Brahmana tersentak kaget saat Rawindra menyinggung tentang Kitab Rahasia Pendekar."Apa tujuanmu ke Kota Buddhis ini? Apa kamu ingin mencuri Kitab Rahasia Pendekar?' tanya Brahmana.Sikap ramahnya berubah drastis menjadi sikap permusuhan, begitu tahu kalau Rawindra mengincar Kitab rahasia Pendekar."Jadi benar, kamu telah memiliki Kitab Rahasia Pendekar?" Rawindra semakin yakin kalau Brahmana memiliki kitab yang telah dicarinya selama ini, karena sikap dewa sakti yang berubah drastis saat terpojok oleh pertanyaannya."Bukan urusanmu! Kalau kamu datang ke Kota Buddhis untuk urusan Kitab Rahasia Pendekar, maka kamu tidak disambut di sini, termasuk teman bertopengmu ini!" sahut Brahmana."Serahkan Kitab Rahasia Pendekar maka aku akan pergi dari sini! Aku tidak akan mencampuri urusanmu dengan dewa-dewa di sini untuk berebut kekuasaan! Kitab Rahasia Pendekar bukan milikmu, tapi milik Perguruan Pedang Patah di Alam Manusia!" tegas Rawindra."Cuih! Siapa kamu, beraninya memerintahku! Dewa Sa
HA-HA-HA ...Suara tertawa Bodhisatva menjawab pertanyaan Rawindra mengenai keterlibatan Dewa Sakti selatan ini terhadap semua kejadian yang menimpa dirinya."Tidak kusangka kamu mudah tertipu, Pendekar Tangan Satu! Aku yang menciptakan legenda tentang Azimuth yang menghuni Alam Terkutuk ini saat kami pertama kali menguasainya dan mendirikan Alam Dewa! Azerith sudah menjadi sekutuku sejak awal!' sahut Bodhisatva."Jadi ... kekosongan di Desa Surga dan berantakannya Desa Terlarang adalah semua rencanamu dan Azerith untuk menipuku?" tanya Rawindra dengan perasaan geram bercampur amarah. Wajah Pendekar Tangan Satu ini tampak merah dengan matanya yang membesar."Aku memerlukan tenagamu, Rawindra! Hanya kultivasi kuno yang bisa mengalahkan ilmu kultivasi dari Brahmana! Azerith sudah meramalkan kedatanganmu ke Alam Lelembut untuk mencari Kitab Rahasia Pendekar!" ucap Bodhisatva."Huh! Aku tidak sudi membantumu! Kamu telah membohongi kami semua! Ternyata penjahat sebenarnya adalah dirimu!" s
"Matilah kau!" kata Bodhisatva yang siap melancarkan pukulan mematikan ke arah kepala Rawindra.Pendekar Tangan Satu yang lemah ini tidak kuasa lagi bergerak karena seluruh tubuhnya terasa hancur oleh hilangnya energi kuno yang berada di dalam segel energi kultivasi.Naga Hitam juga tidak berdaya karena tubuhnya tidak mampu bergerak oleh totokan Brahmana.Rawindra hanya bisa memejamkan matanya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya kalau dia harus menderita kekalahan setelak ini dari Bodhisatva hanya karena siasat yang licik dan cerdik dari dewa sakti ini."Beginilah akhir hidupku ... maafkan aku, Ara!" batin Rawindra yang merasa nyawanya tidak akan terselamatkan lagi. Seluruh energinya lenyap sehingga tubuhnya tidak kuasa untuk melawan dan menangkis serangan yang dilakukan oleh Bodhisatva.Dia merasakan desiran angin kencang seiring pukulan telapak yang sedang dilancarkan Bodhisatva terhadap dirinya.PLAAAK!Terdengar oleh Rawindra bunyi pukulan telak yang desiran anginnya begitu k
"Kanda ... aku titipkan Kitab Tapak Dewa Pengemis dan Kitab Tongkat Pengemis Sakti padamu ya! Jaga baik-baik karena ini pusaka dari guruku, Dewa Pengemis Sakti!" ujar Kalista kemudan pergi sebelum Rawindra sempat mengatakan apapun kepadanya.Pendekar Tangan Satu ini tentu saja bingung dengan sikap Kalista yang menitipkan Kitab Pusaka Bela Diri kepada dirinya begitu saja.Kalista maju ke arah Bodhisatva untuk berhadapan dengan dewa sakti dari selatan ini."Aku bukan musuhmu, Kalista! Aku dan ayahmu bekerja sama!' seru Bodhisatva begitu Kalista hendak bertarung dengannya."Omong kosong! Ayahku tidak mungkin bekerja sama dengan dewa picik dan licik seperti dirimu, Bodhisatva! Kamu terkenal sebagai dewa yang santun, ternyata kelakuanmu sangat berbeda dengan yang dikira selama ini!" sahut Kalista."Mana Dewabrata? Kenapa dia tidak muncul? Apa hubunganmu dengan Pendekar Tangan Satu?" tanya Bodhisatva."Kamu tidak tahu? Pendekar Tangan Satu adalah menantu Dewabrata! Puas kamu sekarang?" sah
