Tahun 2050
Negara Andonesia adalah negara yang makmur dengan teknologi terdepan. Semua orang menggunakan "klik" untuk memenuhi kebutuhannya. Terkecuali dengan Rama, pria yang bekerja di pemerintahan ini, menganggap hidup bersama teknologi itu terlalu hampa. Dia menginginkan hidup normal di pedesaan, bermimpi memiliki sepetak tanah dan rumah. Hidup sederhana dengan berkebun dan beternak. Jika uang tabungannya sudah terkumpul, impian itu akan segera terwujud. Namun yang terjadi... "BRUKHT!!!" Badan Rama terpental jauh ke depan ketika sebuah mobil melaju kencang dan menabraknya. Padahal ia berdiri di bahu jalan ketika sedang menunggu taksi online yang dipesannya. Sepertinya pengemudi mobil itu mabuk atau semacamnya. Dalam pandangan memburam, Rama pun bergumam, "Apa aku harus berakhir seperti ini?" Tak lama, kesadaran Rama pun menghilang. *** Tahun 721 Masehi Rama merasa tubuhnya terasa ringan, ia merasa berada di angin. Tiba-tiba sesuatu seperti mengisap jiwanya. Dan!! "Kau sudah sadar?! Rama sudah sadar!!" Seorang ibu menangis di hadapan Rama. Menyebutkan namanya dan memegang tangan Rama dengan lembut. Wanita tersebut mengenakan pakaian model lama, dengan rambut yang disanggul rapi. Wajahnya memancarkan kelembutan. Tiba-tiba dari arah lain seorang pria terlihat berumur 50an datang tergesa-gesa dan langsung bersimpuh saat melihat Rama. Air matanya mengalir dan ia langsung memuji dewa. Di belakang pria tua itu ada lelaki muda yang juga merasa lega ketika melihat Rama sadar. Rama menatap sekelilingnya, ruangan itu terlihat sederhana dengan tembok batu berlantaikan tanah. Tiba-tiba sebuah notifikasi layar muncul di depannya. [Apakah anda akan login? ] Rama mengerutkan kening, ia menatap layar berwarna biru itu dan melihat ke sekelilingnya. Sepertinya hanya ia yang melihat layar notifikasi itu. Sedangkan yang lain tidak menyadarinya. Karna merasa terganggu dengan layar tersebut Rama malah memencet [Iya] Seketika, sebuah ingatan pun muncul dan memenuhi kepala Rama secara tiba-tiba. Pria itu jelas mengeryit dan memegangi kepalanya yang terasa sakit. Pemilik tubuh ini juga bernama Rama. Rama Adipati, ia merupakan putra kedua keluarga Adipati. Ayahnya bernama Bima Adipati, ibunya Sri Handayani, dan kakaknya bernama Jaya Adipati. Mereka adalah salah satu keluarga kerajaan yang miskin. Meskipun begitu, Bima Adipati adalah keluarga kerajaan yang terkenal jujur dan jauh dari kata korup. Namun kemiskinan membuat keluarga Adipati dijauhi, diasingkan ke pedesaan dan dihina bahkan oleh pejabat daerah. Meskipun mereka tau keluarga Adipati adalah keluarga kerajaan. [Selamat anda telah Login] [Silahkan nikmati pengalaman belanja anda] Layar notifikasi kembali muncul. Terlihat layar belanja online, dengan banyak barang seperti biasa. 'Apa yang salah denganku?' Rama menatap layar tersebut dan berpikir untuk menghilangkan layar itu. "plap" sekejap mata layar itupun menghilang, seperti tau perintah yang Rama ucapkan dalam pikirannya. Kemudian muncul kembali ketika Rama berpikir ingin melihat layar itu. 'Ah... ' Rama mengangguk paham dan berpikir untuk layar tersebut hilang. Seketika layar itu kembali hilang! Rama kembali menatap keluarga baru didepannya. Rama tidak mengerti apa yang terjadi padanya, namun setelah pikiran tubuh terdahulu masuk, Rama mulai paham jika dirinya terlempar ke masalalu, masa Kerajaan Bamaraya. "Nak, apa kepalamu masih sakit? "Ibu Sri menatap Rama penuh kasih sayang. "Bapak akan meminjam sagu pada tetangga, tunggu sebentar." Pak Bima segera bangkit dan pergi. Sedangkan Jaya segera mengambil air minum dengan gelas bambu dan menyerahkannya pada Rama. Rama menatap air di gelas