Winda tidak menyadari saat Jefri mendengar kata-kata itu, ada kilatan kebencian yang kuat di mata pria itu.Winda tidak berkata apa-apa lagi kepada Jefri. Dia langsung berbalik dan masuk ke dalam gedung.Di jalan raya tidak jauh dari sana, sebuah Rolls-Royce sedang menunggu lampu lalu lintas. Kaca jendela belakang diturunkan, memperlihatkan wajah tampan dengan garis wajah tegas. Pria itu memiliki aura yang dingin. Matanya menatap tajam pria dan perempuan yang tidak jauh dari situ dengan seringi di bibir tipisnya.Sesaat kemudian, jendela mobil dinaikkan dan menghalangi pandangan dari luar. Hengky berkata dengan dingin, “Jalan.”Santo menoleh ke arah Hengky dan berkata dengan ragu-ragu, “Pak Hengky, Bu Winda mungkin datang ke sini karena masalah mengakuisisi Gunawan–”Hengky mengangkat tangannya untuk memotong perkataan Santo, lalu dia berkata, “Kamu coba selidiki surat perjanjian yang ditandatangani Atmaja Group dan Gunawan Group. Antarkan ke ruanganku nanti sore.”“Baik, Pak Hengky.”
“Apa pendapat Pak Hengky tentang aku?” Rachel tersenyum menawan. Jarinya bergerak ke atas sedikit demi sedikit, ingin menyentuh jakun pria itu, “Apakah aku memenuhi syarat untuk menjadi Nyonya Pranoto?”Wajah Hengky menjadi semakin dingin. Rasa jijik yang kuat terpancar di matanya. Tepat ketika dia hendak mendorong Rachel menjauh, pintu kantornya tiba-tiba terbuka.“Bu Winda, Pak Hengky sedang ada ....”Kata terakhir “tamu” tersangkut di tenggorokan Santo. Dia menatap pemandangan “ambigu” di depannya dengan mata terbelalak lebar. Wajahnya seketika menjadi pucat karena ketakutan.Santo jelas tidak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini. Dia menyesal karena masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia segera mengangkat kepala dan menatap wajah Hengky.Pada detik pandangan Hengky jatuh ke arah Winda, dia cepat-cepat mengambil tindakan karena nalurinya. Dia pun bergegas mendorong tangan Rachel.Wajah Hengky menjadi muram, tubuhnya memancarkan aura dingin yang kuat. Kemudian, dia
Namun setelah itu, Rachel merasa hal ini sangat konyol. Bagaimana mungkin istri Hengky hanyalah seorang artis kecil? Orang dengan latar belakang keluarga bagus seperti Hengky mustahil bisa jatuh cinta pada perempuan dangkal seperti itu.Rachel mencoba mencari jawaban dengan menatap Hengky. Begitu dia melihat Hengky diam saja, dia pun merasa lebih percaya diri di dalam hati.“Kamu kira setelah temani Hengky selama beberapa hari, kamu benar-benar bisa menikah dengannya dan jadi Nyonya Pranoto? Lebih baik kamu lihat kenyataannya dengan jelas. Dengan statusmu itu, kamu nggak akan pernah bisa menikah dengan Hengky!”Konyol sekali, keluarga Pranoto adalah keluarga kaya kalangan atas yang hampir menguasai semua jalur kehidupan perekonomian di seluruh negeri. Jangankan artis yang kurang terkenal seperti Winda, artis papan atas pun tidak pantas bersanding dengan Hengky. Kalau bukan karena itu, Rachel juga tidak akan terburu-buru datang mencari pria itu.Winda melirik Rachel sekilas. Raut wajahn
Tanpa memberi Winda kesempatan untuk bicara, Rachel menatap Hengky dengan kesal dan berkata dengan sedikit mengancam, “Aku datang dengan ketulusan besar untuk bekerja sama dengan Pak Hengky. Pak Hengky nggak mungkin nggak bisa membedakan mana yang lebih penting, bukan?”Meskipun Sunarto Group tidak sebesar Pranoto Group, perusahaan itu juga termasuk perusahaan terkemuka di Kota Lingga. Dibandingkan dengan istri yang tidak dapat membantu kariernya, Rachel sebagai putri pemilik Sunarto Group dapat lebih membantu Hengky. Orang yang cerdas sudah pasti tahu harus memilih yang mana.Begitu Rachel selesai bicara, Hengky tiba-tiba tertawa sinis. Matanya yang gelap dan dalam menatap Rachel, lalu dia berkata dengan suara berat, “Bu Rachel sedang mengancam aku?”Rachel melihat wajah Hengky yang dingin. Dia pun segera menyangkal, “Nggak, aku hanya ingin memberi Pak Hengky pilihan yang lebih baik. Dibandingkan orang yang hanya bisa jadi pajangan ini, aku lebih bisa bantu Pak Hengky dalam masalah ka
