"Kami mohon diri saja, Mahabodhi! Maafkan aku yang telah lancang ikut campur dalam pertarungan kalian tadi!" kata Rawindra sambil memberi salam hormat.Mahabodhi menyadari kalau Rawindra telah menolongnya tapi keangkuhannya membuat dia tidaak begitu menanggapi permintaan maaf dari Pendekar Tangan Satu ini.Kalista yang menyayangkan sikap dari Mahabodhi, akhirnya setuju juga dengan keinginan Rawindra untuk pergi dari Lembah Kahyangan."Aku juga pamit, Mahabodhi! Kapan-kapan aku akan berkunjung ke sini bersama ayah!" seru Kalista.Mahabodh seperti tidak mengacuhkan mereka berdua. Tidak ada jawaban apapun darinya.Rawindra memberi isyarat kepada Kalista untuk tidak menegur Mahabodhi lagi agar mereka bisa segera pergi dari Lembah Kahyangan. Saat keduanya hendak melangkah lebih jauh lagi, Mahabodi menadadk menegur mereka."TUNGGU!" serunya dengan lantang.Rawindra khawatir kalau pertolongannya tadi membuat Mahabodhi malu dan marah besar terhadap diinya. kemungkinan besar kemarahan Mahabod
Bodhisatva menguasai wilayah selatan yang mencakup wilayah Desa Surga sampai Pulau Nirvana yang merupakan tempat menyimpan kitab-kitab pusaka dan pedang-pedang pusaka yang bisa dipelajari dan dimiliki oleh Sang Terpilih yang mengunjungi wilayah ini. Sudah bukan rahasia lagi kalau Kitab Pusaka Bodhisatva menjadi kitab pusaka yang banyak diincar oleh para kultivator karena memiliki teknik-teknik kultivasi yang berbeda dengan teknik kultivasi pada umumnya.Desa Surga yang menjadi tujuan pertama Rawindra dan Kalista ini merupakan desa yang terletak di antara pantai dan pegunungan, Lokasi yang strategis ini membuat Desa Surga menjadi desa yang sejuk dan dingin di malam hari serta agak panas di siang hari.Bodhisatva memiliki wilayah tersendiri yang tertutup di Desa Surga yang menyimpan Kitab Pustaka yang jumlahnya ribuan. Wilayah yang terletak di tengah-tengah Desa Surga ini disebut Forbidden Village. Tembok tinggi mengelilingi Desa Terlarang ini dengan penjagaan super ketat. Hanya ada sat
Matahari pagi masih tampak malu-malu untuk memunculkan wajahnya, tapi tidak demikian dengan Rawindra. Kebiasaan bangun pagi saat bersama kakeknya untuk menggembalakan domba, membuat pendekar ini sudah bangun jauh sebelum matahari terbit.Udara segar dan dingin langsung terasa begitu dia membuka pintu rumah yang mereka tempati. Kabut tebal yang semula menutupi Desa Surga, kini tiada lagi. Hanya tampak desa yang indah dan asri tapi sangat sepi."Kemana ya semua penduduk Desa Surga?" batin Rawindra. Tidak ada seorang pun yang lewat di depan rumah yang ditempatinya ini."Kanda sedang memikirkan apa?" tanya Kalista yang bangun kemudian. "Apa Kanda melihat ada penduduk desa yang lewat?'"Tidak ada! Desa ini sangat kosong! Bahkan tidak ada suara serangga atau binatang apapun di sini! Sangat aneh dan mencurigakan!' sahut Rawindra. Matanya tetap berusaha melihat sekelilingnya, berharap masih ada penduduk yang tertinggal untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya."Lebih baik kita segera ke De
HUFH!Kalista mengambil nafas panjang dan menghembuskannya untuk menenangkan hatinya."Bagaimana? Kamu sudah mendingan?" tanya Rawindra dengan perasaan cemas."Sudah! Aku hanya khawatir makhluk kegelapan itu masih ada, tapi sekarang aaku yaakin makhluk itu sudah pergi. Hanya tertinggal aura kegelapannya di tempat ini!" sahut Kalista."Sebenarnya, makhluk apa yang sedemikian menakutkannya sampai para dewa di sini tidak bisa mengatasinya?" tanya Rawindra."Makhluk ini merupakan makhluk kegelapan yang terbentuk dari elemental kegelapan di alam ini sebelum para kultivator yang telah menjadi dewa menyerbu alam ini dan mengubahnya menjadi Alam Dewa. Tadinya tempat ini disebut Alam Terkutuk yang dipimpin oleh makhluk kegelapan yang disebut Azimuth. Makhluk ini bisa berubah menjadi siapapun ayang dia inginkan, jadi kemampuan dia inilah yang paling ditakuti karena dia bisa menjadi siapa saja untuk mendekati dan menghabisi kita.""Terus apa hubungannya makhluk ini sekarang dengan kehidupan di A