tersebut, menerimanya dengan ragu dan menyesapnya. Rasa getir dan sepat terasa. Mungkin karna air tersebut dibawa dengan gelas bambu. Rama merasa badannya sudah tidak sakit lagi. Rupanya pemilik tubuh ini terkena flu karna membantu ayahnya berkebun dalam cuaca yg buruk. Zaman dulu influenza merupakan penyakit mematikan, karna belum ada vaksin dan obatnya. Sedangkan Rama memasuki tubuh ini dengan membawa pikiran dan kesehatan tubuhnya dari masa depan. Sehingga ketika dia bangun, dia tidak merasakan sakit lagi. "Ehmmm.... Bolehkah aku kembali istrahat bu?" pinta Rama. "Apa kamu yakin nak? Apa badanmu sudah terasa nyaman?" tanya Ibu Sri dengan sorot wajah yg masih khawatir. "Sudah enakan bu, aku hanya perlu istirahat lagi saja..." kata Rama, meskipun ia merasa canggung saat ini, namun ada kehangatan yang merasuk kedalam hatinya. Jaya memegang bahu Ibu Sri, menatap ibunya, meyakinkan permintaan Rama untuk membiarkan Rama istirahat. Ibu Sri mengangguk dan berdiri. "Panggil Ibu dan Jaya kalo kamu butuh sesuatu ya nak..."kata Ibu Sri sebelum benar-benar pergi. Rama hanya tersenyum dan mengangguk. Layar notifikasi kembali muncul ketika ibu Sri dan Jaya keluar dari kamar Rama. Ketika berpikir bagaimana cara penggunaannya? seketika robot mungil muncul dan menjelaskan. [Hai selamat datang di onshop!] [Saat ini keranjang belanja anda masih kosong, mulai lah pilih belanjaan yang anda inginkan dan masukkan ke keranjang belanjaan] [Anda bisa memasukkan token dengan cara klik tanda uang, anda juga bisa menggunakan shoplatter dana darurat jika anda belum memiliki token] [Anda akan diminta pembayaran di tanggal yang sama di bulan yang akan datang] [Limit anda saat ini adalah satu juta rupih] [jika anda terlambat membayar, anda akan dikenakan denda 5 rupih perhari keterlambatan] [Jika ada pertanyaan, Anda bisa menghubungi layanan kami di sini] Robot itu menunjukkan tombol customer servise. Rama mulai paham dan mencoba menggunakan shoplatter. Saat ini ia membutuhkan makanan dan mengklik tombol ketik kemudian mengetik makanan instan. Seketika layar menampilkan beberapa pilihan makanan instan. Dari makanan berat hingga cemilan kecil. Rama mengklik gambar kue brownies dan membayar dengan shoplatter. Seketika sebuah kotak muncul dari layar notifikasi. Rama memegang kue brownies itu dengan takjub dan setengah tak percaya. 'Ini seperti diberi kesempatan memegang dunia' "Hahaha.... " Rama tertawa bahagia, hingga suaranya terdengar keluar rumah. Dia hanya tidak menyangka dirinya yang tidak menyukai teknologi menjadi amat sangat bersyukur dengan adanya teknologi saat ini. "Sepertinya anak keluarga Adipati sudah gila..." Penduduk desa mulai berbisik dan memandang iba kearah rumah keluarga adipati. Ibu Sri dan Jaya langsung masuk ke kamar Rama. Memandang bingung pada Rama yang masih tertawa. Jaya memandang kasihan ke arah adik bungsunya itu dan Ibu Sri lemas tak berdaya, berharap anaknya tidak gila karena habis terkena penyakit. "Dewa, tolong jangan ambil putraku ini," batin ibu Sri, sedih.Di sisi lain, Pak Bima duduk bersimpuh di hadapan keluarga Wijaya Kusumo. Ayah kandung dari Rama dan Jaya itu harus dapat bantuan sagu untuk mengisi kembali balabba miliknya. Sebuah tempat yang terbuat dari anyaman daun sagu untuk menyimpan sagu. "Jangan begitu pak Bima, aku akan membantumu. Tolong jangan bersimpuh di hadapanku..." Pak Wijaya memapah pak Bima agar berdiri. "Terima kasih pak Wijaya, aku tidak akan melupakan jasamu ini..."ucap Pak Bima dengan linangan air mata. "Bibi..!" Pak Wijaya memanggil pelayannya dan mengintruksikan untuk mengisi balabba milik pak Bima dengan sagu. "Tolong isi hingga penuh..."pesannya lagi. "Baik Tuan..." Pelayan itu sontak pergi ke tempat penyimpanan milik kelurga Wijaya. "Pak Bima ini keluarga kerajaan, tolong lain kali jangan bersimpuh di depanku... Aku hanya seorang pedagang," jelas Pak Wijaya merendah. Beliau adalah warga paling kaya yang pekerjaannya seorang pedagang. Meskipun begitu, beliau tidak pernah memandang hina kelua