Raut wajah Rachel sedikit berubah. Santo berkata seperti itu jelas sedang memberinya peringatan, agar dia jaga mulutnya dan tidak sembarangan bicara.Rachel sejak awal sudah marah. Kata-kata Santo barusan semakin membuat Rachel merasa harga dirinya terinjak-injak.Rachel menatap Santo dan berkata dengan ketus, “Apa maksudmu? Kamu coba takut-takuti aku?”Santo melihat ekspresi marah di wajah Rachel dan berkata dengan tenang, “Bu Rachel, saya nggak bermaksud seperti itu–”Rachel langsung menyela dan berkata dengan arogan, “Hengky punya kekuatan dan kekuasaan, tapi keluargaku juga nggak bisa diremehkan begitu saja. Hanya dengan satu kata darinya ingin menghancurkan keluarga Sunarto? Nggak segampang itu, kan?”Santo hanya tersenyum tanpa menanggapi perkataan Rachel. Rachel menatap Santo selama beberapa detik, perempuan itu pun merasa hal ini tidak menarik lagi. Selain itu, dia sudah berkata seperti itu, dia tidak boleh kehilangan momentumnya. Oleh karena itu, Rachel pergi dan masuk ke dala
“Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Hengky. Matanya yang gelap tidak menunjukkan emosi apa pun.Winda tidak mengerti, jadi dia menjawab dengan jujur, “Aku ingin makan siang bersamamu. Tadi pagi kamu sama sekali nggak hiraukan aku ....”Saat mengucapkan kata-kata terakhir, matanya yang cerah seketika meredup. Wajahnya juga tampak kecewa.Kalau Hengky tidak melihat Winda dan Jefri berbicara di pintu masuk Atmaja Group, maka Hengky akan percaya.Hengky tertawa sinis, “Kamu kira aku akan percaya?”Winda tampak terkejut. Hengky telah melepaskan dagu Winda dan mendekat ke telinga perempuan itu, lalu berkata, “Katakan yang sejujurnya, aku nggak akan marah.”Katakan yang sejujurnya? Winda merasa bingung, tidak mengerti apa maksud perkataan Hengky tersebut. Winda sama sekali tidak menyangka kalau Hengky kebetulan melewati Atmaja Group hari ini dan melihatnya sedang berbicara dengan Jefri.“Aku benar-benar hanya datang untuk makan bersamamu. Aku ....”Mata Hengky tiba-tiba menjadi dingin, tidak
Winda terlalu larut dengan pertanyaan itu, sehingga dia bahkan tidak tahu kalau mereka telah tiba di tempat tujuan. Dia masih tenggelam dalam pikirannya sampai Hengky yang merasa kesal mengetuk setir mobil dengan jari telunjuknya. Setelah mendengar suara itu, Winda baru sadar.Winda spontan melihat ke luar melalui jendela mobil. Sorot matanya masih tampak sedikit linglung. Dia pun bertanya, “Sudah sampai?”“Turun.”Hengky mengucapkan satu kata itu dengan dingin, lalu keluar dari mobil lebih dulu. Winda segera mengikutinya.Winda terus mengikuti Hengky naik lift hingga tiba di ruang pribadi di lantai atas. Hengky sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun padanya lagi.Suasana makan siang terasa sangat mencekam. Winda tidak begitu nafsu makan, jadi dia makan sangat sedikit.Dalam perjalanan pulang, Winda mencari kesempatan untuk bicara dengan Hengky. Namun setelah membuka mulutnya, Winda tidak tahu harus berkata apa. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya dia tidak mengatakan apa pun.
Selama beberapa hari ini, banyak orang mengirimkan karangan bunga ke rumah Yuna dan datang mencarinya. Begitu Yuna membuka pintu, dia bisa melihat tulisan-tulisan yang menghujatnya serta sampah di depan rumahnya.Tadi malam Yuna benar-benar sudah tidak tahan lagi. Akhirnya, hari ini dia menyamar dan pindah ke hotel.Sesampainya di hotel, Yuna tidur hingga petang. Lampu di dalam kamar tidak dinyalakan, apalagi tirai yang tertutup membuat kamar semakin gelap. Seluruh tubuh Yuna kesakitan. Namun, dia takut dilihat orang dalam kondisi seperti ini. Oleh karena itu, setelah dipukul Roma, dia bahkan tidak berani pergi ke rumah sakit.Yuna mengambil laptopnya dan membuka akun instagram untuk memeriksa tren opini publik. Namun, hingga saat ini tidak ada perubahan. Roma bersikeras mengatakan kalau Yuna yang telah merayunya. Pria itu juga mengatakan Yuna memanfaatkan kesempatan untuk naik ke posisinya. Setelah itu, Roma mengendalikan arah opini publik dan melimpahkan semua kesalahan kepada Yuna.
Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan
Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber
“Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a
Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar
“Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.
“Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d
Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe
“Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,
Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a