Hengky menatap Ivan tanpa ekspresi, lalu berkata dengan suara yang datar, "Apa rencana yang udah disiapin PR kalian?"Sebelum Ivan dapat menjawab, tiba-tiba di benaknya muncul ucapan Julia, membuatnya merasa tidak nyaman.Dengan sedikit keberatan, Ivan kemudian mengungkapkan dengan jujur rencana yang telah dibahas di perusahaan kepada Hengky.Ketika Hengky mendengar bagian "agar Martin mengeluarkan pernyataan di sosmed bahwa semalam ia bersama Winda", sorot matanya menjadi lebih tajam, dengan aura mengancam.Hengky dengan ritmis mengetuk meja dengan jarinya, mempengaruhi denyut jantung Ivan yang berdegup kencang. Melihat ekspresi Hengky yang semakin serius, Ivan mengusap keringat di dahinya."Pak Hengky, ada yang 'kurang pas' dengan rencana ini?" tanyanya."Kamu sudah diskusi dengan Winda?" Hengky bertanya dengan nada penuh pertanyaan, ekspresinya tetap sulit ditebak.Pertanyaan ini membawa banyak pemikiran di pikiran Ivan, terutama mengenai komentar Julia sebelumnya. Mungkinkah ada hu
Yuna dengan ragu menundukkan pandangannya, seolah hendak menyembunyikan kegugupan yang tampak di matanya. Namun suaranya tetap tegas, "Pak Hengky, nggak usah bercanda. Saya beli foto itu mahal, lho. Nggak mungkin saya mau rugi, ‘kan?"Hengky memandangnya dengan tatapan dingin, tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Ketegangan yang kian memuncak membuat Yuna semakin gelisah. Dalam diam, tangannya mulai bergetar, berusaha untuk tetap tenang.Hanya setelah beberapa detik berlalu, ketika mereka mendengar suara percakapan dari sebelah, Hengky akhirnya berkata, "Berapa harganya?"Yuna tersenyum licik, "Pak Hengky sudah pasti tahu ‘kan apa yang saya mau?"Hengky hanya mengejek, "Apa yang kamu mau, mungkin nggak akan pernah kamu dapat. Lebih baik pikirin saja berapa uang yang bisa kamu dapat dari foto itu."Senyum manis Yuna tiba-tiba membeku. Dia memandang Hengky dengan penuh kekesalan. Dengan nada kecewa, Yuna berkata, "Saya cuma kagum sama Pak Hengky, memangnya salah? Hanya gara-gara itu kamu
Hengky mengerutkan keningnya, memandang Yuna dengan tajam, "Dari mana kamu tahu semua ini?""Darimana saya tahu, Pak Hengky nggak perlu tahu. Tapi yang pasti, semua yang saya bilang itu beneran," balas Yuna.Hengky mengangkat alisnya, tertawa sinis, "Beneran?"Yuna dengan tenang menjawab, "Pak Hengky, coba pikir, deh. Di dunia ini nggak ada yang namanya kebetulan. Dari sekian banyak orang di sana saat itu, kenapa mereka memilih Winda? Dan kenapa Martin kebetulan ada di dekat sana, datang tepat waktu untuk menolongnya."Yuna melangkah mendekati Hengky, senyum misterius terpampang di wajahnya, "Saya yakin Pak Hengky sudah kirim orang buat nyari ketiga preman itu, tapi nggak ketemu-ketemu, ‘kan? Di kota Jenela, berapa banyak yang bisa menghilangkan jejak mereka tanpa bisa diketahui Pak Hengky?"Hengky tertawa dingin, "Kamu tahu banyak juga!""Tapi, memangnya kamu nggak takut keluarga Yadira akan menghabisimu kalau kamu mengkhianati Martin?""Takut?" Yuna tersenyum ringan, "Dibanding kelua
Winda turun dari mobil, Jenny mengambil tas dari tangannya, sambil berkata dengan tergesa-gesa, "Kak Julia takut kamu ketemu wartawan, jadi dia suruh aku ke sini nungguin kamu. Sekarang pintu masuk utama dan samping gedung sudah diserbu sama media, kita lewat jalur khusus saja.""Gimana situasinya sekarang?" tanya Winda."Sekarang ini opini publik lagi jelek-jelekin kamu. Semua berita lagi nggak menguntungkan kamu. Meskipun tim PR perusahaan lagi berusaha keras hapus berita dan tekan trending topic, tapi hasilnya minim sekali. Baru-baru ini, Pak Ivan sudah rapat untuk membahas masalah ini, tapi juga belum ada hasilnya," jelas Jenny.Winda sudah menduga situasi akan jadi seperti ini. Jelas bahwa serangan ini ditujukan padanya.Dia baru saja mengumumkan hubungan asmara dengan Martin. Namun, hanya dalam hitungan hari, Winda sudah terlibat dalam gosip dengan seorang taipan. Berita besar seperti ini pasti akan menarik perhatian media. Orang yang tidak tahu kebenarannya hanya akan berpikir b
