Beranda / Fantasi / Perjalanan Pendekar Tangan Satu / 167. Pengemis Tongkat Bambu

Share

167. Pengemis Tongkat Bambu

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-31 22:42:34

"BERHENTI!!!"

Teriakan Rawindra sama sekali tidak dihiraukan oleh pengemis cantik ini. Tubuhnya semakin melesat kencang dengan gin-kang yang cukup tinggi tingkatannya.

"Hebat sekali pengemis licik ini! Tampaknya dia bukan pengemis sembarangan!" batin Rawindra. Kecepatan pengemis cantik ini membuat Rawindra agak kesulitan mengejarnya.

Rawindra terus mengikuti pengemis cantik ini sampai ke hutan bambu yang serba hijau. Tanpa Pendekar Tangan Satu ini sadari kalau dia sedang memasuki markas Pengemis Tongkat Bambu yang merupakan perguruan persilatan yang sangat terkenal di Alam Dewa ini.

Pengemis Tongkat Bambu bukanlah kultivator yang menjadi dewa di Alam Dewa ini. Mereka memilikikemampuan setingkat dewa yang berasal dari kultivasi tapi mereka memiliki teknik khusus dalam pencapaiannya sehingga bisa disetarakan dengan dewa-dewa di alam ini.

Pengemis Tongkat Bambu sangat disegani dan ditakuti oleh Lima Dewa Sakti yang memimpin Alam Dewa. Bahkan ada rumor kalau pemim;pin Pengemis Tongka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   168. Dewa Pengemis Sakti

    Rawindra tetap mengejar pengemis cantik yang telah mencuri kantong uangnya sampai ke pinggiran kota Sanghyang Widi yaitu Hutan Bambu setelah melewati hadangan Pengemis Tongkat Bambu dengan ilmu kultivasi kunonya yang membuat anggota pengemis berpakaian hijau ini tidak jadi mengejarnya."Kembali kau, pengemis licik!" seru Rawindra. Pengemis cantik bertubuh ramping ini tidak menghiraukan teriakan Rawindra dan berpaling sambil mengejeknya. "Tangkap aku kalau bisa!"Wajah pengemis cantik yang tampak kotor ini semakin membuat Rawindra penasaran dan terus mengejarnya.Tiba-tiba langkah Rawindra terhenti saat melihat pria yang sudah setengah abad umurnya dengan rambut putih dan pakaiannya yang compang camping menghadang jalannya sementara pengemis cantik yang bertubuh mungil ini bersembunyi di belakangnya.Rawindra tahu dia bertemu sosok yang sakti. "Salam hormat! Aku sedang berbicara dengan siapa?" tanyanya."Ini anak muda yang hendak memaksamu melakukan hubungan intim?" tanya kakek tua ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   169. Siasat Kalista

    "Aku tahu kamu sedang mencari Dewabrata yang memimpin Kota Sanghyang Widi! Aku bisa membawamu bertemu dengannya dengan satu syarat!" seru Klaista secara tiba-tiba.Dewa Pengemis Sakti mulai kelihatan cemas dengan ucapan Kalista. "jangan membuat ulah lagi!" pesannya."Tidak, kakek guru! Justru akau akan melakukan apa yang diinginkan oleh kakek guru selama ini ... aku akan menikah!" ujar Kalista."APAAA!!!"Tanpa sadar Rawindra berteriak sekencang-kencangnya.Wajah Kalista yang tadinya ceria langsung berubah cemberut begitu melihat tidak ada reaksi yang baik dari rawindra. Malahan Pendekar Tangan Satu ini begitu terkejut dengan persyaratan darinya."Kenapa kau terkejut begitu? Apa aku terlalu jelek untukmu sehingga tidak pantas kau nikahi?" tanya Kalista dengan sinis.Rawindra buru-buru menghaturkan hormat kepada Dewa Pengemis Sakti, kemudian berkata kepada Kalista, "Aku sudah menikah dan punya istri! Malahan aku baru saja menikah di Hutan Mitos sebelum pergi ke kota Sanghyang Widi! Ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   170. Menemui Dewabrata

