[Selamat datang di onshop]
Saat ini Rama sedang sendirian di kamarnya, pintu kamar sudah ia kunci. Jaya sedang pergi jaga malam bergantian dengan warga lainnya. Pak Bima di kamar dengan ibu Sri. Ini saat yang tepat untuk Rama membedah onshop. Menurut informasi yang Rama dapatkan, 1 logam emas setara dengan 2 juta Rupih, 1 logam perak setara 200 ribu Rupih, 1 logam perunggu setara 20 ribu Rupih. Nilai mata uang di zaman ini lebih besar karna lebih murni dibanding zaman modern yang sudah terkena inflasi. Rama memasukkan 1 logam perunggu ke dalam gambar token di onshop. Seketika terlihat nominal 20 ribu Rupih. Rama tersenyum puas dan membayar 5 Rupih untuk harga brownies tadi pagi. 'Lebih baik tidak berhutang' pikirnya. Rama memandangi kotak Brownies dan seketika robot mungil kembali muncul. [Anda bisa membuang sampah ke kotak sampah daur ulang, satu sampah dihargai 1 rupih] Rama langsung tersenyum puas dan mengklik gambar kotak sampah, memasukkan kotak brownies ke dalam gambar notifikasi. Token bertambah 20,1 Rupih. Sistem ini memahami pemikiran Rama tanpa perlu bertindak. 'Bagaimana aku harus menyimpan benda-benda ini nantinya?' pikir Rama lagi. [Anda bisa membeli kotak penyimpanan, ada berbagai macam kotak penyimpanan] Robot mungil kembali menjelaskan, kemudian menampilkan beberapa gambar kotak penyimpanan. Penyimpanan small mampu menyimpan hingga 10 barang. Harganya 10 ribu Rupih. Penyimpanan reguler mampu menyimpan hingga 50 barang. Harganya 100 ribu Rupih. Penyimpanan unlimited mampu menyimpan semua barang, 10 hewan dan 5 manusia. Astaga.... 'Unik sekali' Rama tersenyum puas. Sementara, Rama harus menghemat uangnya. Jadi dia mengklik penyimpanan small. Token yang tersisa hanya 10,1 Rupih. Rama kemudian mengklik sabun, shampo, sikat gigi dan pasta gigi. Ia harus mandi, kulitnya sudah terasa gatal karna belum mandi dari pagi. 'Ah, pemilik tubuh terdahulu mungkin sering mandi tapi kualitas sabun saat ini memang sangat rendah.' Sabun yang dipakai adalah sabun tradisional yang terbuat dari saponin. Getah tanaman tertentu yang jika dicampur air akan mengeluarkan busa sabun. Rama lantas pergi ke sumur di samping dapur, mengambil air dan bersiap untuk mandi. Air nya terasa segar, udara malam pun jauh dari kata polusi. Ini adalah kehidupan yang tenang di pedesaan. Tubuh yang tadinya terlihat kusam kini putih bersih, sabun di zaman modern memang memiliki kualitas yang baik. Rama sudah kembali merasa segar, dan memakai pakaian milik Rama yang dulu. Kualitas kainnya sangat kasar. Pemilik tubuh terdahulu memang hidup miskin bahkan ia hanya memiliki 3 pasang baju, itu pun harus bergantian dengan Jaya. "Kamu wangi sekali nak...dan terlihat lebih bersih," kata Ibu Sri ketika melihat Rama keluar dari kamar. Rama tersenyum dan memberi sabun kepada ibu Sri. "Ini sabun dan shampo untuk ibu..."kata Rama memberikan sabun batangan kepada ibu Sri. "Sabun apa ini nak, wangi sekali..." Ibu Sri menatap kagum sabun ditangannya. Menghirup aroma wangi vanila dari sabun tersebut. "Sabun wangi vanila bu, tolong pergunakan sabun itu dengan cara dipotong sedikit-sedikit jika ibu akan mandi di sungai. Usahakan jangan terlihat warga lain ya bu. Karna sabun ini masih langka," jelas Rama. "Dari mana kamu mendapatkan barang sebagus ini nak?" "Rama punya kenalan utusan barat bu, pokoknya ini rahasia. Jadi Rama juga sulit untuk menjelaskan! Yang jelas ibu tidak perlu khawatir, ini tidak melanggar hukum." Jelas Rama lagi. Ibu mengangguk percaya, selama ini ia tau Rama anaknya tidak pernah melanggar hukum. Meski masih kebingungan darimana anaknya mendapatkan semua barang tersebut. 