“Kenapa kamu datang ke sini?” tanya Hengky. Matanya yang gelap tidak menunjukkan emosi apa pun.Winda tidak mengerti, jadi dia menjawab dengan jujur, “Aku ingin makan siang bersamamu. Tadi pagi kamu sama sekali nggak hiraukan aku ....”Saat mengucapkan kata-kata terakhir, matanya yang cerah seketika meredup. Wajahnya juga tampak kecewa.Kalau Hengky tidak melihat Winda dan Jefri berbicara di pintu masuk Atmaja Group, maka Hengky akan percaya.Hengky tertawa sinis, “Kamu kira aku akan percaya?”Winda tampak terkejut. Hengky telah melepaskan dagu Winda dan mendekat ke telinga perempuan itu, lalu berkata, “Katakan yang sejujurnya, aku nggak akan marah.”Katakan yang sejujurnya? Winda merasa bingung, tidak mengerti apa maksud perkataan Hengky tersebut. Winda sama sekali tidak menyangka kalau Hengky kebetulan melewati Atmaja Group hari ini dan melihatnya sedang berbicara dengan Jefri.“Aku benar-benar hanya datang untuk makan bersamamu. Aku ....”Mata Hengky tiba-tiba menjadi dingin, tidak
Winda terlalu larut dengan pertanyaan itu, sehingga dia bahkan tidak tahu kalau mereka telah tiba di tempat tujuan. Dia masih tenggelam dalam pikirannya sampai Hengky yang merasa kesal mengetuk setir mobil dengan jari telunjuknya. Setelah mendengar suara itu, Winda baru sadar.Winda spontan melihat ke luar melalui jendela mobil. Sorot matanya masih tampak sedikit linglung. Dia pun bertanya, “Sudah sampai?”“Turun.”Hengky mengucapkan satu kata itu dengan dingin, lalu keluar dari mobil lebih dulu. Winda segera mengikutinya.Winda terus mengikuti Hengky naik lift hingga tiba di ruang pribadi di lantai atas. Hengky sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun padanya lagi.Suasana makan siang terasa sangat mencekam. Winda tidak begitu nafsu makan, jadi dia makan sangat sedikit.Dalam perjalanan pulang, Winda mencari kesempatan untuk bicara dengan Hengky. Namun setelah membuka mulutnya, Winda tidak tahu harus berkata apa. Setelah ragu-ragu sejenak, akhirnya dia tidak mengatakan apa pun.
Selama beberapa hari ini, banyak orang mengirimkan karangan bunga ke rumah Yuna dan datang mencarinya. Begitu Yuna membuka pintu, dia bisa melihat tulisan-tulisan yang menghujatnya serta sampah di depan rumahnya.Tadi malam Yuna benar-benar sudah tidak tahan lagi. Akhirnya, hari ini dia menyamar dan pindah ke hotel.Sesampainya di hotel, Yuna tidur hingga petang. Lampu di dalam kamar tidak dinyalakan, apalagi tirai yang tertutup membuat kamar semakin gelap. Seluruh tubuh Yuna kesakitan. Namun, dia takut dilihat orang dalam kondisi seperti ini. Oleh karena itu, setelah dipukul Roma, dia bahkan tidak berani pergi ke rumah sakit.Yuna mengambil laptopnya dan membuka akun instagram untuk memeriksa tren opini publik. Namun, hingga saat ini tidak ada perubahan. Roma bersikeras mengatakan kalau Yuna yang telah merayunya. Pria itu juga mengatakan Yuna memanfaatkan kesempatan untuk naik ke posisinya. Setelah itu, Roma mengendalikan arah opini publik dan melimpahkan semua kesalahan kepada Yuna.
