman Zao, mari kita pulang!! Kau sudah terlalu lama di sini," jelas Maslianur, karna kali ini paman Zao bahkan mengikuti Rama hingga ke desa Mekarsari. "Kau saja yang pulang dan katakan pada mereka aku masih punya urusan di sini!!"paman Zao tak begitu peduli ketika ia masih merasa belum puas pada pengetahuan yang Rama berikan. Tanpa paman Zao ketahui, Rama merencanakan ini semua. Sangat mudah membuat orang tua itu penasaran, kau cukup memperlihatkan beberapa barang unik dan ia akan mengekorimu. Mungkin akan lebih banyak obat yang bisa Rama jual!! "Paman... aku yang membawamu ke sini, jika kau tidak kembali bersamaku, para petua di toko obat akan memarahiku nanti!!" kata Maslianur dengan nada memelas. "Ck... Ck... Ck... kau ini bawel sekali!! biarkan aku di sini, aku bisa pulang ketika urusanku sudah selesai!!" "Tapi paman akan tidur di mana? desa Mekarsari ini adalah desa para petani, tidak ada penginapan di sini!" jelas Maslianur lagi. "Kau boleh tidur di rumahku paman," sa
"Nona Chu Hua, Tuan Besar memanggilmu." Narsih, pembantu pribumi di rumah keluarga pedagang Chao changming, memanggil nona muda di keluarga itu, ia menatap nona muda itu dengan tatapan muram. Setiap kali nona muda itu menatap kaca, suasana hatinya tidak akan baik. Kali ini Chu Hua hanya mengangguk, ia menatap wajahnya di cermin. 'Wajah yang sangat jelek!!' Chu Hua kembali menghina dirinya sendiri. Ia bahkan membenci wajah itu, Chu Hua bahkan memakai penutup wajah di dalam rumah. Tak banyak orang yang bisa melihat wajah itu, sehingga banyak rumor yang beredar. "Jangan menatap wajah nona muda keluarga Changming, wajahnya terkutuk!" "Ia benar, siapapun yang melihat wajahnya akan tertular kejelekannya!!" "Memang seburuk apa wajah nona muda itu?!" "Sangat jelek!! Kau takkan sanggup melihatnya!" "Bahkan tunangannya memutuskan pertunangan mereka, ketika melihat wajah nona muda itu!!" "Nona muda yang malang, padahal badannya sangat bagus!!" "Xixixi, meskipun badan bagus kalau wajahny
Waktu makan malam telah tiba, terlihat tumisan sayur, bihun goreng, sup ikan dan nasi putih di meja makan. Setidaknya mereka tidak memakan sagu encer, padahal sagu termasuk makanan sehat. Namun, lidah manusia selalu minta dimanja. "Apa kau murid kedua guru Zao?" Rawin kini menatap Rama tidak suka, ia merasa punya saingan. "Iya..." Rama tersenyum jahil. Ia melihat tatapan tak mau kalah dari Rawin. "Guru, apa yang kau lihat darinya sehingga menjadikannya murid?! Apa tidak cukup hanya aku?" Rawin mulai memperlihatkan tingkah kekanakannya kini. Ia benar-benar kesal mengetahui paman Zao membawa murid lain. "Bug?!" Paman Zao memukul kepala Rawin, anak ini perlu diberi pelajaran agar tidak terlalu manja."kau bahkan tidak cukup bagus jika disandingkan dengannya!" Rawin hanya mencibir dan mengelus kepalanya, "cih!!"namun tak berani melawan ketika paman Zao marah, ia tau gurunya itu akan teramat mengerikan jika marah. "Hahaha... Zao tua, kau bahkan sangat memujinya, memangnya apa yang
Dalam mimpi itu Rama melihat gadis itu tersenyum dari kejauhan, gadis itu sedang belajar menyulam bersama beberapa temannya. Gadis itu menggerai rambut panjang ikalnya, kulitnya yang putih bersih sangat cocok ketika mengenakan hanfu berwarna putih bercampur warna peach. Gaunnya bersulamkan bunga mawar pink dan beberapa kupu-kupu. Sangat indah!! Dengan jepit rambut kupu-kupu di kepalanya, sepertinya gadis itu sangat menyukai kupu-kupu. Sesekali ia tertawa dan menutupi mulutnya, agar tawa itu terdengar lebih sopan. Ini seperti bukan mimpi, Rama merasa ini adalah sebuah ingatan dari pemilik tubuh terdahulu. Rama masih memandangi gadis itu dari jauh dan saat gadis itu akan menoleh kearahnya. Rama buru-buru bersembunyi, ia tak ingin gadis itu mendapatinya sedang mengintip mereka. "Putri Mawar!!" Seseorang memanggil gadis itu, seketika Rama pun terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya masih di kamar Rawin. Rama mengerjapkan matanya berulang kali, mimpi itu terasa nyata. Rama sed
Sementara itu paman Zao dan Rama sudah sampai di rumah keluarga changming, keluarga paman Zao. Rumah dengan kemewahan di jaman ini, terdapat taman bunga dan beberapa pohon maple yang tertata rapi menghiasi halaman rumah. Beberapa penjaga di tempatkan pada pintu masuk. "Paman!!" Chu Hua berlari ke arah paman Zao, ketika ia dikabari tentang kedatangan paman Zao ke rumahnya, tanpa ia sadari kehadiran Rama di situ. Chu Hua masih mengenakan penutup wajahnya, namun ketika akan membuka penutup wajah itu ia terkejut melihat Rama. "Siapa dia paman?!" tanya Chu Hua tidak jadi membuka penutup wajahnya. "Tenanglah Chu Hua, dia adalah muridku. Ia kesini untuk melihat gatal di wajahmu dan mengobatinya," jelas paman Zao. Chu Hua menatap Rama yang sedang tersenyum ramah padanya, ia melihat wajah yang tampan mempesona. Bagaimana mungkin orang dengan penampilan seperti Rama bisa mengobati gatal di wajahnya?! Bukankah pria ini hanya seorang pesolek? "Paman... Kau tidak bercanda kan?" tanya Chu Hua