“Iya,” sahut Winda mantap, lalu dia meraih tangan Hengky dan meletakkannya di dadanya sendiri. “Kamu bisa dengar sendiri isi hatiku.”Telapak tangan Hengky dapat merasakan kehangatan yang terpancar dari balik kemeja tipis Winda. Hengky dapat merasakan jantung Winda yang terlindung di balik kulitnya berdetak di telapak tangan dengan sangat jelas. Kehangatan ini seperti sedang dengan lantang menyatakan rasa cinta Winda terhadap Hengky.Di mata Hengky tampak ekspresi kaget, bingung, senang … semuanya bercampur menjadi satu. Winda menyadari sepenuhnya perubahan emosi Hengky, dan dia pun mengatup tangan Hengky sambil berkata, “Hengky, kamu bisa ngerasain perasaanku?”Hengky yang biasanya begitu tenang kini jadi panik. Dia mengalihkan matanya dan menarik tangannya dari Winda, lalu dia berkata, “Nggak.”Winda tersenyum tipis menyadari Hengky sedang berbohong yang terlihat dari matanya.“Kalau nggak ada, coba kamu rasain lagi ….”Ketika Winda ingin meneruskan godaannya, tiba-tiba ponsel Hengk
Hengky mengernyit tidak menduga ternyata tebakan Winda begitu akurat. Dia pun memalingkan wajahnya dan berkata dengan datar, “Nggak. Cepat turun.”Karena tidak bisa mendapatkan jawaban apa-apa lagi darinya, Winda pun turun dari mobil. Ketika baru saja menutup pintunya, mobil Hengky langsung melaju kencang dan menghilang di tengah keramaian jalan.Winda pun segera kembali ke kantornya. Ketika dia baru saja ingin masuk ke ruang istirahat, dia mendapat pintunya sudah dalam keadaan setengah terbuka. Melalui celah pintu, dia melihat seorang wanita sedang duduk di sofa membelakanginya, dan tampak pula Jenny sedang menuangkan air untuknya.Begitu Winda menggerakkan pintunya dan menimbulkan suara kecil, Jenny spontan menoleh dan menyapanya, “Eh, Kak Winda sudah balik.”Saat itu Jenny masih memegang segelas air di tangan. Kedatangan Winda yang sedikit mendadak itu membuat gelas yang Jenny pegang bergoyang dan air yang ada di dalamnya pun menciprat ke pakaian Yuna.Yuna jelas marah. Dia langsung
“Percaya nggak percaya terserah kamu. Aku cuma mau kasih nasihat, mending mengundurkan diri demi kehormatan diri sendiri, daripada dibuang sama Hengky ….”Seketika itu Winda berdiri dan mencengkeram dagu Yuna dengan sangat kencang sampai Yuna tidak bisa berbicara. Winda memperhatikan dengan saksama wajah yang ada di depan matanya itu. Tak diragukan lagi bahwa Yuna memang memiliki tampang yang sangat cantik, tapi itu semua tidak ada gunanya kalau hatinya busuk.“Lihat apa kamu?” tanya una sambil memberontak, tapi sayang upaya itu tidak ada hasilnya.“Aku lagi melihat apakah muka orang yang menggoda suami cukup layak atau nggak.” Winda mencengkeram dengan makin keras sampai kuku jarinya terbenam ke dalam taging pergelangan tangan Yuna dan membuat wajahnya merah kesakitan. Yuna pun mengangkat tangan satunya lagi untuk menampar Winda, tapi Winda berhasil menangkapnya dan berkata, “Aku peringatkan sekali lagi, nggak usah bikin malu diri sendiri dan jangan coba-coba menguji kesabaranku, atau