"KALISTA! ADINDA!" Rawindra berteriak lantang bagaikan orang gila saat menyadari kalau yang terjatuh di pangkuannya adalah Kalista. Nafas gadis ini tersendat-sendat akibat pukulan beracun dari Tapak Bodhisatva yang mengenai dirinya."Kanda ... maafkan aku yang tidak bisa selamanya mendampingimu! Aku tahu ayah bersalah padamu dan menghianatimu, tapi bisakah kamu maafkan ayahku demi diriku? Uhuk!" Kalista terbatuk mengeluarkan darah segar akibat luka parah yang dideritanya."Aku ingin kamu janji padaku," lanjutnya.Rawindra jadi serba salah menanggapi pesan terakhir Kalista yang menginginkan dirinya mengampuni Dewabrata, padahal dia sudah janji pada Amara akan membalaskan dendam Master Aruna yang tewas."Berjanjilah, Kanda ..." Nafas Kalista sudah hampir putus, tapi dia tetapbertahan dengan tenaga dalam yang dimilikinya untuk menunggu janji Rawindra."Ryder ..." Naga Hitam juga turut mengingatkan Rawindra."Baik, Adinda ... aku janji tidak akan membunuh ayahmu tapi aku tidak janji kalau
"RYDER!"Naga Hitam memanggil Rawindra dengan suara yang lebih keras, tapi Pendekar Tangan Satu ini tetap terkulai lemas di atas punggungnya."Ryder, bangunlah! Aku tidak bisa menurunkanmu! Aku harus segera ke Pulau Nirvana untuk menolong Nona Amara, tapi tidak bisa kulakukan kalau kamu masih di atas punggungku!" ujar Naga Hitam."Biar kubantu!" Tiba-tiba muncul gadis cantik dengan sayap transparan kecil di dekatnya, yang membuat Naga Hitam ini terkejut."Siapa dirimu? Kenapa kamu mau membantu kami?" tanya Naga Hitam penuh curiga.Gadis cantik ini hanya tersenyum melihat kepanikan dari Naga Hitam. "Bukankah kalian sedang mencari Peri Penyembuh?" tanyanya.Naga Hitam mulai waspada begitu mengetahui kalau gadis cantik bersayap kecil transparan ini mengetahui maksud kunjungan mereka di Fairy Island ini. "Kenapa kamu bisa mengetahui tujuan kami? Ryder terluka cukup parah, aku disuruh Nona Kalista untuk mengantar suaminya kemari!" ucap Naga Hitam."Pemuda tampan ini suaminya Kalista? Keman
"Hufh! Baiklah ... aku akan menyelamatkannya! Aku harap kamu benar tentang pemuda yang disebut Ryder ini, Ela!" ujar Peri penyembuh Elvira yang akhirnya setuju untuk menyembuhkan kondisi Rawindra yang semakin parah.Peri Penyembuh ini memutar kedua belah tangannya yang membentuk lingkaran Rune berwarna keemasan kemudian ditempelkannya ke dada Rawindra. Lingkaran Rune langsung meresap masuk ke dalam tubuh Pendekar Tangan Satu ini.Terjadi keanehan saat Rune masuk ke dalam tubuh Rawindra. Biasanya Rune penyembuh ini langsung masuk dan berdiam di dalam tubuh untuk menyembuhkan, namun terjadi semacam penolakan di dalam tubuh Rawindra terhadap Rune Penyembuh ini.Tubuh Pendekar Tangan Satu ini kembali bercahaya seperti kejadian saat di Pulau Pedang. Sepertinya Rune Penyembuh dari Elvira tidak berfungsi untuk menyembuhkan Rawindra tapi membuka segel kekuatan yang diberikan oleh Kalista menjelang ajalnya. Segel Kekuatan Dewa Kuno yang dasyat yang selama ini berada di dalam tubuh Kalista dan
"Kami tidak bisa ke sana, Ryder! Hawa dari danau itu saja bisa membuat kami lenyap tidak berbekas!" elak Peri Peramal Ela."Apa kamu bilang? Danau Kematian itu berbahaya? Kenapa tidak memberitahuku lebih awal kalau ada hawa dari danau yang mematikan seperti itu?" tanya Rawindra dengan wajah bengis dan penuh kemarahan.Kedua peri ini mundur ketakutan melihat sikap Rawindra yang tidak mereka duga. Ada iblis di dalam tubuh pendekar ini yang sangat menakutkan bagi mereka."Mungkin bagimu tidak begitu berpengaruh, apalagi kamu telah memiliki kekuatan yang hebat seperti tadi!" kata Peri Peramal Ela mencoba memperbaiki keadaan."Kalian ini kaum peri, selalu saja berusaha memanfaatkan makhluk lain untuk kepentingan kalian sendiri! Aku tadinya menyangka kalau kaum peri itu baik hati dan penolong, tapi ternyata lebih busuk daripada iblis!" ujar Rawindra."Kami telah menolongmu dari luka yang sangat parah ... apa tindakan kami ini tidak cukup untuk membuktikan padamu kalau kami ini peri yang bai