Share

bab 12

"Baiklah, besok pagi ketika urusanku sudah selesai. Aku akan memberikan beberapa resep masakan pada paman." kata Rama berjanji pada pak Petra. ketika urusannya dengan pak Andik selesai, maka Rama akan memberikan beberapa resep tambahan untuk menu di penginapan Melati.

Jadi, di sinilah ia sekarang. Di rumah pak Andik Pratama. Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan rumah pak Andik.

Rumah bata yang terbuat sangat mewah, dikelilingi pagar tinggi. Ketika masuk mereka juga disuguhi dengan taman bunga yang indah, ada kolam ikan dengan jembatan kayu yang menghubungkan kerumah utama. Pak Andik menyambut mereka dengan ramah, dan lebih ramah lagi ketika melihat hasil panen cabai yang sangat bagus.

"Jadi berapa harga cabai yang akan paman beli perkilonya?" tanya Rama tanpa basa-basi.

"4 logam emas!!!" seru pak Andik saking senangnya.

Mendengar harga yang sangat mahal itu pak Wijaya, pak Suli dan Jaya langsung terperangah. Menatap Rama tak percaya.

"Baiklah paman, tapi aku ingin memberikan hadiah untukmu. Bisakah kita bicara berdua saja?"

"Baiklah..." Pak Andik langsung membawa Rama masuk ke ruangan yang lain. Ada sebuah ruangan yang tidak terlalu besar, sepertinya ini adalah ruang baca pak Andik. Tidak berada terlalu jauh dari ruang tamunya.

Rama mengeluarkan 2 buah kotak, di dalamnya terdapat cabai kering "boncabai" Level 5 dengan tingkat kepedasan setara 50 biji cabai biasa. Rama memberikan rasa original dan rasa rumput laut yang baru dibelinya tadi pagi di onshop. Pak Andik memandang bubuk cabai itu."apa ini...?"

"Bubuk cabai..." jelas Rama."rasa asli dan rasa rumput laut." jelasnya lagi.

Mata pak Andik langsung berbinar dan mencoba mencicipi bubuk cabai di depannya.

"Uhuk... Uhuk...!!" rasa original begitu pedas namun sangat cocok untuk orang yang menyukai pedas, rasa rumput laut pedas namun cocok untuk pemula yang ingin mencoba makanan pedas karna tidak terlalu pedas. "Apa benar ini hadiah untukku? Sepertinya jika dijual ini akan nikmat jika ditabur pada makanan apa saja..." kata pak Andik memuji bubuk cabai Rama.

"Itu hadiah untuk paman, tapii... Jika paman ingin membeli nanti, aku bisa menjualnya..." kata Rama dengan senyum seperti sales yang berhasil mempromosikan barang daganganya. "Berapa harga yang akan paman kasih untuk bubuk cabai ini?" tanyanya lagi, karna Rama juga tidak ingin terlalu serakah, baginya di onshop harga bubuk cabai sangat murah, hanya 7 rupih per sachet. Jika per sachet dihargai bahkan 1 logam emas, maka Rama sudah memperoleh banyak keuntungan.

"Bagaimana jika 6 logam emas perkotak seperti ini?"jelas pak Andik.

'Wow, bahkan ia tidak menduga akan dihargai sebanyak 6 logam emas!'

"Baiklah paman...aku hanya bisa menyiapkan 10 kotak perbulannya." jelas Rama, tetap berpegang teguh pada, semakin langka-semakin mahal.

"10 kotak?! Bisakah kamu naikkan lagi jumlah cabai bubuknya?" tanya pak Andik, karna untuk keperluan para bangsawan dan para pejabat, 10 kotak terlalu sedikit. "Setidaknya 50 kotak perbulan?"

Rama menggeleng, "tidak paman, 10 kotak per bulan, jika pun ingin lebih, aku hanya bisa sampai 20 kotak perbulan, aku memakai tenaga keluarga, bukan tenaga pelayan, paman tau kan resepnya lebih mahal." jelas Rama dengan kebohongan yang nyata. Padahal ia hanya membeli di onshop kemudian mengemasnya di kotak.

Wajah pak Andik terlihat muram, "aku akan menaikkan harganya jika kamu bisa menyiapkan 50 kotak..." kata pak Andik dengan rayuan pedagangnya. Ia jelas melihat bubuk cabai akan sangat laris dijual di kalangan bangsawan dan pejabat. Apalagi baru-baru ini ia mendengar rumor bahwa utusan dari timur sangat menyukai masakan pedas.

"Berapa?" tanya Rama namun dengan raut wajah santai.

"8 logam emas perkotak!!" kali ini pak Andik menyebutkan angka yag sangat fantastik, jika saja Jaya mendengarnya pasti ia akan berteriak kegirangan.

"Baiklah paman, aku akan memikirkannya. Bulan depan paman bisa datang mengambil 20 kotak terlebih dahulu." jelas Rama.

"Kenapa tidak langsung 50 kotak?"

"Paman...aku siapkan bulan depan 20 kotak, bulan berikutnya baru 50 kotak. Paman bahkan belum menemukan siapa yang akan membeli bubuk cabaiku." jelas Rama rendah hati. Padahal Rama hanya memakai strategi tarik ulur.

"Aku sudah menemukan pelanggan ku, kamu tenang saja, siapkan untukku 50 kotak!! oke?!" kata Pak Andik penuh keyakinan.

"Baiklah..." kata Rama tersenyum puas.

Pak Andik kemudian mengambil sekotak uang logam emas, 4 logam emas x 40 kg cabai segar = 160 logam emas. Pak Andik kemudian mengeluarkan emas batangan sebanyak 2 buah untuk pembayaran cabai segar. Dan 8 logam emas x 50 kotak bubuk cabai = 400 logam emas = 5 batang emas dan 6 logam emas. Kini keuntungan Rama dipotong dengan hasil cabai pak Suli adalah 6 batang emas dan 6 logam emas.

Rama menahan senyum senangnya,

'ah ia bahkan bisa membeli kereta kuda nanti jika bisa menjual banyak barang dari onshop!' kereta kuda di jaman ini setidaknya seharga 10 batang emas.

"Aku akan membayar penuh untuk 50 kotak saat mengambil bubuk cabai 50 kotak bulan depan." jelas pak Andik. "Tolong... Jika ada barang bagus, berbagilah padaku lagi." jelas pak Andik tau ia harus berhubungan baik dengan Rama.

"Tentu saja...baiklah kalau begitu aku akan pamit pulang paman."

"Baik nak Rama..." kata pak Andik yg memang tidak tau status Rama adalah keluarga kerajaan.

Rama mengangguk, keduanya kemudian keluar dari ruang baca pak Andik.

Pak Wijaya, pak Suli dan Jaya menatap Rama penuh tanya sekeluarnya dari rumah pak Andik. Sesampainya di dalam kereta kuda Rama menyerahkan 1 batang emas besar kepada pak Suli, hasil panen cabainya.

"Ini 1 batang emas?!!"

Pak Suli yang tidak pernah memegang uang logam emas bahkan kini memiliki 1 batang emas besar. Tangannya bergetar hebat, bahkan ia menangis ketika melihat emas batangan itu. Mereka taunya Rama juga memegang 1 batang emas, padahal Rama memegang 6 batang emas dan 6 logam emas yang ia simpan di kotak penyimpanan onshop. Tempat teraman di zaman ini untuk Rama!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status