Namun ketika berada di acara makan-makan kemarin malam, Winda bahkan tidak tahu kalau Hengky juga ada di sana. Dia baru tahu ketika Santo yang bilang. Lantas, bagaimana caranya Yuna bisa lebih dulu bersembunyi di sana dan mengambil foto? Kecuali ….“Kamu ngikutin aku?” tanya Winda. Dia ingat hari itu ketika sedang dicegat oleh fansnya Martin di depan pintu masuk gedung, dia melihat seorang yang bertingkah aneh seperti sedang memantaunya. Bisa jadi orang itu adalah suruhan Yuna. Mungkin juga … kecelakaan mobil tempo hari juga adalah perbuatannya?Yuna masih belum sadar kalau Winda mencurigainya atas dua kejadian itu. Dia langsung mengelak ketika dituduh menguntit dan membantah, “Ngawur, buat apa aku ngikutin kamu?”Awalnya Winda sempat curiga, tapi setelah dipikir-pikir lagi, pertama kali mereka tahu kalau mereka sama-sama berhubungan dengan Hengky adalah sejak hari kecelakaan itu. Yang jadi masalah, kecelakaan itu sudah pasti tidak terjadi secara serta-merta, dan lagi Yuna juga tidak m
“Hengky ada janji apa sama kamu?” tanya Winda.“Kalau mau tahu, tanya saja sendiri. Sudah, ya. Aku pergi dulu.” Yuna melirik Winda dengan tampang songong dan langsung pergi meninggalkannya. Tujuan dari kedatangan Yuna awalnya adalah ingin membuat Winda kesal, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia yang terkena tamparan Winda. Namun, setidaknya tujuan dia sudah tercapai.Setengah jam kemudian, sebuah unggahan ramai di media sosial. Atas animo dari para netizen yang cukup tinggi, unggahan tersebut dalam sekejap mencapai trending urutan ketiga dalam pencarian. Winda membuka unggahan tersebut yang isinya ternyata adalah postingan yang dibuat oleh Yuna.“Melalui postingan ini saya ingin mengklarifikasi bahwa orang yang ada di foto itu adalah saya sendiri. Mohon maaf karena sudah membuat kesalahpahaman yang mengganggu banyak orang.”Di bawah unggahan tersebut juga tercantum swafoto Yuna sendiri. Rok yang dia kenakan sama persis dengan yang dia pakai saat di acara kemarin malam. Kini, Winda
Entah mengapa Winda sedang tidak ingin membahas soal ini dengan Martin melalui telepon. Mungkin karena belakangan ini Winda sedang menghadapi banyak persoalan, dia jadi sedikit lebih sensitif dibanding biasanya.“Ceritanya panjang. Tapi aku serius nggak apa-apa. Makasih, ya.”“Kak Winda marah sama aku, ya? Kalau bukan gara-gara aku, Kak Winda nggak akan diomongin sama orang lain. Hubungan Kak Winda sama Pak Hengky juga jadi ketahuan gara-gara aku ….”Tidak ada yang salah dengan kata-kata itu, tapi entah bagaimana Winda merasa ada yang aneh dan merasa tidak nyaman mendengarnya. Tanpa pikir panjang, Winda membantah, “Ini nggak ada hubungannya sama kamu. Tujuan kamu dari awal kan cuma mau bantu aku. Justru kamu yang jadi ikut terlibat gara-gara aku. Harusnya aku yang minta maaf.”“Aku sudah ngomong ke Pak Jason. Begitu kerja sama MV kita sudah selesai, aku bakal cari kesempatan untuk memperjelas semuanya, jadi nanti Kak Winda nggak usah khawatir lagi,” tutur Martin.Bicara soal pembuatan
“Kalau begitu aku kabarin Pak Yanwar sekarang juga,” sahut Martin dengan menahan kegirangannya. Walaupun Martin sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap tenang seperti biasa, perubahan emosi yang tersirat dari nada bicaranya tetap bisa dirasakan.Winda merasa ada sesuatu yang janggal, tapi sayang sebelum dia sempat bertanya langsung kepada Martin, ada orang lain yang memanggilnya. Lantas, Martin pun buru-buru pamit dengan Winda dan langsung menutup panggilan.Winda merasa ada yang aneh dengan tingkah laku Martin, tapi dia tidak mau berpikir terlalu banyak. Sesungguhnya Winda pun tidak tahu apa tujuan Martin andaikan dia memang sengaja mendekatkan diri. Mungkin saja ini memang hanya halusinasi Winda sendiri.