"Aku hanya menebaknya..." jelas Rama cepat. Pak Bima yang mendengar percakapan kedua anaknya itu mengangguk. "Kukira kamu mulai diam-diam kembali belajar pada paman Nugroho..." timpalnya. Nugroho adalah seorang pejabat daerah yang juga merupakan anggota kerajaan yang menjabat sebagai menteri pertanian. Meski seorang pejabat pertanian, Nugroho tidak terlalu memiliki peran penting. Di masa itu, bidang pertanian adalah bidang pekerjaan terendah. Sedangkan bidang tertinggi ada pada menteri pertahanan, menteri perdagangan dan menteri luar-dalam kerajaan. Meskipun begitu beliau adalah salah satu anggota keluarga kerajaan yang masih menyambut ramah keluarga Adipati. Rama pemilik tubuh terdahulu menyukai belajar, meski pengetahuannya tidak terlalu mendalam. Sayangnya, dia sulit menangkap pelajaran. Namun pemilik tubuh terdahulu, tak menyerah. Dia tetap berbakti dan rajin. Untungnya, Rama yang sekarang adalah masyarakat modern yang menyukai perkebunan, peternakan dan perdagangan. Ia ju
[Selamat datang di onshop] Saat ini Rama sedang sendirian di kamarnya, pintu kamar sudah ia kunci. Jaya sedang pergi jaga malam bergantian dengan warga lainnya. Pak Bima di kamar dengan ibu Sri. Ini saat yang tepat untuk Rama membedah onshop. Menurut informasi yang Rama dapatkan, 1 logam emas setara dengan 2 juta Rupih, 1 logam perak setara 200 ribu Rupih, 1 logam perunggu setara 20 ribu Rupih. Nilai mata uang di zaman ini lebih besar karna lebih murni dibanding zaman modern yang sudah terkena inflasi. Rama memasukkan 1 logam perunggu ke dalam gambar token di onshop. Seketika terlihat nominal 20 ribu Rupih. Rama tersenyum puas dan membayar 5 Rupih untuk harga brownies tadi pagi. 'Lebih baik tidak berhutang' pikirnya. Rama memandangi kotak Brownies dan seketika robot mungil kembali muncul. [Anda bisa membuang sampah ke kotak sampah daur ulang, satu sampah dihargai 1 rupih] Rama langsung tersenyum puas dan mengklik gambar kotak sampah, memasukkan kotak brownies ke dalam gambar
Pagi ini cerah seperti biasa, semua warga desa memulai rutinitasnya. Ada yang mencuci di sungai, pergi ke kebun dan bekerja di rumah para pejabat. Tadi pagi saat dirumah, Rama sudah menyiapkan insektisida dan perekat yang ia beli di onshop, tak lupa pula membeli semprot manual 10 liter. Penampilan Rama terlihat mencolok dengan menggendong semprot manual itu. Rama mulai menyemprot daun cabe dari bawah keatas, karna hama kutu biasa berada di bawah daun, maka Rama memakai semprotan yang mengeluarkan air seperti embun. Para warga berkumpul di sekitar kebun pak Bima. Menatap kagum, bingung dan pikiran lainnya, karna apa yang Rama gunakan belum pernah mereka lihat sebelumnya. Pak Bima dan Jaya mulai membersihkan rumput-rumput liar disekitar tanaman cabai. Sementara Rama mulai menyisiri tanaman cabai dan menyemprotnya. Ketika ingin menyemprot tanaman cabai dengan insektisida, Rama harus melakukannya di pagi hari atau di sore hari, disaat matahari belum terasa panas. Selesai menyemprot tan
