Kalista yang sedang berbahagia tidak terlihat seperti orang yang akan memanfaatkan dirinya, tapi pengalaman masa lalu membuat Rawindra lebih berhati-hati."Kapan kita akan menemui Dewabrata?" tanya Rawindra.Kalista tersenyum sambil menggandeng tangan Pendekar Tangan Satu ini. "Kenapa? amu sedang terburu-buru?" tanyanya."Aku ingin segera menuntaskan misi menemukan Kitab Rahasia Pendekar! Oh ya, kamu harus pergi ke Hutan Mitos menemui Amara untuk menjelaskan semuanya," ujar Rawindra."Kenapa bukan kamu saja, Kanda?' tanya Kalista."Kalau mau ikut denganku, kamu harus minta izin dari Amara karena dia itu istri pertama! Jadi suka ataupun tidak suka, kamu harus menemui Amara!" tegas Rawindra."Baiklah, Kandaku yang ganteng! Tapi nanti ya, setelah kita menemukan Kitab Rahasia Pendekar!" sahut Kalista.Gadis ini tetap bersikeras untuk ikut dengan Rawindra mencari Kitab Rahasia Pendekar, tapi Rawindra tahu betapa berbahayanya misi ini karena pemilik Kitab Rahasia Pendekar akan mati-matian m
"Hahaha! Aku senang punya menantu sepertimu, Rawindra! Kamu sangat pantas untuk mendampingi putriku! Bahkan kamu bisa memimpin Alam Dewa ini terutama Kota Sanghyang Widi!" kata Dewabrata sambil menepuk punggung Rawindra.Kalista tersenyum malu mendengar ucapan ayahnya. Tidak salah pilihannya terhadap rawindra karena ayahnya juga menyukai pemuda ini."Terima kasih ayah mertua, tapi aku harus pulang dahulu ke Desa Matahari di Alam Manusia untuk menemui kakekku! Aku sudah menikah dua kali tanpa persetujuan kakekku!" ujar rawindra."Kamu sudah pernah menikah?" tanya Dewabrata."Bukan sudah menikah tapi masih menikah, ayah mertua! Aku baru menikah beberapa hari lalu sebelum menikah lagi dengan Kalista!" kata Rawindra dengan jujur.Kalista yang khawatir ayahnya marah, berusaha menengahi percakapan yang mungkin akan mengarah ke pertengkaran. "Ayah ... aku sudah tahu dari awal saat menikah dengan Kanda Rawindra! Jadi, jangan marah sama dia ya!" bujuk Kalista.Mendengar permintaan anak gadis s
"Salam Pendekar!" seru sosok berpakaian serba putih ini yang berhenti tepat di hadapan Rawindra dan Kalista.Sosok berpakaian putih ini masih tampak muda, hampir seusia Rawindra tapi memiliki aura wibawa yang tinggi yang terpancar dari dalam tubuhnya. Sikapnya juga ramah dan tersenyum kepada Rawindra dan Kalista."Salam juga, Tuan Pendekar! Boleh tahu dengan siapa aku sedang berbicara?" jawab rawindra dengan sopan. Berbeda dengan Klista yang emasang wajah ketus."Aku pemimpin Lembah Kahyangan ini. Aku lebih dikenal sebagai Mahabodhi! Tadi aku mendengar kalau putri Dewabrata datang berkunjung, apa gadis ini adalah putri Dewabrata?" tanya Mahabodhi. "Mohon maafkan anak buahku yang telah menghinamu!"Mahabodhi hanya mengibaskan tangannya ke arah anak buahnya yang langsung menjerit kesakitan dan tewas seketika. "Tidak ada yang boleh menghina dan menganggu keluarga dari Lima Dewa Sakti! Hukumannya adalah hukuman mati!" Tindakan Mahabodhi sungguh membuat Rawindra tercengang. Tidak pernah d
Pendekar Sesat-Wisasena hanya tersenyum sinis menanggapi ancaman dari Mahabodhi. "Tidak kusangka kalau pemuda bertangan satu ini lebih hebat darimu, Mahabodhi!" ejeknya.Wajah Mahabodhi tampak kesal mendengar hinaan Wisasena. Apa benar kemampuannya masih di bawah Pendekar Tangan Satu ini? Tidak terlihat kalau pemuda yang hanya memiliki satu tangan saja ini lebih hebat daripada dirinya."Jangan asal bicara kau, Wisasena! Hadapi aku dengan kammapuan bela dirimu, bukan kemampuan bicaramu yang dusta belaka!' seru Mahabodhi."Jangan libatkan orang lain, Mahabodhi! Aku sangat menghargai Pendekar Tangan Satu yang berilmu tinggi tapi rendah hati, daripada dirimu yang berilmu seadanya tapi sudah belagak seperti ahli ilmu bela diri terhebat sepanjang masa!""Sudahi bicaramu, Wisasena! Mahabodhi menebas Iblis!"Mahabodhi langsung mengeluarkan jurus pertamanya untuk membungkam Pendekar sesat. Telapak tangan Mahabodhi terbuka dan di kibaskan bagaikan mengibaskan pedang tajam langsung ke arah Wisa
