Amara yang ditinggal pergi oleh Rawindra tampak sangat gelisah selama beberapa hari belakangan ini, yang membuat Master Aruna cemas dibuatnya."Kamu kenapa sih, Amara? Apa yang sedang merisaukan hatimu? Tidak perlu mencemaskan Rawindra ... dia bisa menjaga dirinya sendiri!" ujar Master Aruna."Aku juga tidak tahu, Master! Semakin lama kok aku semakin tidak enak perasaannya kayak begini ya?" tanya Amara dengan wajah cemberut.Master Aruna menepuk bahu gadis ini untuk menenangkan hatinya. "Mungkin kamu cemas dengan Rawindra karena kecemasan bayi di dalam kandunganmu! Dia ingin merasa dekat dengan ayahnya!" Hati Amara agak sedikit tenang mendengar penjelasan Master Aruna. "Wajar kan kalau begitu, Master? Atau memang Rawindra dalam bahaya?" ujarnya."Kamu jalan-jalan di hutan saja dahulu untuk menenangkan pikiranmu!" sahut Master Aruna yang tidak ingin lagi membahas lebih lanjut masalah Rawindra.Amara yang sedang galau hatinya ini mengikuti saran Master Aruna dengan menelusuri Hutan Mit
Rawindra yang seperti dikuasai oleh kekuatan yang tak terlihat ini seperti kehilangan kesadaran dirinya yang sebenarnya. Tubuhnya mengeluarkan cahaya keemasan yang berubah menjadi ledakan begitu terpancar keluar dari dalam tubuhnya."Ryder, sadarlah!" tegur Naga Hitam yang berusaha menyadarkan Pendekar Tangan Satu ini.BOOOM!Lagi-lagi cahaya keemasan menghancurkan beberapa rumah di Desa Surga."Rawindra! Sadarlah!" teriak suara perempuan yang melompat turun dari angkasa dengan anggunnya.Naga Titan yang menguasai ilmu teleportasi berhasil membawa Amara adengan cepat menuju ke Desa Surga untuk menemui Rawindra, karena dia menyadari situasi serius yang sedang dihadapi Pendekar Tangan Satu.BLAAASSST!'Amara melancarkan pukulan sinar merah dari Tapak Iblis Merah yang berubah menjadi iblis yang mengerikan menuju ke arah Rawindra. Dewi Iblis ini terpaksa mengeluarkan jurus dasyat ini untuk meredam kekuatan dari dalam tubuh Rawindra.Mata merah Rawindra bagaikan dewa iblis yang tidak menge
Setelah beristirahat selama seharian penuh, Rawindra dan Amara memutuskan untuk berangkat ke Pulau Nirvana pagi-pagi sekali dengan Naga Hitam yang membawa mereka terbang ke angkasa, sedangkan Naga Titan berjaga-jaga di sekitar mereka untuk bahaya yang tidak terduga."Aku belum memberitahumu kalau kejadian di Desa Surga yang menyebabkan hilangnya seluruh warga desa dan Bodhisatva kemungkinan besar bukan akibat dewa lainnya, tapi makhluk kegelapan yang disebut Azimuth. Kalista yang memberitahuku kalau Azimuth adalah makhluk asli penghuni Alam Terkutuk yang berubah menjadi Alam Dewa ini!" ujar Rawindra kepada Amara yang memeluknya dari belakang."Bagaimana dengan nasib Kalista ya? Aku jadi kasihan terhadapnya ... dia tidak tahu apa-apa mengenai kejahatan ayahnya yang sangat dipujanya itu!" sahut Amara."Kita akan menyelamatkan Kalista! Aku juga sedang mencemaskan dirinya, tapi selama kita tidak mengusik Dewabrata untuk saat ini, aku yakin kalau Kalista baik-baik saja! Ayahnya tidak mungk
"Bawa aku ke tebing yang tinggi di atas pegunungan Pulau Nirvana ini, Naga Hitam! Terus, kamu pergi jemput Naga Titan dan Amara ke atas tebing ini. Aku rasa tebing ini aman untuk tempat berlindung Amara yang dijaga oleh Naga Titan sementara kita mencari keberadaan Bodhisatva!" perintah Rawindra.'Baik, Ryder!" sahut Naga Hitam tanpa banyak bertanya lagi.Naga Hitam mengepakkan sayap lebarnya dan terbang dengan kencang ke arah pegunungan Pulau Nirvana. Tanpa halangan berarti, dia mendarat dengan mulus di atas tebing pegunungan yang cukup luas ini."Keputusan yang tepat, Ryder!" kata Naga Hitam sambil membungkukan tubuhnya agar Rawindra bisa turun ke atas tebing."Pergilah! Aku akan menunggu kalian di sini!' ujar Rawindra."Jngan kemana-mana dahulu, Ryder ... sampai aku menjemput Nona Amara!' Naga Hitam agak khawatir dengan kenekadan Rawindra untuk mencari Bodhisatva sendirian agar tidak membahayakan teman-temannya."Pergilah! Tidak perlu khawatirkan diriku! Jaga agar Amara tetap aman