Ziva berjalan ke depan pintu rumah kontrakannya, lalu mengeluarkan kunci dari tas. Baru saja dia memutar kuncinya, tiba-tiba sosok hitam keluar dari kegelapan dan mendorongnya dengan keras ke dalam rumah. Ziva yang lengah seketika berteriak kaget, lalu tersungkur di lantai.Kemudian, sosok hitam itu juga masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Begitu pintu tertutup, di dalam rumah seketika menjadi gelap.Hati Ziva spontan dipenuhi dengan ketakutan. Dia bahkan tidak peduli lagi dengan rasa sakitnya. Dia segera berdiri dan melihat sosok hitam itu.Meskipun kondisi sangat gelap, Ziva masih bisa melihat fitur wajah sosok itu. Perasaan yang familiar itu membuat Ziva hampir seketika menyadari sosok hitam itu adalah Roma.“Pak Roma?” Ziva menatap sosok itu dengan mata terbelalak lebar. Ketakutan di dalam hatinya meningkat hingga tingkat tertinggi. Dia mundur sambil berkata dengan suara bergetar, “Kenapa Pak Roma bisa ada di sini?”Tubuh Roma tinggi dan besar. Tatapan pria itu membuat orang ya
Suara ketukan di luar pintu berhenti sejenak. Roma cepat-cepat mencengkeram dagu Ziva agar perempuan itu tidak berteriak lagi. Begitu suasana jadi sunyi, Ziva bisa mendengarkan suara langkah kaki di luar berjalan pergi. Seketika hatinya mencelos.Senyum Roma menjadi semakin bengis ketika mendengar pria di luar sudah pergi. “Kamu lihat sendiri, kan. Kamu benar-benar kira ada orang yang akan tolong kamu? Kamu hanyalah anjing peliharaanku. Masih berani ingin kabur?”Ziva kesakitan hingga hampir tidak bisa bicara. Setiap kali dia menarik napas, dia kesakitan hingga berkeringat dingin. Dia menatap wajah Roma yang menakutkan. Dia sungguh menyesal telah memprovokasi Roma yang gila itu. Namun, masalah sudah jadi seperti ini. Ziva sama sekali tidak punya jalan untuk mundur.Dia menelan darah di dalam mulutnya dan sengaja membuat dirinya terlihat lemah. Dia pun menatap Roma sambil memohon, “Pak Roma, aku juga terpaksa. Dia ancam aku dan suruh aku lakukan semua itu. Aku nggak berani lawan dia ...
“kamu sengaja bohongi aku?” Roma kembali menarik panjang Ziva dan membentak dengan suara keras.Ziva spontan menjerit histeris. Dia mengulurkan tangannya untuk melindungi kepalanya, lalu menangis sambil berkata, “Pak Roma, aku benar-benar nggak bohong sama kamu. Kalau kamu nggak percaya, kamu selidiki saja. Dia kasih aku cek empat miliar, bank pasti punya catatan transaksi itu.”Roma menjambak rambut Ziva dengan keras, lalu menyeretnya dari lantai dan mendekatkan wajah perempuan itu ke wajahnya sendiri, “Tentu saja aku akan selidiki. Tapi kamu juga nggak akan bisa lolos begitu saja.”“J*lang!” Roma memelototinya dengan tajam, “Jangan pernah harap bisa lepas dari kendaliku. Aku akan kembali untuk cari kamu. Kamu nggak akan bisa kabur!”Usai berkata, Roma menghempaskan kepalanya dengan keras, lalu pergi dari rumah kontrakan itu.Ziva mendengar derap kaki yang berat perlahan menjauh. Hatinya masih tetap menggantung. Dia takut Roma akan kembali. Oleh karena itu, tanpa memedulikan rasa saki
Hengky menoleh dan melihat undangan acara pelelangan di atas meja rias. Bibirnya melengkung, membentuk seulas senyum sinis. Setelah itu, dia langsung keluar dari kamar.Winda sama sekali tidak tahu Hengky datang ke kamarnya. Pada saat dia bangun keesokan harinya, Hengky sudah pergi.Winda berkemas sebentar, lalu pergi untuk menjemput Yolanda. Setelah itu, mereka pergi ke tempat lelang bersama.Acara lelang seperti ini akan melakukan verifikasi kekayaan tamu yang hadir. Orang biasa tidak akan bisa masuk. Winda tidak perlu terlalu khawatir. Dia pun masuk saja dengan surat undangan dan mencari tempat duduk yang agak belakang bersama Yolanda.Pada saat ini, sudah banyak yang sudah datang. Mereka semua dengan sadar diri mengosongkan tempat duduk di barisan pertama. Winda melirik sekilas, dia pun tahu pasti ada orang besar yang menghadiri pelelangan hari ini. Kursi di barisan pertama pasti disediakan untuk orang besar itu.Winda menunduk dan membuka buklet di tangannya. Dia ingin melihat bar
Winda tenggelam dalam pikirannya. Yolanda menyenggolnya dua kali, dia tetap saja tidak sadar.Yolanda mengguncangnya dengan cemas, lalu berbisik di samping telinga Winda, “Lihat, suamimu!”Begitu mendengar kata suami, Winda langsung tertegun. Kemudian, dia segera mengangkat kepala dan melihat ke depan.Pria yang berjalan di paling depan memiliki tinggi badan hampir 190 cm dan memiliki aura yang bermartabat. Fitur wajahnya begitu tampan, membuat orang lain sulit untuk mengalihkan pandangan darinya. Namun, ekspresi dingin di wajah pria itu membuatnya terkesan seperti orang yang jauh dari hal duniawi.Sedangkan di belakangnya diikuti oleh seorang pria paruh baya yang memasang senyum menyanjung dan penuh sikap hormat. Pria itu adalah Evan, pihak penyelenggara lelang kali ini.Evan sedang berbicara dengan Hengky. Hengky selalu terlihat tenang. Namun, pada saat dia duduk, dia mendongak dan melihat ke arah Winda.Winda segera tersadar. Dia cepat-cepat mengangkat buklet di tangannya untuk menu