“Kak Winda, cepat lihat Instagram,” ujar Jenny yang tiba-tiba masuk sambil memegangi ponselnya. Sekarang, mendengar kata Instagram saja sudah membuat Winda sakit kepala.“Ada apa sampai kamu buru-buru begitu?”“Kak Winda lihat saja sendiri,” balas Jenny.“Tadi aku sudah liha
“Pak Hengky, Yuna bilang Bapak bosnya dia. Tapi dari yang kami tahu, dia itu artis di bawah naungan Star Kingdom Entertainment. Apa itu berarti Pak Hengky dari dulu sudah mengakuisisi Star Kingdom Entertainment?”“Pak Hengky, apakah hubungan Bapak dengan Yuna benar cuma sebatas hubungan profesional? Dari foto yang beredar, Pak Hengky kelihatan begitu intim dengan Yuna. Apa Bapak ada niat untuk mengumumkan apa hubungan Bapak?”“Pak Hengky, bisa dijawab sebentar pertanyaannya? Sebenarnya apa hubungan Bapak dengan Winda? Mengapa Winda datang ke acara bersama dengan asisten Bapak? Apakah postingan Yuna cuma untuk pengalihan isu?”“Apa benar hubungan Bapak dengan Winda persis seperti apa yang diberitakan? Apakah dari awal Bapak sudah tahu kalau Winda berhubungan dengan Martin?”Setiap pertanyaan dari wartawan yang dilayangkan kepadanya membuat kesabaran Hengky makin menipis, apalagi ketika dia mendengar mereka bicara soal Winda. Dengan sekujur tubuh memancarkan aura dingin, dia menyapu seti
Hengky mengerti maksud Winda, tapi dia berpura-pura bersikap dingin dan membalas, “Kamu sudah nggak sabar mau ketemu dia? Aku kasih tahu, ya, kamu nggak akan pergi ke mana pun sampai kamu sembuh!”Kata-kata itu bagaikan belati dingin yang menancap jantungnya. Dia menatap Hengky dengan penuh rasa kecewa dan berkata, “Hengky, kamu jelas-jelas tahu aku cuma ….”“Cuma apa? Kamu baik-baik saja di sini. Aku nggak mau kejadian tadi terulang lagi!”“Aku ….”Winda ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat tatapan Hengky yang begitu dingin, dia menelan kembali kata-katanya. Hengky pun hanya menatapnya sekilas, tapi ketika dia hendak pergi, dia merasakan hawa dingin yang menempel ke tangannya dari tangan Winda.“Bisa, nggak, kamu jangan pergi dulu?”Kehangatan yang terpancar dari telapak tangan Hengky menyapu bersih hawa dingin yang ada di tubuhnya. Hengky menoleh dan melihat tangan mereka yang sedang saling bertautan, lalu dia beralih melihat tatapan mata Winda yang sedang memohon kepadanya. Ucapan
Ketika baru saja keluar dari lift rumah sakit, Hengky melihat sudah ada kerumunan orang yang berdiri di depan kamar Winda. Mereka semua tampak lega melihat kedatangannya.Dokter segera menyambutnya dan berkata, “Pak Hengky datang juga akhirnya. Bu Winda mengurung diri di kamar. Lukanya harus cepat diobati.”“Oke, aku ngerti,” jawab Hengky, lalu dia bergegas mengetuk pintu kamar dan berkata, “Winda, ini aku, buka pintunya.”Perlahan Winda mengangkat kepalanya saat mendengar suara Hengky. Dari matanya tebersit ekspresi kebahagiaan dan turun dari ranjangnya untuk membuka kunci pintu. Mata Winda langsung memerah ketika dia melihat sosok yang tak asing baginya di balik pintu. Dia pun langsung melemparkan tubuhnya sendiri ke dalam pelukannya.Namun Hengky tidak membalas pelukannya. Dia hanya menatap sinis Winda dan menegurnya, “Winda, ngapain lagi kamu?”“Tadi aku mimpi kamu kena tembak tepat di jantung …. Hengky, aku takut.”Tubuh Hengky sempat bergidik sesaat dan detak jantungnya mulai ber