'Rama baru sembuh dari sakit, ia terlihat hanya sekali keluar rumah? Kapan dan di mana ia mendapatkan barang-barang itu?' Namun, ibu Sri cepat-cepat menghapus prasangkanya. "Bagaimana cara memakai shampo ini nak?" tanya ibu Sri lagi menatap shampo di dalam botol bening. Rama sudah mengganti botol shampo dengan botol lebih sederhana. Meskipun begitu botol itu terlihat tidak familiar bagi ibu Sri. Namun mengingat ini adalah barang dari barat sudah jelas kualitasnya memang bagus hanya dilihat dari tempat penyimpanannya. "Hm...sebentar" Rama mengambil baskom ukuran sedang, memasukkan air dan membawanya kembali masuk kedalam rumah. "Coba ibu rebahan disini, nanti Rama cuci rambut ibu..."kata Rama. Ibu Sri menuruti intruksi Rama dan rebahan. Rama pun mulai membasahi rambut ibu Sri dengan sedikit air. Mulai mengusap rambut dengan shampo dan memijit ringat kepala ibu Sri. Ibu Sri yang dipijit kepala merasa nikmat dan ingin tertidur, tidak lama kemudian Rama mulai membilas rambut ibu Sri. Mengambil handuk dan mengeringkan rambut secara perlahan. Kini rambut ibu Sri lebih lembut, bersih dan wangi. Pak Bima yang melihat istrinya handukkan di atas kepala pun terpesona mencium aroma wangi dari rambut istrinya. "Wah bu...wangi sekali?" seru Pak Bima takjub. Ibu hanya tersenyum malu. Mengeringkan rambutnya yang masih agak basah kemudian menyisirnya. Rambutnya memang lebih wangi, lebih lembut serta kulit kepala terasa ringan dan bersih. 'Sabun ini pasti mahal? ' pikirnya. "Bapak juga mau seperti ibu?" tawar Rama. "Haish" Pak Bima melambaikan tangannya. "Bapak ini seorang lelaki, begini saja cukup." . "Kalo kita bisa menjaga kebersihan badan, kita jadi tidak mudah terserang penyakit pak..."jelas Rama. Pak Bima merenung dan membenarkan kata-kata Rama, ia mengangguk dan menuruti intruksi Rama untuk rebahan di dipan. Rama kembali mengambil sebaskom air bersih dari sumur. Kemudian mulai membasahi rambut pak Bima, mengoleskan shampo dan memijat ringan. Kemudian membilasnya. "Pak, besok kalau mandi minta sabun ke ibu ya..."kata Rama. Senyum terukir di wajah pak Bima dan ibu Sri. "Wah, jadi benda ini yang membuat kulit kepala terasa bersih dan ringan. Hmmm... Juga wangi." Pak Bima takjub. "Iya pak, sementara tolong rahasiakan soal ini dulu ya. Kalau ada yang bertanya soal sabun dan shampo ini bilang saja 'tanyakan pada Rama'," jelas Rama. Pak Bima dan ibu Sri saling berpandangan. Namun, mereka akhirnya mengangguk, tanda mengerti. Ada yang aneh dengan Rama setelah tersadar, tetapi entah apa itu. Yang jelas, keduanya senang anaknya tetaplah pengasih seperti dulu dan juga sudah kembali sehat. 'Apa ini semua karena kebaikan Dewa?' batin Pak Bima menahan bahagia.Pagi ini cerah seperti biasa, semua warga desa memulai rutinitasnya. Ada yang mencuci di sungai, pergi ke kebun dan bekerja di rumah para pejabat. Tadi pagi saat dirumah, Rama sudah menyiapkan insektisida dan perekat yang ia beli di onshop, tak lupa pula membeli semprot manual 10 liter. Penampilan Rama terlihat mencolok dengan menggendong semprot manual itu. Rama mulai menyemprot daun cabe dari bawah keatas, karna hama kutu biasa berada di bawah daun, maka Rama memakai semprotan yang mengeluarkan air seperti embun. Para warga berkumpul di sekitar kebun pak Bima. Menatap kagum, bingung dan pikiran lainnya, karna apa yang Rama gunakan belum pernah mereka lihat sebelumnya. Pak Bima dan Jaya mulai membersihkan rumput-rumput liar disekitar tanaman cabai. Sementara Rama mulai menyisiri tanaman cabai dan menyemprotnya. Ketika ingin menyemprot tanaman cabai dengan insektisida, Rama harus melakukannya di pagi hari atau di sore hari, disaat matahari belum terasa panas. Selesai menyemprot tan