    Kalista yang sedang berbahagia tidak terlihat seperti orang yang akan memanfaatkan dirinya, tapi pengalaman masa lalu membuat Rawindra lebih berhati-hati."Kapan kita akan menemui Dewabrata?" tanya Rawindra.Kalista tersenyum sambil menggandeng tangan Pendekar Tangan Satu ini. "Kenapa? amu sedang terburu-buru?" tanyanya."Aku ingin segera menuntaskan misi menemukan Kitab Rahasia Pendekar! Oh ya, kamu harus pergi ke Hutan Mitos menemui Amara untuk menjelaskan semuanya," ujar Rawindra."Kenapa bukan kamu saja, Kanda?' tanya Kalista."Kalau mau ikut denganku, kamu harus minta izin dari Amara karena dia itu istri pertama! Jadi suka ataupun tidak suka, kamu harus menemui Amara!" tegas Rawindra."Baiklah, Kandaku yang ganteng! Tapi nanti ya, setelah kita menemukan Kitab Rahasia Pendekar!" sahut Kalista.Gadis ini tetap bersikeras untuk ikut dengan Rawindra mencari Kitab Rahasia Pendekar, tapi Rawindra tahu betapa berbahayanya misi ini karena pemilik Kitab Rahasia Pendekar akan mati-matian m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   171. Keributan di Lembah Kahyangan

    "Hahaha! Aku senang punya menantu sepertimu, Rawindra! Kamu sangat pantas untuk mendampingi putriku! Bahkan kamu bisa memimpin Alam Dewa ini terutama Kota Sanghyang Widi!" kata Dewabrata sambil menepuk punggung Rawindra.Kalista tersenyum malu mendengar ucapan ayahnya. Tidak salah pilihannya terhadap rawindra karena ayahnya juga menyukai pemuda ini."Terima kasih ayah mertua, tapi aku harus pulang dahulu ke Desa Matahari di Alam Manusia untuk menemui kakekku! Aku sudah menikah dua kali tanpa persetujuan kakekku!" ujar rawindra."Kamu sudah pernah menikah?" tanya Dewabrata."Bukan sudah menikah tapi masih menikah, ayah mertua! Aku baru menikah beberapa hari lalu sebelum menikah lagi dengan Kalista!" kata Rawindra dengan jujur.Kalista yang khawatir ayahnya marah, berusaha menengahi percakapan yang mungkin akan mengarah ke pertengkaran. "Ayah ... aku sudah tahu dari awal saat menikah dengan Kanda Rawindra! Jadi, jangan marah sama dia ya!" bujuk Kalista.Mendengar permintaan anak gadis s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   172. Kehebatan Mahabodhi

    "Salam Pendekar!" seru sosok berpakaian serba putih ini yang berhenti tepat di hadapan Rawindra dan Kalista.Sosok berpakaian putih ini masih tampak muda, hampir seusia Rawindra tapi memiliki aura wibawa yang tinggi yang terpancar dari dalam tubuhnya. Sikapnya juga ramah dan tersenyum kepada Rawindra dan Kalista."Salam juga, Tuan Pendekar! Boleh tahu dengan siapa aku sedang berbicara?" jawab rawindra dengan sopan. Berbeda dengan Klista yang emasang wajah ketus."Aku pemimpin Lembah Kahyangan ini. Aku lebih dikenal sebagai Mahabodhi! Tadi aku mendengar kalau putri Dewabrata datang berkunjung, apa gadis ini adalah putri Dewabrata?" tanya Mahabodhi. "Mohon maafkan anak buahku yang telah menghinamu!"Mahabodhi hanya mengibaskan tangannya ke arah anak buahnya yang langsung menjerit kesakitan dan tewas seketika. "Tidak ada yang boleh menghina dan menganggu keluarga dari Lima Dewa Sakti! Hukumannya adalah hukuman mati!" Tindakan Mahabodhi sungguh membuat Rawindra tercengang. Tidak pernah d

