Share

bab 3

"Aku hanya menebaknya..." jelas Rama cepat.

Pak Bima yang mendengar percakapan kedua anaknya itu mengangguk. "Kukira kamu mulai diam-diam kembali belajar pada paman Nugroho..." timpalnya.

Nugroho adalah seorang pejabat daerah yang juga merupakan anggota kerajaan yang menjabat sebagai menteri pertanian. Meski seorang pejabat pertanian, Nugroho tidak terlalu memiliki peran penting.

Di masa itu, bidang pertanian adalah bidang pekerjaan terendah. Sedangkan bidang tertinggi ada pada menteri pertahanan, menteri perdagangan dan menteri luar-dalam kerajaan.

Meskipun begitu beliau adalah salah satu anggota keluarga kerajaan yang masih menyambut ramah keluarga Adipati.

Rama pemilik tubuh terdahulu menyukai belajar, meski pengetahuannya tidak terlalu mendalam.

Sayangnya, dia sulit menangkap pelajaran. Namun pemilik tubuh terdahulu, tak menyerah. Dia tetap berbakti dan rajin.

Untungnya, Rama yang sekarang adalah masyarakat modern yang menyukai perkebunan, peternakan dan perdagangan. Ia juga menyukai alat-alat unik pertanian. Namun Rama adalah seorang yatim-piatu yang tinggal di panti asuhan, sehingga ketika bertemu keluarga Rama Adipati. Rama menemukan kehangatan sebuah keluarga.

Sesampainya di kebun cabai, pak Bima menatap muram pucuk daun yang mulai terlihat keriting. "Sepertinya bulan ini kita akan gagal panen..." lanjutnya.

"Bagaimana dengan upeti yang harus kita bayarkan pak?" tanya Jaya.

Meski mereka adalah anggota kerajaan, keluarga Adipati tetap harus membayar upeti kepada pejabat daerah. Karena sudah meminjam tanah daerah. Upeti yang dibayarkan adalah 20% dari penghasilan kebun. Jika ingin mendapatkan upeti 10% mereka harus membeli tanah setidaknya seluas 1 kavling.

Harga tanah tidak terlalu mahal, namun pajak tahunan yang dibayar sebesar 20% untuk pertanian dan 25% untuk peternakan. Jadi banyak warga yang memilih untuk sistem pinjam dan membayar upeti sebesar 20% setiap panen, itu lebih baik daripada harus membayar upeti tahunan serta upeti hasil.

"Apa kebunmu juga terkena hama kutu?" Seorang pria dengan perawakan gembul datang mendekat, wajahnya ramah. Andik Pratama, seorang pengepul dari kota Mekaragung.

Pak Bima hanya bisa mengangguk muram.

"Apa tidak ada cara untuk mengatasinya?" tanyanya lagi.

"Kami baru kali ini fokus pada cabai, sehingga belum mengetahui cara memberantas hama ini..."jelas pak Bima lagi.

"Cabai sangat langka, utusan dari timur akan datang ke kota kerajaan dan katanya menyukai masakan pedas. Sayang sekali jika kalian gagal memanennya, karena harganya pasti akan mahal..." jelas pak Andik.

"Jika bisa dipanen, berapa harga yang akan paman beri perkilonya pada kami?" tanya Rama menimpali.

Pak Bima dan Jaya terkejut ketika mendengar Rama bersuara, biasanya Rama yang mereka kenal adalah Rama yang pemalu.

"Saat ini harga cabai sudah mencapai 2 logam emas perkilo, mungkin akan naik sampai 3 atau 4 logam emas nantinya..." jelas pak Andik.

Semua orang terkejut mendengarnya, karena belum pernah ada hasil pertanian dihargai dengan logam emas. Bahkan sampai 3 atau 4 logam emas!

Rama mengangguk dan menatap pohon cabai di depannya.

"Ke mana aku harus menghubungi paman jika ingin menjual hasil cabai kami?" tanya Rama lagi.

Semua orang yang mendengar terlihat bingung. Pak Bima dan Jaya bahkan lebih terlihat kebingungan, karena cabai mereka bisa dipastikan akan gagal panen, jadi buat apa Rama menanyakan hal yang pasti tidak akan terjadi.

Namun beda hal dengan pak Andik, lelaki berumur 40an itu tersenyum. Dia suka anak muda yang memiliki semangat seperti Rama. Karena biasanya anak seumuran Rama akan pergi mengikuti ujian kerajaan untuk menjadi pejabat, sedangkan Rama. Dia terlihat akan menjadi orang besar nantinya. Andik tau hanya dengan melihat cara Rama bertanya.

"Aku Andik Pratama, kamu bisa mencariku di kediaman keluarga Pratama dari Mekaragung. Dan... Siapa namamu nak?"

"Aku Rama Adipati..."

Andik Pratama mengangguk paham. "Aku akan berpesan pada pelayanku kalau kamu datang nanti..." kata Andik dengan senyum penuh kepercayaan pada Rama.

Mekaragung adalah pusat kota Mekar.

Dibawahnya menaungi 3 desa. Mekarsari,Merekah,dan Kuncup.

Meski memiliki nama Mekarsari, namun desa Rama lebih tertinggal saat ini dibanding dua desa lainnya.

