“Kalau begitu aku kabarin Pak Yanwar sekarang juga,” sahut Martin dengan menahan kegirangannya. Walaupun Martin sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap tenang seperti biasa, perubahan emosi yang tersirat dari nada bicaranya tetap bisa dirasakan.Winda merasa ada sesuatu yang janggal, tapi sayang sebelum dia sempat bertanya langsung kepada Martin, ada orang lain yang memanggilnya. Lantas, Martin pun buru-buru pamit dengan Winda dan langsung menutup panggilan.Winda merasa ada yang aneh dengan tingkah laku Martin, tapi dia tidak mau berpikir terlalu banyak. Sesungguhnya Winda pun tidak tahu apa tujuan Martin andaikan dia memang sengaja mendekatkan diri. Mungkin saja ini memang hanya halusinasi Winda sendiri.“Kak Winda, cepat lihat Instagram,” ujar Jenny yang tiba-tiba masuk sambil memegangi ponselnya. Sekarang, mendengar kata Instagram saja sudah membuat Winda sakit kepala.“Ada apa sampai kamu buru-buru begitu?”“Kak Winda lihat saja sendiri,” balas Jenny.“Tadi aku sudah liha
“Pak Hengky, Yuna bilang Bapak bosnya dia. Tapi dari yang kami tahu, dia itu artis di bawah naungan Star Kingdom Entertainment. Apa itu berarti Pak Hengky dari dulu sudah mengakuisisi Star Kingdom Entertainment?”“Pak Hengky, apakah hubungan Bapak dengan Yuna benar cuma sebatas hubungan profesional? Dari foto yang beredar, Pak Hengky kelihatan begitu intim dengan Yuna. Apa Bapak ada niat untuk mengumumkan apa hubungan Bapak?”“Pak Hengky, bisa dijawab sebentar pertanyaannya? Sebenarnya apa hubungan Bapak dengan Winda? Mengapa Winda datang ke acara bersama dengan asisten Bapak? Apakah postingan Yuna cuma untuk pengalihan isu?”“Apa benar hubungan Bapak dengan Winda persis seperti apa yang diberitakan? Apakah dari awal Bapak sudah tahu kalau Winda berhubungan dengan Martin?”Setiap pertanyaan dari wartawan yang dilayangkan kepadanya membuat kesabaran Hengky makin menipis, apalagi ketika dia mendengar mereka bicara soal Winda. Dengan sekujur tubuh memancarkan aura dingin, dia menyapu seti
Dilihat dari sikap mereka terhadap satu sama lain sebelumnya, Julia mengira mereka hubungan mereka sebagai suami istri tidak akur. Namun, tak disangka ternyata dia yang salah menilai.Bapak Hengky ini sangat mencintai Winda.Jenny berseru dengan iri, “Kak Winda, suamimu sangat baik padamu.”Winda menunduk dan tersenyum ringan. “Iya.”Hengky selalu baik padanya, tapi dia hanya pura-pura tidak melihatnya. Hanya pria itu yang akan bergegas menerobos masuk ke dalam api untuk menyelamatkannya, tanpa memedulikan hidup dan mati diri sendiri. Hanya pria itu yang benar-benar memikirkannya.Dia jelas-jelas sudah tahu sejak lama. Apa yang masih dia ragukan selama ini?Winda berada di kantor sampai sore. Komen-komen buruk tentangnya di internet sudah cukup terkendali, makanya Julia memperbolehkannya meninggalkan kantor.Sesampainya di rumah, Hengky belum pulang kerja. Winda meminta pelayan untuk menyiapkan sayur. Dia berencana untuk memasak sendiri satu meja penuh makanan enak untuk Hengky malam i
Setelah mengatakan itu, Hengky mengambil jasnya di kursi dan berjalan keluar.Saat Santo keluar dari kantor, Hengky sudah tidak kelihatan batang hidungnya.Lani melihatnya keluar, lalu berkata dengan nada bergosip, “Bukannya Pak Hengky ada janji untuk membicarakan kontrak dengan Pak Dennys? Dia pergi ke mana sekarang?”“Kamu telepon Pak Dennys dan beri tahu dia, Pak Hengky tiba-tiba ada urusan mendadak, jadi ganti lain hari.”Lani tertegun sejenak, lalu matanya semakin berbinar karena ingin bergosip. “Pak Hengky selalu serius dalam bekerja. Ada urusan mendadak apa, sampai membuatnya meninggalkan pekerjaannya dan pergi?”Santo merentangkan tangannya dan berkata sambil tersenyum, “Mungkin akan pulang untuk makan malam bersama istrinya.”Lani tercengang. Urusan mendadak apanya itu?Santo meliriknya sekilas, tetapi tidak menjelaskan apa pun.Lani tidak mengerti betapa susahnya Pak Hengky mendapatkan makan malam ini. Dia tahu. Setelah Pak Hengky dan Bu Winda menikah, jangankan memasak untuk