"Waaaaahhhh!! Enak sekali..." kata Jaya penuh semangat ketika mencoba nasi goreng yang dibuat Rama. "Masakan ini kaya akan bumbu, bahkan ada telur dan suiran ayam." kata pak Bima ikut berkomentar. "Enak sekali nakk... kapan kamu menyiapkan semua ini?" tanya ibu Sri juga. Rama hanya tersenyum ketika keluarganya menikmati masakan sederhana yang ia buat. Padahal nasi gorengnya dibuat dengan bumbu kemasan. Sepulang dari sungai, Rama langsung mengeluarkan kompor gas kecil dan memasak nasi goreng, menggoreng telur dan menyuir ayam goreng. Kemudian ditambah dengan bawang goreng. Semua dibeli di onshop! Semua terasa mudah dengan onshop, kendalanya token Rama di onshop mulai menipis. Rama berpikir akan membeli beberapa sabun dan shampo sachet untuk dijual dan mengisi token onshopnya. "Apa nama masakan ini Ram?" tanya Jaya. "Nasi goreng spesial" Jelas Rama. "Ini... Nasi?" Tanya ibu dengan raut wajah kaget. "Nasi yang cuma para pejabat tinggi yang bisa memakannya?" Tanya Jaya me
"Baiklah, aku akan mencatat siapa saja yang memesan barang. Seminggu lagi aku akan berangkat ke desa kuncup..." jelas Rama. Rama mulai mengeluarkan buku kecil dan bolpoin, para warga kebingungan dengan barang yang dipakai Rama karena barang-barang itu terlihat menakjubkan dan ajaib. Namun, mereka menahan rasa penasaran mereka. Saat ini, yang terpenting adalah cairan ajaib yang dimiliki Rama! "Aku..." "Aku juga..." Satu persatu warga desa mulai mengangkat tangan dan mengatakan keinginannya. "Tuan Muda Rama, pupuk apa yang tadi kamu pakai?" Tanya pak Jarwo. "Itu pupuk untuk merangsang pembuahan, membuatnya berkualitas dan produksinya melimpah." jelas Rama. Meski terkadang warga desa kebingungan dengan perkataan Rama. Mereka tetap mengangguk, sepertinya apa yang Rama ucapkan adalah kata-kata para keluarga kerajaan yang terpelajar saja. "Aku pesan itu juga ya Tuan Muda Rama..." sambung pak Jarwo. "Aku juga..." kata pak Bromo dan warga lainnya pun mulai mengerumuni Rama. **
Kembali ke desa Mekarsari. Kebun milik pak Bima dan pak Suli sudah mulai bisa dipanen 2 hari lagi. Sedangkan milik petani lain juga sudah bisa dipanen sekitar seminggu kemudian. Rama menjual beberapa bahan insektisida, pestisida dan pupuk. Ada yang berbahan organik maupun sintetis. "Nah ini sabun yang aku janjikan..." Selesai dari kebun, Rama mulai membagikan beberapa sabun batangan kepada para penduduk desa yang ingin pergi ke sungai. "Ini beneran gratis Tuan Muda?" "Waah, anakku akan semakin cantik kalau memakai sabun ini." "Terima kasih Tuan Muda Rama." Penduduk desa bergantian mengucapkan pujian dan terima kasih kepada Rama. Semua kini memandang Rama dengan takjub, masalah pertanian mereka terselesaikan, Rama juga membagikan sabun batangan secara gratis pada mereka. Siapa yang tidak menyukai barang gratis, bahkan bantuan Rama terhadap kebun-kebun yang terkena hama sangat membantu. Tadinya warga mengira mereka akan kembali terlilit hutan dan upeti jika kali ini kembali meng