“Bu Winda balik ke ranjang dulu. Sebentar lagi dokter datang,” kata si pengawal dengan kepala basah kuyup akibat keringat dingin.Walau begitu, Winda hanya menggelengkan kepalanya dan berulang kali berkata, “Aku mau ketemu Hengky!”“Tapi Pak Hengky lagi nggak di rumah sakit. Ibu ….”Sebelum pengawal itu selesai berbicara, dokter dan perawat yang sedang bertugas datang ke kamarnya Winda.“Ada apa?” tanya si dokter. Lantas, dokter melihat ada bercak darah di lantai, serta tangan Winda yang bersimbah darah. Dokter pun segera berkata, “Ada apa, Bu Winda? Kenapa jarum infusnya dicabut?”Si perawat juga menghampiri Winda dan berkata, “Bu, ayo saya bantu naik lagi ke ranjang. Saya balut dulu lukanya.”Tanpa melakukan perlawanan, Winda mengikuti arahan si perawat untuk diantar kembali ke ranjang. Si perawat pun merasa lega, tapi ketika dia baru ingin membalut lukanya, tiba-tiba Winda menghindar dan dengan matanya yang merah menatap si pengawal, “Aku mau ketemu Hengky. Kalau dia nggak datang, a
Hengky menggerakkan bola matanya sekilas dan kembali berkata kepada Winda dengan sinis, “Kalaupun aku mat, aku tetap nggak mau kamu nolong aku.”Raut wajah Winda langsung pucat mendengar itu. Matanya mulai memerah dan dia hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tapi Winda sudah tidak bisa lagi menahan tangisannya. Melihat mata Winda memerah, Hengky jadi merasa gusar dan berpesan kepadanya untuk cukup beristirahat saja. Kemudian Hengky pun berbalik dan keluar dari kamarnya Winda.Winda ingin menahan Hengky untuk tetap berada di sisinya, tapi pintu sudah tertutup rapat sebelum dia sempat berbicara. Kini suasana di kamar jadi tenang. Winda masih tak bisa menahan luapan perasaan dan air mata pun mengalir deras. Dia menggigit bibirnya sendiri dengan keras untuk meredam suara tangisannya, dan menelan semua emosi itu sendirian.Hengky yang baru menutup pintu juga berhenti di depan dan melihat ke dalam melalui kaca kecil. Dia dengan jelas melihat Winda menangis, tapi dia tidak mengeluar
“Kenapa bisa jadi begini …,” ujar Winda terkejut. Dia mengira dengan kuasa yang dimiliki keluarga Pranoto, mencari seseorang bukanlah hal yang sulit, lagi pula orang yang dicari juga begitu terkenal,rasanya mustahil tak ditemukan.“Ada seseorang yang hapus semua jejaknya sebelum aku mulai nyari. Semua petunjuk yang ada dipatahkan sama dia,” kata Hengky.Kalau saja pada saat itu Winda tidak menyadari ada sesuatu yang aneh pada mobil itu, mungkin sekarang Hengky …. Sudahlah, Winda tidak mau memikirkannya lebih jauh, dia takut kehilangan Hengky.Mobil Jeep hitam itu tidak mengikuti mereka sampai ke bandara. Mobil itu tiba-tiba muncul dan langsung menodongkan pistol ke arah Hengky tanpa ragu, yang jelas berarti mereka dari awal sudah ada niat untuk membunuhnya. Pertanyaannya, sebenarnya siapa yang bisa melakukan itu?Winda merasa misteri ini jadi makin dalam saja, dan lagi setiap kejadian selalu ada hubungannya dengan dia dan juga Hengky. Winda belum mengalami ini di kehidupan sebelumnya.