Langkah Hengky terhenti. Dia tiba-tiba langsung berbalik badan dan menatap Winda ssambil mengerutkan keningnya.“Omong kosong apa yang kamu bicarakan?”Winda melipat kedua tangannya di belakang punggung, menatap mata Hengky sambil tersenyum, lalu berjalan menghampiri pria itu.Dia kemudian berjinjit dan mencondongkan diri ke telinga pria itu, lalu berkata dengan suara yang menggoda dan menawan, “Kalau mau tahu aku beromong kosong atau nggak, bukankah kamu harus membuktikannya pada tubuhku?”Hengky memegang bahu Winda dengan kedua tangan dan mendorong wanita itu menjauh sambil mengerutkan kening dan berkata, “Dari siapa kamu mempelajari ini?”Kekuatan cengkeramannya di bahu Winda berangsur-angsur meningkat. Jika Winda berani melontarkan nama pria mana pun dari mulutnya, dia akan mencekik wanita itu sampai mati.Winda mengerang kesakitan. Hengky pun langsung meregangkan pegangannya sedikit. Mata Winda berkilat licik, lalu dia tersenyum dan berkata, “Aku mempelajarinya di internet. Kenapa
Winda berjalan ke arah Hengky dengan kedua tangan dilipat di belakang punggungnya, lalu berhenti di depan pria itu dan menatap pria itu sambil tersenyum kecil, “Sederhana sekali, aku hanya ingin kamu pindah kembali ke kamar utama.”Dia sudah berkali-kali mengungkit hal itu kepada Hengky, namun Hengky, tetapi pria itu tetap tidak mau pindah kembali ke kamar, sehingga dia tidak punya pilihan selain menggunakan cara ini. Lagi pula, sekarang semua barang pria itu juga sudah dipindahkan ke kamarnya, dan dia juga sudah membuang tempat tidur pria itu. Dia tidak percaya Hengky akan lebih memilih tidur di sofa daripada tidur bersamanya.Hengky memandangnya dengan ekspresi rumit. Tatapannya penuh pertanyaan dan rasa curiga.Dia tidak dapat menebak alasan Winda melakukan hal ini, tapi juga tidak dapat mempercayai perkataan Winda.“Aku akan menyuruh orang untuk mengantar tempat tidur ke sini sekarang. Apa pun yang mau kamu lakukan, hal itu nggak boleh terjadi lagi,” ujar Hengky dengan nada dingin,
Melihat Hengky terus memandangi makanan tanpa menggerakkan sendoknya, Winda bertanya dengan gugup, “Kamu nggak suka semua masakan ini?”Winda bergumam dalam hati, “Nggak mungkin. Dia sudah menanyakannya pada Bi Citra sebelum menyiapkan semuanya. Seharusnya nggak ada masalah.”“Bukan.” Hengky membuang muka dan menjawab enteng.“Kalau begitu, cepat dicicip.” Winda menatapnya dengan penuh harap.Hengky meliriknya sekilas, mengambil pisau dan garpu, lalu memotong sepotong kecil steak dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Rasa steak itu mengejutkannya. Tak disangka, ternyata lezat.“Bagaimana? Rasanya oke?”“Iya,” kata Hengky dengan datar.Meski hanya satu kata, Winda puas mendengarnya.“Kalau begitu, makan yang banyak.”Winda menyunggingkan senyum tulus di wajahnya, lalu mengambilkan semangkuk sup untuk Hengky dan menaruhnya di sebelah tangan pria itu, baru mengambil pisau dan garpu dan mulai memotong steak di piring sendiri.Namun, tangannya terluka, sehingga sulit memegang pisau dan garpu
Winda menatap Hengky sambil tersenyum dan menyesap anggur merahnya.Hengky menatapnya beberapa detik, lalu tiba-tiba mengangkat tangannya, mengangkat kepalanya dan meneguk anggur merah di gelasnya sampai habis.Winda terdiam sejenak dan menatapnya, sementara Hengky menyeka mulutnya dengan serbet, lalu berdiri.“Aku sudah selesai makan. Kamu pelan-pelan saja makannya.”Setelah berkata begitu, Hengky berbalik badan dan berjalan kembali ke dalam rumah.Jari-jari Winda yang memegang gelas wine perlahan mengencangkan genggamannya. Wajahnya yang tadinya cerah menjadi muram.Dia mendesah kecewa. Dia melihat makanan-makanan lezat di atas meja, tetapi tidak lagi berselera makan.Dia pikir dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk mendekatkan hubungan mereka berdua, tapi sepertinya dia terlalu terburu-buru.Hengky tidak kembali ke kamar tidur dan pergi ke ruang kerja sendirian.Dia membuka sebuah buku di atas meja dan mengeluarkan foto tua yang sudah menguning.Itu adalah foto grup yang terdiri