"Waaaaahhhh!! Enak sekali..." kata Jaya penuh semangat ketika mencoba nasi goreng yang dibuat Rama. "Masakan ini kaya akan bumbu, bahkan ada telur dan suiran ayam." kata pak Bima ikut berkomentar. "Enak sekali nakk... kapan kamu menyiapkan semua ini?" tanya ibu Sri juga. Rama hanya tersenyum ketika keluarganya menikmati masakan sederhana yang ia buat. Padahal nasi gorengnya dibuat dengan bumbu kemasan. Sepulang dari sungai, Rama langsung mengeluarkan kompor gas kecil dan memasak nasi goreng, menggoreng telur dan menyuir ayam goreng. Kemudian ditambah dengan bawang goreng. Semua dibeli di onshop! Semua terasa mudah dengan onshop, kendalanya token Rama di onshop mulai menipis. Rama berpikir akan membeli beberapa sabun dan shampo sachet untuk dijual dan mengisi token onshopnya. "Apa nama masakan ini Ram?" tanya Jaya. "Nasi goreng spesial" Jelas Rama. "Ini... Nasi?" Tanya ibu dengan raut wajah kaget. "Nasi yang cuma para pejabat tinggi yang bisa memakannya?" Tanya Jaya me
"Baiklah, aku akan mencatat siapa saja yang memesan barang. Seminggu lagi aku akan berangkat ke desa kuncup..." jelas Rama. Rama mulai mengeluarkan buku kecil dan bolpoin, para warga kebingungan dengan barang yang dipakai Rama karena barang-barang itu terlihat menakjubkan dan ajaib. Namun, mereka menahan rasa penasaran mereka. Saat ini, yang terpenting adalah cairan ajaib yang dimiliki Rama! "Aku..." "Aku juga..." Satu persatu warga desa mulai mengangkat tangan dan mengatakan keinginannya. "Tuan Muda Rama, pupuk apa yang tadi kamu pakai?" Tanya pak Jarwo. "Itu pupuk untuk merangsang pembuahan, membuatnya berkualitas dan produksinya melimpah." jelas Rama. Meski terkadang warga desa kebingungan dengan perkataan Rama. Mereka tetap mengangguk, sepertinya apa yang Rama ucapkan adalah kata-kata para keluarga kerajaan yang terpelajar saja. "Aku pesan itu juga ya Tuan Muda Rama..." sambung pak Jarwo. "Aku juga..." kata pak Bromo dan warga lainnya pun mulai mengerumuni Rama. **
Kembali ke desa Mekarsari. Kebun milik pak Bima dan pak Suli sudah mulai bisa dipanen 2 hari lagi. Sedangkan milik petani lain juga sudah bisa dipanen sekitar seminggu kemudian. Rama menjual beberapa bahan insektisida, pestisida dan pupuk. Ada yang berbahan organik maupun sintetis. "Nah ini sabun yang aku janjikan..." Selesai dari kebun, Rama mulai membagikan beberapa sabun batangan kepada para penduduk desa yang ingin pergi ke sungai. "Ini beneran gratis Tuan Muda?" "Waah, anakku akan semakin cantik kalau memakai sabun ini." "Terima kasih Tuan Muda Rama." Penduduk desa bergantian mengucapkan pujian dan terima kasih kepada Rama. Semua kini memandang Rama dengan takjub, masalah pertanian mereka terselesaikan, Rama juga membagikan sabun batangan secara gratis pada mereka. Siapa yang tidak menyukai barang gratis, bahkan bantuan Rama terhadap kebun-kebun yang terkena hama sangat membantu. Tadinya warga mengira mereka akan kembali terlilit hutan dan upeti jika kali ini kembali meng
"Tuan muda Rama, aku akan ikut bersamamu ke kota. Aku tidak ingin kamu menanggung hutangku... Kamu sudah membantu hasil panenku agar tidak gagal." Pak Suli mendekati Rama ketika pak Arya dan pengawalnya berlalu pergi. "Aku bersyukur jika paman bisa ikut...tapi tak apa jika aku yang menanggung hutangnya, karna ini ideku..." jelas Rama lagi. Pak Suli langsung bersujud dan meneteskan airmata. Rama sudah menolongnya memberantas hama, memberikan pupuk untuk cabainya dan kini bersedia menanggung hutangnya. Entah bagaimana pak Suli dan keluarganya akan membalas kebaikan Rama. "Nak, sebaiknya kita bersiap berangkat, karna jika terlambat maka cabai kita akan mengalami penurunan kualitas." ajak pak Bima. "Bapak di desa saja sama ibu, biar Jaya dan Rama yang berangkat." Jelas Jaya, Rama langsung mengangguk setuju. "Betul, lebih baik Bapak jaga ibu di rumah... Biar kita yang berangkat." "Kalian bisa memakai kereta kudaku, agar bisa cepat sampai..." jelas pak Wijaya. "kebetulan aku jug