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   173. Pendekar Sesat Yang Menyesatkan

    Pendekar Sesat-Wisasena hanya tersenyum sinis menanggapi ancaman dari Mahabodhi. "Tidak kusangka kalau pemuda bertangan satu ini lebih hebat darimu, Mahabodhi!" ejeknya.Wajah Mahabodhi tampak kesal mendengar hinaan Wisasena. Apa benar kemampuannya masih di bawah Pendekar Tangan Satu ini? Tidak terlihat kalau pemuda yang hanya memiliki satu tangan saja ini lebih hebat daripada dirinya."Jangan asal bicara kau, Wisasena! Hadapi aku dengan kammapuan bela dirimu, bukan kemampuan bicaramu yang dusta belaka!' seru Mahabodhi."Jangan libatkan orang lain, Mahabodhi! Aku sangat menghargai Pendekar Tangan Satu yang berilmu tinggi tapi rendah hati, daripada dirimu yang berilmu seadanya tapi sudah belagak seperti ahli ilmu bela diri terhebat sepanjang masa!""Sudahi bicaramu, Wisasena! Mahabodhi menebas Iblis!"Mahabodhi langsung mengeluarkan jurus pertamanya untuk membungkam Pendekar sesat. Telapak tangan Mahabodhi terbuka dan di kibaskan bagaikan mengibaskan pedang tajam langsung ke arah Wisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   174. Kibasan Tangan Elmaut

    "Kami mohon diri saja, Mahabodhi! Maafkan aku yang telah lancang ikut campur dalam pertarungan kalian tadi!" kata Rawindra sambil memberi salam hormat.Mahabodhi menyadari kalau Rawindra telah menolongnya tapi keangkuhannya membuat dia tidaak begitu menanggapi permintaan maaf dari Pendekar Tangan Satu ini.Kalista yang menyayangkan sikap dari Mahabodhi, akhirnya setuju juga dengan keinginan Rawindra untuk pergi dari Lembah Kahyangan."Aku juga pamit, Mahabodhi! Kapan-kapan aku akan berkunjung ke sini bersama ayah!" seru Kalista.Mahabodh seperti tidak mengacuhkan mereka berdua. Tidak ada jawaban apapun darinya.Rawindra memberi isyarat kepada Kalista untuk tidak menegur Mahabodhi lagi agar mereka bisa segera pergi dari Lembah Kahyangan. Saat keduanya hendak melangkah lebih jauh lagi, Mahabodi menadadk menegur mereka."TUNGGU!" serunya dengan lantang.Rawindra khawatir kalau pertolongannya tadi membuat Mahabodhi malu dan marah besar terhadap diinya. kemungkinan besar kemarahan Mahabod

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12
  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   175. Keanehan Desa Surga

    Bodhisatva menguasai wilayah selatan yang mencakup wilayah Desa Surga sampai Pulau Nirvana yang merupakan tempat menyimpan kitab-kitab pusaka dan pedang-pedang pusaka yang bisa dipelajari dan dimiliki oleh Sang Terpilih yang mengunjungi wilayah ini. Sudah bukan rahasia lagi kalau Kitab Pusaka Bodhisatva menjadi kitab pusaka yang banyak diincar oleh para kultivator karena memiliki teknik-teknik kultivasi yang berbeda dengan teknik kultivasi pada umumnya.Desa Surga yang menjadi tujuan pertama Rawindra dan Kalista ini merupakan desa yang terletak di antara pantai dan pegunungan, Lokasi yang strategis ini membuat Desa Surga menjadi desa yang sejuk dan dingin di malam hari serta agak panas di siang hari.Bodhisatva memiliki wilayah tersendiri yang tertutup di Desa Surga yang menyimpan Kitab Pustaka yang jumlahnya ribuan. Wilayah yang terletak di tengah-tengah Desa Surga ini disebut Forbidden Village. Tembok tinggi mengelilingi Desa Terlarang ini dengan penjagaan super ketat. Hanya ada sat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13

