Winda turun dari mobil, Jenny mengambil tas dari tangannya, sambil berkata dengan tergesa-gesa, "Kak Julia takut kamu ketemu wartawan, jadi dia suruh aku ke sini nungguin kamu. Sekarang pintu masuk utama dan samping gedung sudah diserbu sama media, kita lewat jalur khusus saja.""Gimana situasinya sekarang?" tanya Winda."Sekarang ini opini publik lagi jelek-jelekin kamu. Semua berita lagi nggak menguntungkan kamu. Meskipun tim PR perusahaan lagi berusaha keras hapus berita dan tekan trending topic, tapi hasilnya minim sekali. Baru-baru ini, Pak Ivan sudah rapat untuk membahas masalah ini, tapi juga belum ada hasilnya," jelas Jenny.Winda sudah menduga situasi akan jadi seperti ini. Jelas bahwa serangan ini ditujukan padanya.Dia baru saja mengumumkan hubungan asmara dengan Martin. Namun, hanya dalam hitungan hari, Winda sudah terlibat dalam gosip dengan seorang taipan. Berita besar seperti ini pasti akan menarik perhatian media. Orang yang tidak tahu kebenarannya hanya akan berpikir b
Julia dengan tatapan penuh kebingungan menatap Winda.Winda ragu sejenak, kemudian dengan penuh keberanian berkata, "Kak Junia, ada yang mau aku ceritain, nih."Namun sebelum dia bicara, Julia tiba-tiba memotong, "Tunggu dulu.""Kamu kayak gitu, aku harus siap-siap dulu nih kayaknya." Julia segera meneguk airnya, duduk dengan posisi lebih nyaman, lalu berkata, "Oke, sekarang cerita."Ditikam oleh tatapan Julia, Winda tiba-tiba merasa tidak berani melanjutkan. Ia mengalihkan pandangannya, dengan suara yang hampir tidak terdengar, Winda mengungkapkan, "Soal Hengky itu, istri yang digosipkan orang-orang itu ... ya, itu aku sendiri.""Kamu bilang apa?" Julia menepuk meja, berdiri dengan mata terbelalak. Dia menatap Winda dengan wajah sangat terkejut.Winda perlahan menundukkan kepalanya, memegang tepi meja, berkata dengan suara pelan, "Aku sudah nikah sama Hengky lebih dari dua tahun, cuma nggak pernah bilang ke publik. Ada sedikit kesalahpahaman antara aku dan dia, jadi waktu aku gabung d
Julia mengangguk, mendekati Winda dan berbisik, "Nggak banyak orang yang tahu soal ini, Pak Hengky yang minta. Aku rasa ini ada hubungannya sama kamu, deh."Winda agak terkejut, pikirannya melayang ke insiden di ruang istirahat Yuna beberapa hari lalu. Apakah Hengky sudah memutuskan hal ini saat itu juga?Dia paham betul seberapa besar dampak dari 'freeze' bagi artis di dunia hiburan. Lima tahun berlalu, apakah Yuna masih bisa bangkit lagi, itu akan jadi pertanyaan besar. Di- freeze selama lima tahun bisa membuat masa depannya hancur total. Kecuali jika Yuna bisa mendapat perusahaan yang bersedia membayar denda pemutusan kontraknya.Namun, perusahaan mana yang mau ambil resiko besar dengan membayar denda Yuna tersebut dan melawan Hengky?Saat memikirkan hal ini, Winda merasa hangat di hatinya. Dia pikir masalah di rumah sakit waktu itu akan berlalu begitu saja karena tidak ada bukti. Tapi Hengky, tanpa dia ketahui, telah mengatasi masalah itu untuknya...Julia, yang masih berbicara, ti
Setelah menghela napas, Julia teringat sesuatu lagi. Dengan ragu, dia bertanya, "Tapi, kalau kamu sudah nikah sama Hengky lebih dari dua tahun, kenapa dulu sama Jefri ...."Winda tampak canggung, sejenak dia tidak tahu harus menjawab apa.Melihat reaksi Winda, Julia segera berkata, "Ya sudah deh, nggak usah dijawab. Tapi soal kamu menikah, aku harus kasih tau ke Pak Ivan. Apa pun itu, kamu harus punya solusi untuk masalah ini. Nggak bisa terus-terusan dihindari atau dibuat seolah-olah nggak ada apa-apa. Bisa-bisa nama baikmu rusak. Kalau nggak karena kamu sama Martin sekarang …."Julia melirik Winda dan kemudian mengecek jamnya, lalu bangkit dari duduk, "Kayaknya Pak Ivan sudah selesai ngobrol sama Pak Hengky. Aku mau ke sana dulu, kamu tunggu di sini, ya, jangan ke mana-mana."Winda dengan mata berbinar bertanya, "Dia ada di kantor?""Dengar dia ada di sini saja senang amat. Sudah beberapa tahun juga nikahnya, masih nggak bosan?" goda Julia sambil tersenyum.Winda menatap Julia, matan
