Share

Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius
Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius
Author: Arif

Bab 1

Author: Arif
“Nggak enak banget!”

Wira Darmadi sedang mengunyah sesuap tiwul. Kemudian, dia meletakkan sendoknya karena merasa seperti makan gula saja.

Sekarang dia akan menampar siapa pun yang berani memberitahunya bahwa melewati dimensi adalah hal bagus.

Wira sudah melewati dimensi ke Kerajaan Nuala yang mirip dengan Kerajaan Atrana kuno.

Pemilik tubuh sebelumnya berasal dari keluarga kaya. Sewaktu orang tuanya masih hidup, dia selalu sarapan bubur. Makan siangnya adalah nasi dengan lauk, sedangkan makan malamnya adalah mi gandum dan roti pipih.

Berhubung harus bersekolah di ibu kota provinsi, dia baru pulang ke rumah setiap sepuluh hari sekali. Pada saat itu, dia pun bisa memuaskan nafsu makannya.

Rakyat biasa pada umumnya hanya makan sehari dua kali. Makanan mereka juga hanyalah bubur atau tiwul karena mereka tidak sanggup membeli daging. Hanya pada saat Tahun Baru dan punya uang berlebih, mereka baru bisa menikmati daging.

Biasanya, hanya orang kaya, bangsawan atau pejabat yang bisa menikmati mi dan nasi.

Saat memikirkan ayam, ikan, daging dan telur yang disia-siakan di dunia, Wira pun menjadi kesal.

Wira sedang tenggelam dalam pikirannya. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang terdengar ketakutan. “Suamiku, maaf. Kita sudah kehabisan beras. Cendekiawan sepertimu jadi harus makan tiwul padahal baru sembuh.”

Saat melihat gadis cantik yang berdiri dengan takut di depan kamarnya, mata Wira langsung berbinar.

Gadis yang anggun dan cantik itu terlihat berusia sekitar 17-18 tahun. Perawakannya tinggi dan langsing, tingginya mungkin mencapai 1,7 meter.

Dia mengenakan baju merah yang dipadu dengan rok hijau dan sepatu kain bercorak. Pakaiannya sangat sederhana, wajahnya juga tidak dirias. Namun, dia terlihat sangat cantik dan juga lembut.

Hanya saja, wajahnya terlihat sangat pucat. Rambutnya juga sangat tipis dan kusam. Dia terlihat seperti orang yang kekurangan gizi saja.

Gadis itu bernama Wulan Linardi. Dia adalah istri pemilik tubuh sebelumnya dan merupakan wanita tercantik di Kabupaten Uswal. Awalnya, pemilik tubuh sebelumnya sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menikahinya.

Pada saat itu, Keluarga Linardi hampir dibantai. Jadi, mereka ingin menikahkan putri mereka agar tidak terlibat masalah.

Namun, tidak ada orang di kabupaten ini yang berani menikahinya selain pemilik tubuh sebelumnya yang keras kepala itu.

Pada hari pernikahan mereka, Keluarga Linardi mendapat kabar bahwa ayah Wulan berhasil memutarbalikkan situasinya. Keluarga Linardi pun hendak membatalkan pernikahan mereka.

Namun, Wulan menolaknya dengan tegas. Dia merasa suami istri harus melewati suka dan duka bersama sampai akhir hayat.

Entah karena emosi akibat Keluarga Linardi hendak membatalkan pernikahan atau ada yang salah dengan pemilik tubuh sebelumnya, mereka sudah menikah selama tiga tahun, tetapi masih belum berhasil berhubungan intim!

Kemarin, pemilik tubuh tiba-tiba sakit dan koma. Pagi ini, Wira sudah melewati dimensi dan menempati tubuh ini.

Saat melihat ada sesuatu di hidung mancung gadis itu, Wira pun bangkit dan mengulurkan tangannya.

“Ah!”

Wulan langsung berjongkok dan melindungi kepalanya sambil menangis. “Suamiku, jangan pukul aku! Semua mas kawin sudah benar-benar habis terjual!”