"Kamu ini bukannya Iblis Azerith yang dahulu kala menghuni Alam Iblis?' tanya Amara begitu bertemu Azimuth, yang diduga oleh Rawindra menjadi sosok yang membuat seisi Desa Surga dan Desa Terlarang lenyap begitu saja. "Kenapa kamu tahu banyak tentang diriku? Siapa sebenarnya kamu ini, gadis cantik?" tanya Azimuth yang masih berupa siluet asap hitam. "Aku ini, Amara! Putri Kerajaan Iblis, jadi aku tahu banyak tentang Iblis Legenda yang pernah menghuni Alam Iblis!" ujar Amara. Wajah Rawindra semakin bingung mendengar percakapan antara Amara dan Azimuth. "Tunggu dulu ... kalau Azimuth berasal dari Alam Iblis, lalu siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Kalista sebagai penghuni awal Alam Terkutuk ini?" tanya Pendekar Tangan Satu ini. "Apa Kalista mendengar cerita Iblis Azimuth ini dari ayahnya, si berngsek Dewabrata itu?" tanya Amara. "Kok kamu tahu? Benar sekali! Begitu yang aku dengar dari Kalista!" ujar Rawindra. "Berarti, Kalista telah ditipu oleh ayahnya dengan menceritakan legend
Naga Hitam langsung muncul di hadapan Rawindra, membuat Bodhisatva mundur brbrpa langkah dengan wajah terkejut. "Apa naga ini tidak beerbahaya?" tanyanya."Tidak! Naga Hitam tidak akan menyerang siappapun tanpa sebab yang jelas! Jadi, kamu tidak perlu khawatir! Bagaimana? Kita jadi ke Kota Buddhis menggunakan Naga Hitam?" tanya Rawindra."Ehem!" Bodhisatva menganggukan kepalanya juga. walaupun Alam Dewa penuh dengan kultivator dan dewa sakti tapi mereka belum secara jelas melihat wujud naga yang mereka yakini hanya ada di Alam Naga. "Tapi, aku akan menyamar terlebih dahulu dengan menggunakan topeng kayu! Aku tidak ingin dikenali oleh Brahmana yang bisa memicu peperangan antar wilayah nantinya!""Ara, kamu tinggal di sini ya! Ingat pesanku tadi! kalau ada apa-apa, segera pergi ke Alam Manusia, temui kakekku Ki Bratajaya di Desa Matahari. Ceritakan semuanya maka kakek akan mengerti!" pesan Rawindra."Aku ingin kamu kembali, Windra! Berjanjilah kalau kamu akan kembali! Aku cemas karena B
Brahmana tersentak kaget saat Rawindra menyinggung tentang Kitab Rahasia Pendekar."Apa tujuanmu ke Kota Buddhis ini? Apa kamu ingin mencuri Kitab Rahasia Pendekar?' tanya Brahmana.Sikap ramahnya berubah drastis menjadi sikap permusuhan, begitu tahu kalau Rawindra mengincar Kitab rahasia Pendekar."Jadi benar, kamu telah memiliki Kitab Rahasia Pendekar?" Rawindra semakin yakin kalau Brahmana memiliki kitab yang telah dicarinya selama ini, karena sikap dewa sakti yang berubah drastis saat terpojok oleh pertanyaannya."Bukan urusanmu! Kalau kamu datang ke Kota Buddhis untuk urusan Kitab Rahasia Pendekar, maka kamu tidak disambut di sini, termasuk teman bertopengmu ini!" sahut Brahmana."Serahkan Kitab Rahasia Pendekar maka aku akan pergi dari sini! Aku tidak akan mencampuri urusanmu dengan dewa-dewa di sini untuk berebut kekuasaan! Kitab Rahasia Pendekar bukan milikmu, tapi milik Perguruan Pedang Patah di Alam Manusia!" tegas Rawindra."Cuih! Siapa kamu, beraninya memerintahku! Dewa Sa
HA-HA-HA ...Suara tertawa Bodhisatva menjawab pertanyaan Rawindra mengenai keterlibatan Dewa Sakti selatan ini terhadap semua kejadian yang menimpa dirinya."Tidak kusangka kamu mudah tertipu, Pendekar Tangan Satu! Aku yang menciptakan legenda tentang Azimuth yang menghuni Alam Terkutuk ini saat kami pertama kali menguasainya dan mendirikan Alam Dewa! Azerith sudah menjadi sekutuku sejak awal!' sahut Bodhisatva."Jadi ... kekosongan di Desa Surga dan berantakannya Desa Terlarang adalah semua rencanamu dan Azerith untuk menipuku?" tanya Rawindra dengan perasaan geram bercampur amarah. Wajah Pendekar Tangan Satu ini tampak merah dengan matanya yang membesar."Aku memerlukan tenagamu, Rawindra! Hanya kultivasi kuno yang bisa mengalahkan ilmu kultivasi dari Brahmana! Azerith sudah meramalkan kedatanganmu ke Alam Lelembut untuk mencari Kitab Rahasia Pendekar!" ucap Bodhisatva."Huh! Aku tidak sudi membantumu! Kamu telah membohongi kami semua! Ternyata penjahat sebenarnya adalah dirimu!" s