Share

Bab 164

“Hmm.” Hengky mengangguk pelan.

“Kamu cucu pertama yang harus mewarisi bisnis keluarga. Aku juga sudah tua sekarang, sudah nggak bisa kelola bisnis keluarga sendirian. Semakin cepat kamu punya anak, semakin cepat aku bisa pensiun dan menikmati masa tuaku.” Adi berkata kepada cucunya, nada bicaranya pun jadi jauh lebih ramah. Bahkan ada sedikit tawa di suaranya.

Hengky tidak mengatakan apa-apa. Winda hanya bisa menyembunyikan kesedihan di hatinya, lalu memaksakan senyum merekah di sudut bibirnya. Dia duduk lebih dekat dengan Hengky dan mengedipkan matanya sambil berkata, “Lihat, Kakek sudah berkata seperti itu. Kamu masih nggak janji sama Kakek?”

Hengky memperhatikan senyum di wajah Winda, sebuah perasaan aneh terpancar di mata pria itu sekilas.

Winda memantapkan hatinya, dia pun langsung merangkul lengan Hengky dan bersandar pada pria itu. Kemudian, dia tersenyum dan berkata, “Kamu mempertimbangkannya terlalu lama. Sayang, kamu sedang pikir mau punya anak laki-laki atau anak perempuan,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status