Situasi yang gawat di Alam Dewa membuat Rawindra memutuskan meminta bantuan Naga Hitam. Sikap yang semula sangat dihindarinya agar tidak menimbulkan kegemparan di dunia persilatan baik di Alam Dewa, Alam Iblis, Alam lelembut lainnya, maupun di Alam Manusia itu sendiri.Kemunculan Azimut, makhluk kegelapan yang sanggup membuat kultivator setingkat dewa sampai hilang atau melarikan diri, sangat meresahkan hati Rawindra. Kekhawatiran utamanya adalah Amara yang sedang mengandung anaknya. Tujuan utama Rawindra adalah menyelamatkan Amara dan Kalista, bahkan dia rela mengorbankan nyawanya sendiri apabila bahaya yang mengancam ini sulit untuk ditangani olehnya.Baru kali ini dia merasakan ketakutan yang luar biasa. Dia juga tidak tahu kenapa. Biasanya dia tidak peduli dengan hinaan dan kekerasan yang dialaminya. Tidak ada yang membuatnya takut dengan semua yang telah dialaminya, tapi entah kenapa kali ini dia merasakan firasat kalau keadaan ini sangat berbahaya baginya dan keluarganya yang me
Amara yang ditinggal pergi oleh Rawindra tampak sangat gelisah selama beberapa hari belakangan ini, yang membuat Master Aruna cemas dibuatnya."Kamu kenapa sih, Amara? Apa yang sedang merisaukan hatimu? Tidak perlu mencemaskan Rawindra ... dia bisa menjaga dirinya sendiri!" ujar Master Aruna."Aku juga tidak tahu, Master! Semakin lama kok aku semakin tidak enak perasaannya kayak begini ya?" tanya Amara dengan wajah cemberut.Master Aruna menepuk bahu gadis ini untuk menenangkan hatinya. "Mungkin kamu cemas dengan Rawindra karena kecemasan bayi di dalam kandunganmu! Dia ingin merasa dekat dengan ayahnya!" Hati Amara agak sedikit tenang mendengar penjelasan Master Aruna. "Wajar kan kalau begitu, Master? Atau memang Rawindra dalam bahaya?" ujarnya."Kamu jalan-jalan di hutan saja dahulu untuk menenangkan pikiranmu!" sahut Master Aruna yang tidak ingin lagi membahas lebih lanjut masalah Rawindra.Amara yang sedang galau hatinya ini mengikuti saran Master Aruna dengan menelusuri Hutan Mit
Rawindra yang seperti dikuasai oleh kekuatan yang tak terlihat ini seperti kehilangan kesadaran dirinya yang sebenarnya. Tubuhnya mengeluarkan cahaya keemasan yang berubah menjadi ledakan begitu terpancar keluar dari dalam tubuhnya."Ryder, sadarlah!" tegur Naga Hitam yang berusaha menyadarkan Pendekar Tangan Satu ini.BOOOM!Lagi-lagi cahaya keemasan menghancurkan beberapa rumah di Desa Surga."Rawindra! Sadarlah!" teriak suara perempuan yang melompat turun dari angkasa dengan anggunnya.Naga Titan yang menguasai ilmu teleportasi berhasil membawa Amara adengan cepat menuju ke Desa Surga untuk menemui Rawindra, karena dia menyadari situasi serius yang sedang dihadapi Pendekar Tangan Satu.BLAAASSST!'Amara melancarkan pukulan sinar merah dari Tapak Iblis Merah yang berubah menjadi iblis yang mengerikan menuju ke arah Rawindra. Dewi Iblis ini terpaksa mengeluarkan jurus dasyat ini untuk meredam kekuatan dari dalam tubuh Rawindra.Mata merah Rawindra bagaikan dewa iblis yang tidak menge
Setelah beristirahat selama seharian penuh, Rawindra dan Amara memutuskan untuk berangkat ke Pulau Nirvana pagi-pagi sekali dengan Naga Hitam yang membawa mereka terbang ke angkasa, sedangkan Naga Titan berjaga-jaga di sekitar mereka untuk bahaya yang tidak terduga."Aku belum memberitahumu kalau kejadian di Desa Surga yang menyebabkan hilangnya seluruh warga desa dan Bodhisatva kemungkinan besar bukan akibat dewa lainnya, tapi makhluk kegelapan yang disebut Azimuth. Kalista yang memberitahuku kalau Azimuth adalah makhluk asli penghuni Alam Terkutuk yang berubah menjadi Alam Dewa ini!" ujar Rawindra kepada Amara yang memeluknya dari belakang."Bagaimana dengan nasib Kalista ya? Aku jadi kasihan terhadapnya ... dia tidak tahu apa-apa mengenai kejahatan ayahnya yang sangat dipujanya itu!" sahut Amara."Kita akan menyelamatkan Kalista! Aku juga sedang mencemaskan dirinya, tapi selama kita tidak mengusik Dewabrata untuk saat ini, aku yakin kalau Kalista baik-baik saja! Ayahnya tidak mungk