"Kami mohon diri saja, Mahabodhi! Maafkan aku yang telah lancang ikut campur dalam pertarungan kalian tadi!" kata Rawindra sambil memberi salam hormat.Mahabodhi menyadari kalau Rawindra telah menolongnya tapi keangkuhannya membuat dia tidaak begitu menanggapi permintaan maaf dari Pendekar Tangan Satu ini.Kalista yang menyayangkan sikap dari Mahabodhi, akhirnya setuju juga dengan keinginan Rawindra untuk pergi dari Lembah Kahyangan."Aku juga pamit, Mahabodhi! Kapan-kapan aku akan berkunjung ke sini bersama ayah!" seru Kalista.Mahabodh seperti tidak mengacuhkan mereka berdua. Tidak ada jawaban apapun darinya.Rawindra memberi isyarat kepada Kalista untuk tidak menegur Mahabodhi lagi agar mereka bisa segera pergi dari Lembah Kahyangan. Saat keduanya hendak melangkah lebih jauh lagi, Mahabodi menadadk menegur mereka."TUNGGU!" serunya dengan lantang.Rawindra khawatir kalau pertolongannya tadi membuat Mahabodhi malu dan marah besar terhadap diinya. kemungkinan besar kemarahan Mahabod
Bodhisatva menguasai wilayah selatan yang mencakup wilayah Desa Surga sampai Pulau Nirvana yang merupakan tempat menyimpan kitab-kitab pusaka dan pedang-pedang pusaka yang bisa dipelajari dan dimiliki oleh Sang Terpilih yang mengunjungi wilayah ini. Sudah bukan rahasia lagi kalau Kitab Pusaka Bodhisatva menjadi kitab pusaka yang banyak diincar oleh para kultivator karena memiliki teknik-teknik kultivasi yang berbeda dengan teknik kultivasi pada umumnya.Desa Surga yang menjadi tujuan pertama Rawindra dan Kalista ini merupakan desa yang terletak di antara pantai dan pegunungan, Lokasi yang strategis ini membuat Desa Surga menjadi desa yang sejuk dan dingin di malam hari serta agak panas di siang hari.Bodhisatva memiliki wilayah tersendiri yang tertutup di Desa Surga yang menyimpan Kitab Pustaka yang jumlahnya ribuan. Wilayah yang terletak di tengah-tengah Desa Surga ini disebut Forbidden Village. Tembok tinggi mengelilingi Desa Terlarang ini dengan penjagaan super ketat. Hanya ada sat
Matahari pagi masih tampak malu-malu untuk memunculkan wajahnya, tapi tidak demikian dengan Rawindra. Kebiasaan bangun pagi saat bersama kakeknya untuk menggembalakan domba, membuat pendekar ini sudah bangun jauh sebelum matahari terbit.Udara segar dan dingin langsung terasa begitu dia membuka pintu rumah yang mereka tempati. Kabut tebal yang semula menutupi Desa Surga, kini tiada lagi. Hanya tampak desa yang indah dan asri tapi sangat sepi."Kemana ya semua penduduk Desa Surga?" batin Rawindra. Tidak ada seorang pun yang lewat di depan rumah yang ditempatinya ini."Kanda sedang memikirkan apa?" tanya Kalista yang bangun kemudian. "Apa Kanda melihat ada penduduk desa yang lewat?'"Tidak ada! Desa ini sangat kosong! Bahkan tidak ada suara serangga atau binatang apapun di sini! Sangat aneh dan mencurigakan!' sahut Rawindra. Matanya tetap berusaha melihat sekelilingnya, berharap masih ada penduduk yang tertinggal untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya."Lebih baik kita segera ke De
HUFH!Kalista mengambil nafas panjang dan menghembuskannya untuk menenangkan hatinya."Bagaimana? Kamu sudah mendingan?" tanya Rawindra dengan perasaan cemas."Sudah! Aku hanya khawatir makhluk kegelapan itu masih ada, tapi sekarang aaku yaakin makhluk itu sudah pergi. Hanya tertinggal aura kegelapannya di tempat ini!" sahut Kalista."Sebenarnya, makhluk apa yang sedemikian menakutkannya sampai para dewa di sini tidak bisa mengatasinya?" tanya Rawindra."Makhluk ini merupakan makhluk kegelapan yang terbentuk dari elemental kegelapan di alam ini sebelum para kultivator yang telah menjadi dewa menyerbu alam ini dan mengubahnya menjadi Alam Dewa. Tadinya tempat ini disebut Alam Terkutuk yang dipimpin oleh makhluk kegelapan yang disebut Azimuth. Makhluk ini bisa berubah menjadi siapapun ayang dia inginkan, jadi kemampuan dia inilah yang paling ditakuti karena dia bisa menjadi siapa saja untuk mendekati dan menghabisi kita.""Terus apa hubungannya makhluk ini sekarang dengan kehidupan di A