Bab terbaru

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   218. Akhir Kisah Rawindra

    Amara yang marah besar langsung berubah menjadi rasa kasihan saat melihat keadaan Shen Long. Tubuhnya kurus kering dan menderita semacam penyakit misterius yang sulit untuk disembuhkan."Kaisar Agung benar-benar menghukum berat Kaisar Naga yang gagal memenuhi perintahnya. Ada sebabnya Shen Long memberikan Kitab Jari sakti dan Pedang Naga Api ... itu semua atas perintah ayahmu, Amara."Aisya baru menjelaskan kondisi yang sebenarnya saat mereka menemui Shen Long yang lumpuh dan tidak mampu untuk bergerak sama sekali."Sadis sekali Kaisar Agung itu ... kenapa dia memburuku, Aisya?" tanya Rawindra."Aku tidak tahu, Windra ... semua itu ada hubungannya dengan masa lalumu yang terlupakan! Aku hanya diperintahkan ke Kota Pendekar ini untuk menahanmu tinggal di sini sampai ayah datang menemuimu, tapi aku tahu kalau Kaisar Agung berniat jahat padamu sehingga aku harus melanggar perintah ayah!" sahut Aisya."Lebih baik kita segera pergi dari Alam Lelembut ini, Windra ... Kaisar Agung masih membu

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   217. Menemui Kaisar Naga

    "Begini Aisya ... aku dan Windra sudah memutuskan akan mengajakmu untuk pergi bersama ke Alam Manusia. Apa kamu berminat untuk pergi bersama kami?" tanya Amara.Aisya menaikkan sedikit bibirnya dengan dahinya yang berkerut seolah sedang berusaha mencerna ucapan Amara. "Aku tidak mengerti maksudmu, Amara! Untuk apa aku ikut dengan kalian? Bukankah kalian ini pasangan suami-istri?" ujarnya."Benar, Aisya ... kamu masih belum mengerti juga? Apa kamu benar-benar mencintai Windra?" tanya Iblis Amara sekali lagi dengan tegas."HAH!"Aisya benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan dari Iblis Amara. Hal ini membuat kesal Amara."Ya sudah kalau tidak mau ikut! Aku hanya tidak ingin Windra menyesal telah meninggalkanmu di Kota Pendekar ini. Kemungkinan kecil untuk Windra kembali lagi ke Alam Iblis ini walaupun dia menginginkannya," ujar Iblis Amara."Apa sebenarnya maksudmu, Amara? Jangan bertele-tele dan membingungkan ... langsung saja ke pokok permasalahan!" tegur Aisya."Hufh! Baiklah, a

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   216. Tuan Besar Rawindra

    Gadis yang barusan datang ini sangat cantik dan anggun sekali. Walaupun wajahnya cantik jelita, tapi ketegasannya membuat anak buahnya takut terhadapnya."Nona ... gembel-gembel ini telah berani mengacau di tempat Nona! Seharusnya kita tidak memberi ampun terhadap mereka!" seru salah satu penjaga gerbang Balai Lelang ini.PLAAAK!Sebuah tamparan keras diterima oleh penjaga pintu gerbang ini. "Siapa lagi yang berani mengatakan tamu kita ini, gembel?" hardik gadis cantik ini.Peri Houri dan Roh Athalia dibuat bingung oleh sikap gadis muda yang cantik ini, tapi tidak demikian dengan Iblis Amara."Aisya ... kamu tambah cantik saja! Windra pasti semakin terpikat olehmu!" seru Iblis Amara.Sikap bersahabat Iblis Amara membuat peri Houri dan Roh Athalia keheranan. Hal yang sama juga dialami oleh penjaga gerbang Balai Lelang."Kalian semua memang pantas dipecat! Sudah bertemu Tuan Besar kalian, masih saja tidak memberi salam hormat dan minta maaf!" teriak Aisya kepada belasan penjaga gerbang