"Tuan muda Rama, aku akan ikut bersamamu ke kota. Aku tidak ingin kamu menanggung hutangku... Kamu sudah membantu hasil panenku agar tidak gagal." Pak Suli mendekati Rama ketika pak Arya dan pengawalnya berlalu pergi. "Aku bersyukur jika paman bisa ikut...tapi tak apa jika aku yang menanggung hutangnya, karna ini ideku..." jelas Rama lagi. Pak Suli langsung bersujud dan meneteskan airmata. Rama sudah menolongnya memberantas hama, memberikan pupuk untuk cabainya dan kini bersedia menanggung hutangnya. Entah bagaimana pak Suli dan keluarganya akan membalas kebaikan Rama. "Nak, sebaiknya kita bersiap berangkat, karna jika terlambat maka cabai kita akan mengalami penurunan kualitas." ajak pak Bima. "Bapak di desa saja sama ibu, biar Jaya dan Rama yang berangkat." Jelas Jaya, Rama langsung mengangguk setuju. "Betul, lebih baik Bapak jaga ibu di rumah... Biar kita yang berangkat." "Kalian bisa memakai kereta kudaku, agar bisa cepat sampai..." jelas pak Wijaya. "kebetulan aku jug
"Tuan Muda, aku akan menginap di penginapan Melati. Karna berada di jalan utama, akan mudah untuk menemukannya," jelas pak Wijaya dengan hormat pada akhirnya. "Baiklah, ketika urusan di sini selesai, aku akan langsung menyusul kalian." "Tuan Muda Rama, tolong jaga dirimu..." kata pak Suli juga. Rama mengangguk dan tersenyum meyakinkan. Pak Wijaya dan pak Suli masuk kedalam kereta kuda dan berlalu. "Jadi kalian belum makan?" Rama kembali fokus kepada Alan dan adik-adiknya. Alan mengangguk takut. "Dimana kalian tinggal?" tanya Jaya. Alan menunjuk ke arah perkampungan pinggir jalan, Rama menatap perkampungan itu nanar. Beberapa kemah didirikan, berdinding kan pelepah daun dan atap jerami. Rama mengisyaratkan Alan untuk menuntunnya. Jaya menatap ragu namun tetap mengikuti Rama dan Alan, ketiga adik Alan mengikuti mereka dengan tertatih. Tapi ketika mereka akan masuk, beberapa pemuda yang sama kurusnya namun terlihat masih mempunyai tenaga menghentikan mereka. "Kalian jangan ma
"BRAK!!!" Seseorang terlempar keluar dari penginapan. Hampir saja mengenai Rama dan Jaya yang akan masuk ke penginapan. Untungnya Jaya yang memang menguasai bela diri langsung menahan tubuh Rama ke belakang. Padahal Rama modern juga lebih peka, meskipun ia hanya mengikuti silat sampai sabuk hijau. "Uhuk!" Pak Petra yang terlempar itu mengeluarkan darah, meskipun tidak banyak namun tubuhnya mengalami luka dalam. Semua orang memandang tanpa berbuat apapun, lalu Rama juga melihat pak Wijaya dan pak Suli di dalam tanpa berbuat apapun. 'Apa yang sebenarnya terjadi? ' "Bush!" Surya seorang bangsawan, menyiram Petra dengan semangkok sup sayur. "Coba kamu rasakan, apakah masakanmu ini layak untuk aku makan?!" katanya lagi dengan sebelah kaki yang kini berada di dada pak Petra. "Uhuk!! Maa... Maafkan aku Tuan Muda Surya!! Aku mohon... Beri aku kesempatan." "Duk!!" Pak Petra langsung berlutut ketika Surya melepaskan kakinya di dada pak Petra. "Waktumu hanya sampai besok!" katanya kemu
"Baiklah, besok pagi ketika urusanku sudah selesai. Aku akan memberikan beberapa resep masakan pada paman." kata Rama berjanji pada pak Petra. ketika urusannya dengan pak Andik selesai, maka Rama akan memberikan beberapa resep tambahan untuk menu di penginapan Melati. Jadi, di sinilah ia sekarang. Di rumah pak Andik Pratama. Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan rumah pak Andik. Rumah bata yang terbuat sangat mewah, dikelilingi pagar tinggi. Ketika masuk mereka juga disuguhi dengan taman bunga yang indah, ada kolam ikan dengan jembatan kayu yang menghubungkan kerumah utama. Pak Andik menyambut mereka dengan ramah, dan lebih ramah lagi ketika melihat hasil panen cabai yang sangat bagus. "Jadi berapa harga cabai yang akan paman beli perkilonya?" tanya Rama tanpa basa-basi. "4 logam emas!!!" seru pak Andik saking senangnya. Mendengar harga yang sangat mahal itu pak Wijaya, pak Suli dan Jaya langsung terperangah. Menatap Rama tak percaya. "Baiklah paman, tapi aku ingin