“Bu Winda, sungguh baik secara kamu sudah terbangun,” ujar Fran melangkah masuk dengan terkejut dan mengulurkan tangannya untuk memeriksa Winda. Dia yang melihat ruangan penuh dengan orang asing, wajahnya menjadi geram dan mengulang, “Aku ingin bertemu dengan Hengky, gimana keadaan dia?”Dokter Fran terdiam sejenak dan berkata, “Pak Hengky tidak terluka. Aku sudah menyuruh perawat untuk memanggil ....”Sebelum Dokter Fran sempat menyelesaikan perkataannya, Hengky dan Santo bergegas datang ke ruangan itu. Melihat Winda yang sudah terbangun, wajah Hengky terlihat tenang, akan tetapi beban di hatinya langsung hilang.“Pak Hengky, Nyonya Winda sedang mencarimu,” ujar Fran.Tertutupi oleh orang-orang di sekitar, Winda tidak dapat melihat Hengky. Dia ingin sekali melihatnya dengan mata kepalanya sendiri kalau pria itu baik-baik saja, jadi dia memaksa mengangkat badannya untuk duduk di ranjang.Tetapi luka di tubuhnya terlalu menyakitkan, hingga membuat dia kliyengan ketika bergerak. Ketika d
Santo terlihat tertekan dan berkata, “Mereka selalu selangkah lebih cepat dibanding kita dan bisa melenyapkan semua bukti. Kalau mereka bukan yang mengetahui kita dengan baik, tidak mungkin mereka bisa melakukannya dengan rapi.”Hengky menjawab dengan dingin, “Biarkan Howard melanjutkan investigasinya!”“Pak Hengky ....” Santo sejenak ragu-ragu lalu berkata, “Sekarang di luar negeri tidak aman, dan juga tidak menjamin kalau mereka tidak akan menyerangmu lagi. Apa mungkin kamu ingin aku persiapkan pesawat khusus untuk memulangkan kamu ke kampung halaman?”Walaupun dia tahu kalau kondisi istrinya tidak bisa bergerak, kekuatan dari pihak lawan sangatlah besar dan sepertinya tidak menjamin keselamatan mereka jika tinggal lebih lama di Fontana.Santo di lain sisi tidak memikirkan hal itu, tugas dia hanya untuk menjamin keamanan dari Hengky. Urusan yang lainnya bisa ditunda terlebih dahulu.“Tidak perlu,” tegas Hengky menolak. Dia menoleh untuk melihat Winda yang masih terbaring di ruang pe
“Aku bisa bantu menghapus masalah ini, tapi kamu lebih baik lebih jujur ke aku. Kalau kamu membuat masalah sekecil apa pun, kamu mati sendiri saja nanti,” jawab Kakek, setelah selesai bicara dia langsung mematikan teleponnya.Pria itu tersenyum menyeringai sambil mengunci layar teleponan, lalu dia menyimpan teleponnya ke dalam sakunya.Joji yang melihatnya langsung bertanya, “Gimana? Kakek berkenan untuk membantu?”“Dia harus bantu walaupun dia juga tidak berkenan membantu kita. Karena dia lebih takut kalau aku ketangkap Hengky daripada diriku sendiri. Selama aku menyimpan rahasia dia balik kejadian hari itu, Kakek harus tetab membantuku menyelesaikan ekor masalah ini,” jawab pria itu menyeringai.Mendengar itu Joji mendesau dengan lega, lalu mengembalikan senapannya ke pria itu dan berkata, “Bagaimanapun juga kita harus tetap berhati-hati untuk sekarang ini. Meskipun dengan bantuan kakek, kita juga tidak boleh menganggap enteng masalah ini.”“Aku mau menghubungi Winda secara langsung,
Joji merasa pesimis dengan rencana pria itu. Dia belum belum pernah berhubungan dengan Hengky secara langsung, jadinya dia tidak tahu betapa menakutkan orang itu. Jika Hengky mengetahui kalau ini merupakan perbuatan mereka, sepertinya Hengky tidak akan melepaskan mereka, walaupun dengan bantuan Kakek juga.“Kita diskusikan masalah ini nanti. Sekarang, paling penting yaitu menyelesaikan masalah ini dulu,” ujar Joji.“Oke, aku akan menelpon kakek sekarang,” jawab pria itu mengambil telepon seluler dari kantongnya dan segera menelepon kakek dari buku kontak pada telepon.Teleponnya berdering selama kurang lebih sepuluh detik sebelum diangkat. Suara yang berat dan penuh keagungan terdengar dari teleponnya dan dari suaranya dia merendahkan suaranya dan berkata dengan ketidakpuasan, “Bukannya aku sudah bilang untuk tidak meneleponku jika tidak ada urusan yang penting?”Pria itu menyeringai, matanya terlintas penuh dengan kebencian dan menjawab, “Kalau ga ada urusan penting, tentu aku nggak a