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   215. Kota Pendekar Baru

    Kota Pendekar begitu megahnya saat Rawindra bersama istri dan sahabat naga-nya tiba di kota yang telah mengalami perubahan besar ini.Tidak ada bekas ledakan dan kejadian besar yang menewaskan setengah penduduk Kota Pendekar ini. Kota ini seakan tidak pernah terusik oleh kejadian besar apapun.Tidak ada lagi pembagian distrik seperti sebelumnya, bahkan tidak ada lagi penjaga di perbatasan kota ini. Semua penghuni Alam Lelembut bebas untuk keluar-masuk Kota Pendekar tanpa perlu melalui gerbang pemeriksaan seperti sebelumnya."Wah! Siapa yang membangun kembali Kota Pendekar ini? Sangat indah sekali!" kata Rawindra yang takjub dengan bangunan-bangunan baru yang sanggup dibangun dalam waktu yang cukup singkat."Apa Kak Shen Long masih memerintah di Kota Pendekar ya?" tanya Iblis Amara. Dewi Iblis ini menyinggung tentang kaisar Naga yang sebenarnya menjadi sumber masalah kehancuran Kota Pendekar dengan menyerahkan Kitab Jari Sakti dan Pedang Naga Api kepada dirinya dan Amara."Kaisar Naga,

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   214. Kemana Iblis Mikaela?

    Kemampuan Rawindra yang sudah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu pendekar, kultivasi, dan magis membuatnya tanpa kesulitan membuka kunci ingatan yang telah disegel oleh kekuatan magis Iblis Mikaela.Wajah Rawindra yang awalnya tampak tenang mulai terlihat pucat pasi dengan wajah yang penuh kepanikan saat berusaha mengingat kejadian masa lalunya bersama Iblis Mikaela.Berbagai kilasan kejadian masa lalu yang terus lalu lalang dalam ingatannya ini membuat Rawindra terkejut sekaligus bingung dengan kejadian yang awalnya sama sekali tidak diingatnya sama sekali ini."Kenapa, Kaela? Kenapa kau lakukan ini?" ujar Rawindra dengan wajah penuh penyesalan."Apa Ryder sudah ingat semua kejadian bersama Ryder Mikaela?" tanya Naga Hitam."Apa yang telah terjadi, Windra?" tanya Iblis Amara yang baru pertama kali melihat kepanikan dalam diri Rawindra. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi, tapi perasaannya sebagai wanita mengatakan kalau telah terjadi sesuatu antara Rawindra dengan Mikaela ya

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   213. Awal Yang Baru

    Belum sempat Dewa Iblis membalas ucapan Iblis Rawindra, tiba-tiba terasa sesuatu yang dingin menerpa lehernya.CLASH!Satu tebasan dari Pedang Iblis Api mengakhiri hidup Dewa Iblis untuk selama-lamanya. Iblis Rawindra benar-benar membuat Dewa Bodhisatva tidak akan mampu lagi untuk inkarnasi ataupun reinkarnasi dengan kemampuan Immortal-nya.Walaupun Pedang ini berkobar api tapi bisa terasa dingin di leher Dewa Iblis,yang menunjukkan kehebatan Iblis Rawindra untuk mengendalikan elemental api sesuai keinginannya.Roh Kultivasi di dalam diri Dewa Bodhisatva ini turut dihancurkan oleh kekuatan Iblis Rawindra, sehingga tidak akan lahir lagi Dewa Bodhisatva baru hasil inkarnasi dan reinkarnasinya.Roh Dewa Bodhisatva juga turut hancur karena setelah menebaskan Pedang Iblis Api pada bagian leher Dewa Bodhisatva, Iblis Rawindra juga menusukkan Pedang Iblis Petir ke dalam tubuh Dewa Iblis untuk menghancurkan semua spirit dan kemampuan spiritual yang terdapat di dalam tubuhnya.Mata Dewa Iblis

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   212. Iblis Rawindra vs Dewa Iblis