"Aku …," Yuna menatap Julia dengan tajam, tapi dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya.Hengky telah memperingatkannya untuk tidak sembarangan bicara di luar. Jika Hengky tahu, Yuna pasti akan mendapat masalah."Hubunganku dengan Pak Hengky kayaknya nggak ada hubungannya dengan kamu, deh. Aku sekarang lagi diskusi kerjaan sama Pak Ivan. Boleh keluar dulu nggak?"Julia cengar-cengir sambil menunjukkan ekspresi sinis, lalu memberikan kode mata ke Ivan.Ivan mengerti maksud dari kode mata Julia. Dia mengambil ponselnya, kemudian menelepon Hengky.Yuna dengan tenang menunggu Ivan selesai berbicara. Dia tampak sangat yakin. Dari wajah Ivan yang berubah, sepertinya Ivan mendengar sesuatu yang tidak diharapkannya dari Hengky."Jadi gimana, Pak Ivan? Aku nggak bohong, ‘kan? Ini memang keinginan Pak Hengky." Yuna tersenyum mengejek, "Jadi, bisa kembalikan akun media sosialku sekarang?"Sejak diberitahu bahwa Yuna akan ditarik sementara dari industri hiburan, semua akun media sosialnya diambil a
Julia meredam gejolak emosinya dan berkata dengan nada datar, “Nggak apa-apa. Aku cuma takutnya bos kita nggak senang saja.”“Bos apaan …. Maksud kamu, Winda itu istrinya Hengky yang selama ini dirumorkan itu?” ujar Ivan terkejut.Julia menganggukkan kepalanya, tapi Ivan masih skeptis terhadap jawaban Julia.“Masa iya? Kalau dia memang istrinya Pak Hengky, kenapa Pak Hengky nggak ngebela istrinya sendiri dan malah ngebela orang lain? Dan juga, Winda sudah dua tahun lebih bergabung ke perusahaan ini, tapi aku nggak pernah sekali pun dia berhubungan sama Pak Hengky. Informasi itu kamu dapat dari mana?”“Wina sendiri yang bilang ke aku, jadi sudah pasti benar.”Winda hanya iseng-iseng saat pertama kali terjun ke dunia hiburan. Dia sungguh tidak mengira dirinya akan seterkenal ini. Mungkin karena itu jugalah Hengky tidak membela istrinya sendiri.Masih dengan ekspresi curiga, Ivan berkata, “Kalau benar, kenapa Pak Hengky minta Yuna nyamar? Apa jangan-jangan ….”“Jangan asal nebak,” sela Ju
Namun meski jaraknya sudah begitu dekat, Winda sengaja tidak mau menempelkan bibirnya. Dia seperti sedang memancing ikan, sengaja menaruh umpan untuk Hengky ambil. Winda ingin melihat apakah Hengky akan berinisiatif mendekatinya.Sorot mata Hengky sekilas seperti memancarkan cahaya ketika mengamati kulit Winda yang putih dan mulus. Jauh di dalam lubuk hatinya, Hengky merasa sedikit tergerak, tapi dia tidak menunjukkan perasaan itu keluar. Dia hanya menatap Winda dengan lekat dan berkata, “Aku nggak peduli. Apa kamu sampai harus bermesraan sama cowok lain di depan media cuma untuk bikin aku malu?”Winda sungguh tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti itu darinya. Walau Winda meyakini Hengky adalah pria yang kasar di luar lembut di dalam, tak bisa disangkal bahwa perkataannya membuat Winda sedikit sedih.“Memangnya sesusah itu ngaku kalau kamu peduli sama aku?”“Jangan mikir kejauhan, apa yang aku lakukan nggak ada hubungannya sama ….”Sebelum Hengky menyelesaikan kata-katanya,
“Iya,” sahut Winda mantap, lalu dia meraih tangan Hengky dan meletakkannya di dadanya sendiri. “Kamu bisa dengar sendiri isi hatiku.”Telapak tangan Hengky dapat merasakan kehangatan yang terpancar dari balik kemeja tipis Winda. Hengky dapat merasakan jantung Winda yang terlindung di balik kulitnya berdetak di telapak tangan dengan sangat jelas. Kehangatan ini seperti sedang dengan lantang menyatakan rasa cinta Winda terhadap Hengky.Di mata Hengky tampak ekspresi kaget, bingung, senang … semuanya bercampur menjadi satu. Winda menyadari sepenuhnya perubahan emosi Hengky, dan dia pun mengatup tangan Hengky sambil berkata, “Hengky, kamu bisa ngerasain perasaanku?”Hengky yang biasanya begitu tenang kini jadi panik. Dia mengalihkan matanya dan menarik tangannya dari Winda, lalu dia berkata, “Nggak.”Winda tersenyum tipis menyadari Hengky sedang berbohong yang terlihat dari matanya.“Kalau nggak ada, coba kamu rasain lagi ….”Ketika Winda ingin meneruskan godaannya, tiba-tiba ponsel Hengk
Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan
Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber
“Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a
Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar
“Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.
“Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d
Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe
“Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,
Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a