"Bawa aku ke tebing yang tinggi di atas pegunungan Pulau Nirvana ini, Naga Hitam! Terus, kamu pergi jemput Naga Titan dan Amara ke atas tebing ini. Aku rasa tebing ini aman untuk tempat berlindung Amara yang dijaga oleh Naga Titan sementara kita mencari keberadaan Bodhisatva!" perintah Rawindra.'Baik, Ryder!" sahut Naga Hitam tanpa banyak bertanya lagi.Naga Hitam mengepakkan sayap lebarnya dan terbang dengan kencang ke arah pegunungan Pulau Nirvana. Tanpa halangan berarti, dia mendarat dengan mulus di atas tebing pegunungan yang cukup luas ini."Keputusan yang tepat, Ryder!" kata Naga Hitam sambil membungkukan tubuhnya agar Rawindra bisa turun ke atas tebing."Pergilah! Aku akan menunggu kalian di sini!' ujar Rawindra."Jngan kemana-mana dahulu, Ryder ... sampai aku menjemput Nona Amara!' Naga Hitam agak khawatir dengan kenekadan Rawindra untuk mencari Bodhisatva sendirian agar tidak membahayakan teman-temannya."Pergilah! Tidak perlu khawatirkan diriku! Jaga agar Amara tetap aman
"Kamu ini bukannya Iblis Azerith yang dahulu kala menghuni Alam Iblis?' tanya Amara begitu bertemu Azimuth, yang diduga oleh Rawindra menjadi sosok yang membuat seisi Desa Surga dan Desa Terlarang lenyap begitu saja. "Kenapa kamu tahu banyak tentang diriku? Siapa sebenarnya kamu ini, gadis cantik?" tanya Azimuth yang masih berupa siluet asap hitam. "Aku ini, Amara! Putri Kerajaan Iblis, jadi aku tahu banyak tentang Iblis Legenda yang pernah menghuni Alam Iblis!" ujar Amara. Wajah Rawindra semakin bingung mendengar percakapan antara Amara dan Azimuth. "Tunggu dulu ... kalau Azimuth berasal dari Alam Iblis, lalu siapa sebenarnya yang dimaksud oleh Kalista sebagai penghuni awal Alam Terkutuk ini?" tanya Pendekar Tangan Satu ini. "Apa Kalista mendengar cerita Iblis Azimuth ini dari ayahnya, si berngsek Dewabrata itu?" tanya Amara. "Kok kamu tahu? Benar sekali! Begitu yang aku dengar dari Kalista!" ujar Rawindra. "Berarti, Kalista telah ditipu oleh ayahnya dengan menceritakan legend
Naga Hitam langsung muncul di hadapan Rawindra, membuat Bodhisatva mundur brbrpa langkah dengan wajah terkejut. "Apa naga ini tidak beerbahaya?" tanyanya."Tidak! Naga Hitam tidak akan menyerang siappapun tanpa sebab yang jelas! Jadi, kamu tidak perlu khawatir! Bagaimana? Kita jadi ke Kota Buddhis menggunakan Naga Hitam?" tanya Rawindra."Ehem!" Bodhisatva menganggukan kepalanya juga. walaupun Alam Dewa penuh dengan kultivator dan dewa sakti tapi mereka belum secara jelas melihat wujud naga yang mereka yakini hanya ada di Alam Naga. "Tapi, aku akan menyamar terlebih dahulu dengan menggunakan topeng kayu! Aku tidak ingin dikenali oleh Brahmana yang bisa memicu peperangan antar wilayah nantinya!""Ara, kamu tinggal di sini ya! Ingat pesanku tadi! kalau ada apa-apa, segera pergi ke Alam Manusia, temui kakekku Ki Bratajaya di Desa Matahari. Ceritakan semuanya maka kakek akan mengerti!" pesan Rawindra."Aku ingin kamu kembali, Windra! Berjanjilah kalau kamu akan kembali! Aku cemas karena B
Brahmana tersentak kaget saat Rawindra menyinggung tentang Kitab Rahasia Pendekar."Apa tujuanmu ke Kota Buddhis ini? Apa kamu ingin mencuri Kitab Rahasia Pendekar?' tanya Brahmana.Sikap ramahnya berubah drastis menjadi sikap permusuhan, begitu tahu kalau Rawindra mengincar Kitab rahasia Pendekar."Jadi benar, kamu telah memiliki Kitab Rahasia Pendekar?" Rawindra semakin yakin kalau Brahmana memiliki kitab yang telah dicarinya selama ini, karena sikap dewa sakti yang berubah drastis saat terpojok oleh pertanyaannya."Bukan urusanmu! Kalau kamu datang ke Kota Buddhis untuk urusan Kitab Rahasia Pendekar, maka kamu tidak disambut di sini, termasuk teman bertopengmu ini!" sahut Brahmana."Serahkan Kitab Rahasia Pendekar maka aku akan pergi dari sini! Aku tidak akan mencampuri urusanmu dengan dewa-dewa di sini untuk berebut kekuasaan! Kitab Rahasia Pendekar bukan milikmu, tapi milik Perguruan Pedang Patah di Alam Manusia!" tegas Rawindra."Cuih! Siapa kamu, beraninya memerintahku! Dewa Sa