Julia dengan tatapan penuh kebingungan menatap Winda.Winda ragu sejenak, kemudian dengan penuh keberanian berkata, "Kak Junia, ada yang mau aku ceritain, nih."Namun sebelum dia bicara, Julia tiba-tiba memotong, "Tunggu dulu.""Kamu kayak gitu, aku harus siap-siap dulu nih kayaknya." Julia segera meneguk airnya, duduk dengan posisi lebih nyaman, lalu berkata, "Oke, sekarang cerita."Ditikam oleh tatapan Julia, Winda tiba-tiba merasa tidak berani melanjutkan. Ia mengalihkan pandangannya, dengan suara yang hampir tidak terdengar, Winda mengungkapkan, "Soal Hengky itu, istri yang digosipkan orang-orang itu ... ya, itu aku sendiri.""Kamu bilang apa?" Julia menepuk meja, berdiri dengan mata terbelalak. Dia menatap Winda dengan wajah sangat terkejut.Winda perlahan menundukkan kepalanya, memegang tepi meja, berkata dengan suara pelan, "Aku sudah nikah sama Hengky lebih dari dua tahun, cuma nggak pernah bilang ke publik. Ada sedikit kesalahpahaman antara aku dan dia, jadi waktu aku gabung d
Julia mengangguk, mendekati Winda dan berbisik, "Nggak banyak orang yang tahu soal ini, Pak Hengky yang minta. Aku rasa ini ada hubungannya sama kamu, deh."Winda agak terkejut, pikirannya melayang ke insiden di ruang istirahat Yuna beberapa hari lalu. Apakah Hengky sudah memutuskan hal ini saat itu juga?Dia paham betul seberapa besar dampak dari 'freeze' bagi artis di dunia hiburan. Lima tahun berlalu, apakah Yuna masih bisa bangkit lagi, itu akan jadi pertanyaan besar. Di- freeze selama lima tahun bisa membuat masa depannya hancur total. Kecuali jika Yuna bisa mendapat perusahaan yang bersedia membayar denda pemutusan kontraknya.Namun, perusahaan mana yang mau ambil resiko besar dengan membayar denda Yuna tersebut dan melawan Hengky?Saat memikirkan hal ini, Winda merasa hangat di hatinya. Dia pikir masalah di rumah sakit waktu itu akan berlalu begitu saja karena tidak ada bukti. Tapi Hengky, tanpa dia ketahui, telah mengatasi masalah itu untuknya...Julia, yang masih berbicara, ti
Setelah menghela napas, Julia teringat sesuatu lagi. Dengan ragu, dia bertanya, "Tapi, kalau kamu sudah nikah sama Hengky lebih dari dua tahun, kenapa dulu sama Jefri ...."Winda tampak canggung, sejenak dia tidak tahu harus menjawab apa.Melihat reaksi Winda, Julia segera berkata, "Ya sudah deh, nggak usah dijawab. Tapi soal kamu menikah, aku harus kasih tau ke Pak Ivan. Apa pun itu, kamu harus punya solusi untuk masalah ini. Nggak bisa terus-terusan dihindari atau dibuat seolah-olah nggak ada apa-apa. Bisa-bisa nama baikmu rusak. Kalau nggak karena kamu sama Martin sekarang …."Julia melirik Winda dan kemudian mengecek jamnya, lalu bangkit dari duduk, "Kayaknya Pak Ivan sudah selesai ngobrol sama Pak Hengky. Aku mau ke sana dulu, kamu tunggu di sini, ya, jangan ke mana-mana."Winda dengan mata berbinar bertanya, "Dia ada di kantor?""Dengar dia ada di sini saja senang amat. Sudah beberapa tahun juga nikahnya, masih nggak bosan?" goda Julia sambil tersenyum.Winda menatap Julia, matan
"Aku …," Yuna menatap Julia dengan tajam, tapi dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Hengky telah memperingatkannya untuk tidak sembarangan bicara di luar. Jika Hengky tahu, Yuna pasti akan mendapat masalah."Hubunganku dengan Pak Hengky kayaknya nggak ada hubungannya dengan kamu, deh. Aku sekarang lagi diskusi kerjaan sama Pak Ivan. Boleh keluar dulu nggak?"Julia cengar-cengir sambil menunjukkan ekspresi sinis, lalu memberikan kode mata ke Ivan.Ivan mengerti maksud dari kode mata Julia. Dia mengambil ponselnya, kemudian menelepon Hengky.Yuna dengan tenang menunggu Ivan selesai berbicara. Dia tampak sangat yakin. Dari wajah Ivan yang berubah, sepertinya Ivan mendengar sesuatu yang tidak diharapkannya dari Hengky."Jadi gimana, Pak Ivan? Aku nggak bohong, ‘kan? Ini memang keinginan Pak Hengky." Yuna tersenyum mengejek, "Jadi, bisa kembalikan akun media sosialku sekarang?"Sejak diberitahu bahwa Yuna akan ditarik sementara dari industri hiburan, semua akun media sosialnya diambil a