Merekah memiliki jarak 100 km dari desa Mekarsari, mereka memiliki perdagangan rempah yang sangat besar dan terkenal sebagai pusat penyedia rempah.

Kuncup berjarak 230 km, terkenal sebagai desa penghibur, kuncup sering dikunjungi karna desa ini terkenal seperti kota kecil yang memiliki pasar sabtu-minggu. Berbagai macam jenis hiburan ada di kuncup. Tempat ini dijadikan sebagai pertemuan antar pedagang dan pembeli, karna ditempat ini menyediakan banyak penginapan.

Sedangkan Mekarsari dikenal sebagai desa petani. Meskipun begitu, desa Mekarsari tidak terlalu dipandang. Karna pada jaman ini, kerajaan dan pusat kota lebih menyukai makanan barat yang dikirim dari luar. Bahkan untuk bahan pertanian, kerajaan memasok persediaan dari luar. Sehingga banyak utusan luar berdatangan untuk melakukan perdagangan di kerajaan Bamaraya.

Karna pejabat kota percaya, bahan pertanian barat lebih berkualitas.

Menurut ingatan pemilik tubuh yang dahulu, Mekarsari bisa saja jadi desa dengan pertanian yang memadai. Namun pejabat kerajaan sudah pernah memberi bantuan dan tidak ada perkembangan terhadap desa Mekarsari.

Sehingga pejabat menarik semua bantuan, para pekebun di desa ini kebanyakan petua, sedangkan hanya sedikit para pemuda yang membantu. kebanyakan dari para pemuda itu pergi merantau ke desa lainnya demi mencari pekerjaan yang layak. Meski akhirnya mereka pun kembali hanya dengan membawa hasil yang tidak cukup untuk desa mereka.

"Baiklah, Paman. Terima kasih atas informasinya," kata Rama.

Andik sedikit kebingungan dengan bahasa yang digunakan Rama, namun dari cara Rama mengucapkan sepertinya artinya bagus. Andik hanya tersenyum dan berlalu pergi menaiki kereta kudanya.

"Hei Rama!" Pria tua yang dikenal sebagai paman Suli menghampiri Rama.

Dia adalah pemilik kebun cabai yang juga terkena hama kutu. "Apa kamu tau cara mengatasi hama kutu ini?" tanyanya lagi dengan sorot mata penuh harapan.

Rama tersenyum. "Aku akan memikirkannya nanti paman, lagipula cabai ini masih masa pertumbuhan..." kata Rama menenangkan.

"Kamu adalah seorang pelajar dan keluarga kerajaan, aku harap kamu setidaknya bisa menyelesaikan masalah ini..." kata paman Suli sambil memegang tangan Rama.

"Akan aku kabari paman..."jelas Rama.

"Ramaaa... Ramaaa... kamu ini memang keluarga kerajaan, tapi omonganmu itu seperti memberi harapan pada orang lain." Bromo Susanto, tetangga kebun Rama yang juga menanam cabai. "Nanti kalau kamu tidak bisa menyelesaikan masalah ini, kamu hanya akan dianggap si mulut besar," lanjutnya, sinis.

"Saya ini sudah menanam cabai selama setahun, belum pernah saya temukan solusi untuk memberantas hama kutu!" Jarwo, tetangga kebun yang juga menanam cabai ikut menimpali, "Kalian yang baru menanam cabai sekali ini sudah menemukan solusinya?! Itu jelas kebohongan!!"

Semua orang yamg ada disitu mulai berbisik menghina, meremehkan dan menatap tak percaya ke arah Rama. Namun tidak berani terang-terangan mengatai Rama dan keluarganya.

Rama hanya tersenyum maklum.

"Paman, jika aku menemukan solusinya... aku akan memberitahu kalian." jelas Rama.

Sulit untuk berdebat dengan para petua desa. Lagipula, wajar mereka tidak percaya.

Sayangnya, mereka hanya tidak tau jika Rama memiliki onshop yang akan membantunya.

Ketika para petua mulai kembali ke kebunnya, Pak Bima dan Jaya lantas mendekat dan setengah berbisik pada Rama.

"Kamu tau caranya Ram?" tanya Jaya.

Rama mengangguk yakin.

"Memang kamu tau dari mana?" tanya Pak Bima ikutan.

"Dari sini..." kata Rama menunjuk layar notifikasi yang orang lain tidak bisa melihatnya.

Pak Bima dan Jaya menatap ruang kosong di telunjuk Rama kemudian langsung menyikutnya. Mereka merasa Rama memang hanya asal bicara tadi.

"Udah pak, tinggalin aja dia di kebun!!!" kata Jaya.

"Nanti ibumu marah... " lanjut Pak Bima, padahal Jaya hanya bercanda pada kata-katanya.

"Cih!" Jaya mengejek Rama.

"Hahaha.... mengapa kalian tidak percaya?!"

Sepanjang perjalanan Rama menggoda pak Bima dan Jaya, meminta untuk percaya padanya. Namun mereka hanya membalas Rama dengan ejekan ringan.

Mereka tidak tahu saja, bahwa Rama sudah mulai memproses pembelian di onshop....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mq243550Tini
Nama Rama bukanya cowok ya kog di panggil ndok ? ndok itu kan cewek
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status