HA-HA-HA ...Suara tertawa Bodhisatva menjawab pertanyaan Rawindra mengenai keterlibatan Dewa Sakti selatan ini terhadap semua kejadian yang menimpa dirinya."Tidak kusangka kamu mudah tertipu, Pendekar Tangan Satu! Aku yang menciptakan legenda tentang Azimuth yang menghuni Alam Terkutuk ini saat kami pertama kali menguasainya dan mendirikan Alam Dewa! Azerith sudah menjadi sekutuku sejak awal!' sahut Bodhisatva."Jadi ... kekosongan di Desa Surga dan berantakannya Desa Terlarang adalah semua rencanamu dan Azerith untuk menipuku?" tanya Rawindra dengan perasaan geram bercampur amarah. Wajah Pendekar Tangan Satu ini tampak merah dengan matanya yang membesar."Aku memerlukan tenagamu, Rawindra! Hanya kultivasi kuno yang bisa mengalahkan ilmu kultivasi dari Brahmana! Azerith sudah meramalkan kedatanganmu ke Alam Lelembut untuk mencari Kitab Rahasia Pendekar!" ucap Bodhisatva."Huh! Aku tidak sudi membantumu! Kamu telah membohongi kami semua! Ternyata penjahat sebenarnya adalah dirimu!" s
"Matilah kau!" kata Bodhisatva yang siap melancarkan pukulan mematikan ke arah kepala Rawindra.Pendekar Tangan Satu yang lemah ini tidak kuasa lagi bergerak karena seluruh tubuhnya terasa hancur oleh hilangnya energi kuno yang berada di dalam segel energi kultivasi.Naga Hitam juga tidak berdaya karena tubuhnya tidak mampu bergerak oleh totokan Brahmana.Rawindra hanya bisa memejamkan matanya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya kalau dia harus menderita kekalahan setelak ini dari Bodhisatva hanya karena siasat yang licik dan cerdik dari dewa sakti ini."Beginilah akhir hidupku ... maafkan aku, Ara!" batin Rawindra yang merasa nyawanya tidak akan terselamatkan lagi. Seluruh energinya lenyap sehingga tubuhnya tidak kuasa untuk melawan dan menangkis serangan yang dilakukan oleh Bodhisatva.Dia merasakan desiran angin kencang seiring pukulan telapak yang sedang dilancarkan Bodhisatva terhadap dirinya.PLAAAK!Terdengar oleh Rawindra bunyi pukulan telak yang desiran anginnya begitu k
"Kanda ... aku titipkan Kitab Tapak Dewa Pengemis dan Kitab Tongkat Pengemis Sakti padamu ya! Jaga baik-baik karena ini pusaka dari guruku, Dewa Pengemis Sakti!" ujar Kalista kemudan pergi sebelum Rawindra sempat mengatakan apapun kepadanya.Pendekar Tangan Satu ini tentu saja bingung dengan sikap Kalista yang menitipkan Kitab Pusaka Bela Diri kepada dirinya begitu saja.Kalista maju ke arah Bodhisatva untuk berhadapan dengan dewa sakti dari selatan ini."Aku bukan musuhmu, Kalista! Aku dan ayahmu bekerja sama!' seru Bodhisatva begitu Kalista hendak bertarung dengannya."Omong kosong! Ayahku tidak mungkin bekerja sama dengan dewa picik dan licik seperti dirimu, Bodhisatva! Kamu terkenal sebagai dewa yang santun, ternyata kelakuanmu sangat berbeda dengan yang dikira selama ini!" sahut Kalista."Mana Dewabrata? Kenapa dia tidak muncul? Apa hubunganmu dengan Pendekar Tangan Satu?" tanya Bodhisatva."Kamu tidak tahu? Pendekar Tangan Satu adalah menantu Dewabrata! Puas kamu sekarang?" sah
"KALISTA! ADINDA!" Rawindra berteriak lantang bagaikan orang gila saat menyadari kalau yang terjatuh di pangkuannya adalah Kalista. Nafas gadis ini tersendat-sendat akibat pukulan beracun dari Tapak Bodhisatva yang mengenai dirinya."Kanda ... maafkan aku yang tidak bisa selamanya mendampingimu! Aku tahu ayah bersalah padamu dan menghianatimu, tapi bisakah kamu maafkan ayahku demi diriku? Uhuk!" Kalista terbatuk mengeluarkan darah segar akibat luka parah yang dideritanya."Aku ingin kamu janji padaku," lanjutnya.Rawindra jadi serba salah menanggapi pesan terakhir Kalista yang menginginkan dirinya mengampuni Dewabrata, padahal dia sudah janji pada Amara akan membalaskan dendam Master Aruna yang tewas."Berjanjilah, Kanda ..." Nafas Kalista sudah hampir putus, tapi dia tetapbertahan dengan tenaga dalam yang dimilikinya untuk menunggu janji Rawindra."Ryder ..." Naga Hitam juga turut mengingatkan Rawindra."Baik, Adinda ... aku janji tidak akan membunuh ayahmu tapi aku tidak janji kalau