    Dewa Bodhisatva tetap memandang angkuh ke arah Rawindra. Dia tidak gentar sedikit pun terhadap Pendekar Tangan Satu ini."HA-HA-HA! Kamu belum lihat kemampuanku yang sebenarnya, Tangan Satu!" serunya dengan penuh keangkuhan."Kemampuan apalagi yang kamu miliki, Bodhisatva? Kamu tidak ubahnya seperti penjahat yang menyamar menjadi dewa ... haus kekuasaan dengan menghabisi dewa lainnya!" hasut Rawindra.Dewa Bodhisatva tidak menjawab pertanyaan Rawindra, tapi tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat. "Aku telah mempelajari Kultivasi Kegelapan yang membuatku bisa beruba wujud menjadi Dewa Iblis yang tak terkalahkan!" serunya.Aura hitam yang keluar dari dalam tubuh Dewa Bodhisatva ini membungkus tubuhnya dengan rapat sampai wujudnya tidak kelihatan lagi."Bersiaplah untuk mati, Tangan Satu!" Hanya terdengar suara sombong dari Dewa Bodhisatva saat tubuhnya terbungkus habis oleh aura hitam yang juga melindunginya dari serangan lawan apabila Rawindra memutuskan untuk menyerangnya.Namun, Pendekar

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   211. Pertarungan Akhir - Trio Pendekar (II)

    Peri Houri langsung mengeluarkan jurus pamungkasnya yaitu 8 Jurus Peri Iblis untuk satu tujuan, yaitu menghabisi Roh Shivya agar tidak mengacau lagi di Alam Lelembut."Peri Iblis Pemusnah!"Peri Iblis Pemusnah memiliki daya magis yang tinggi karena rata-rata peri iblis mempelajari ilmu sihir untuk jurus bela diri mereka. Sesuai namanya, serangan ini akan memusnahkan apa saja yang tersentuh oleh aura magis yang berwarna hitam.Roh Shivya juga menyadari situasi ini sehingga dia berusaha untuk melawan Peri Houri juga dengan jurus terkuatnya."Roh Tanpa Jiwa!"Tubuh Roh Shivya seakan membelah diri menjadi beberapa sosok roh yang menyerupai Roh Shivya. Seluruh Roh Shivya ini maju menyerang Peri Houri yang terus menerus mengeluarkan aura hitam pemusnah ini.Menyadari serangan yang berbahaya dari beberapa Roh Shivya ini, Peri Houri mulai mengeluarkan jurus kedua. "Peri Dewa Abadi!"Teknik bela diri yang menitik beratkan pada pertahanan ini membuat Peri Houri diselubungi lingkaran bola cahaya

  • Perjalanan Pendekar Tangan Satu   210. Pertarungan Akhir - Trio Pendekar (I)

    # Peri Houri vs Roh Shivya # Roh Shivya bergerak dengan cepatnya bagaikan melayang cepat di angkasa menuju ke daratan. Phoenix Hitam yang berusaha menerjang Roh Shivya ini hanya mengenai tempat kosong saja karena gesitnya pergerakan roh ini."Aku menantangmu pertarungan satu lawan satu, Peri! Kalau kau berani, silahkan turun ke sini untuk bertarung denganku ... bukannya mengandalkan Black Phoenix bodohmu itu!" seru Roh Shivya.Peri Houri masih berada di atas Black Phoenix, lagi memikirkan tantangan dari Roh Shivya ini apakah pantas diladeni atau tidak."Sudah kalah, masih bertingkah! Kamu memang harus dihajar, Shivya!" sahut Peri Houri."Hihihi ... kalau berani turun ke sini! Jangan suruh burung hitam itu terus memburuku!" tantang Roh Shivya lagi.Peri Houri tahu kalau Roh Shivya sudah berada di ujung tanduk. Hanya mengandalkan Black Phoenix maka lambat laun dia akan dikalahkan karena Rajawali Hitam yang menyertainya kini sudah menghilang dan meninggalkannya sendirian."Menyerah sa

DMCA.com Protection Status