Tangan Wira pun berhenti di udara.

Berhubung pemilik tubuh sebelumnya memiliki disfungsi seksual, sifatnya pun berubah drastis.

Dia berhenti belajar untuk ikut ujian menjadi pejabat, dan hanya tahu bersenang-senang setiap hari. Oleh karena itu, keluarga mereka pun jatuh miskin.

Selain itu, pemilik tubuh sebelumnya juga menyiksa istrinya yang cantik ini. Bukan hanya mas kawin Wulan yang sudah habis dijualnya, dia juga memaksa Wulan meminjam uang dari Keluarga Linardi agar dia bisa berfoya-foya.

Namun, Wulan malah merasa dirinya berutang budi pada pemilik tubuh sebelumnya.

Wulan bukan hanya tidak meninggalkan suaminya, tetapi juga tetap melayani kebutuhan suaminya meskipun tubuhnya sudah terluka karena dipukuli suaminya.

“Suamiku, jangan pukul aku lagi! Aku bakal cari cara untuk dapat uang, lalu membelikanmu alkohol dan daging!”

Wulan mendongak dan memohon sambil menangis tersedu-sedu.

“Aku nggak minum alkohol, juga nggak makan daging. Ada kotoran di hidungmu, aku cuman mau bantu kamu menyekanya!”

Wira memapah Wulan yang gemetaran, lalu menyeka abu hitam di ujung hidungnya dengan lengan bajunya.

Namun, Wulan malah menjadi lebih takut lagi.

Dalam tiga tahun ini, suaminya bukan hanya memukul dan memakinya saja. Kadang-kadang, suaminya juga bisa bersikap lembut. Namun, dia melakukannya supaya Wulan menggadaikan mas kawinnya atau meminjam uang dari Keluarga Linardi.

Oleh karena itu, Wulan berpikir bahwa suaminya bersikap lembut hari ini karena mau meminta uang kepadanya.

Wira meminta maaf dengan suara lembut, “Dulu, aku yang salah. Kelak, aku nggak bakal pukul kamu lagi!”

“Huhuhu!”

Wulan langsung menangis dan berkata, “Suamiku, kamu pinjam berapa banyak uang lagi di luar sana? Waktu terakhir kali aku pulang ke rumah, kakakku sudah bilang kalau dia nggak bakal pinjamin aku uang lagi!”

Wira tersenyum masam. “Aku nggak pinjam uang dari luar. Aku juga nggak bakal suruh kamu pulang untuk pinjam uang lagi!”

Wulan tidak sepenuhnya percaya pada kata-kata Wira. “Serius?”

Wira mengangguk. “Percayalah padaku!”

Gadis sebaik ini sangat sulit dicari, kenapa pemilik tubuh sebelumnya tidak menghargainya?

“A ... aku bakal percaya sama kamu sekali lagi!” jawab Wulan dengan takut.

Setiap kali dia percaya pada kata-kata manis suaminya, dia selalu terluka lebih dalam lagi.

Wulan berharap semoga kali ini dia benar-benar bisa memercayai suaminya.

Brak!

Pintu kayu rumah mereka tiba-tiba didobrak.

Seorang pria paruh baya berjalan masuk. Pria itu bertopi hitam, mengenakan pakaian hitam yang dipadu dengan ikat pinggang merah dan sepatu bot kain.

Saat melihat Wulan, mata pria paruh baya itu langsung berbinar. Setelah itu, dia melirik tuwil yang ada di meja dan berkata sambil tersenyum, “Wah! Tuan Wira, kamu sudah bosan makan nasi, ya? Benar juga, kalau makan nasi sehari tiga kali, kamu juga bakal susah buang air besar karena terlalu nggak berserat.”

Di zaman dahulu, sanggup makan nasi sudah merupakan hal yang sangat dibanggakan.

Wira merasa pria paruh baya itu tidak asing, tetapi dia tidak bisa mengingat apa hubungan pria ini dengan pemilik tubuh sebelumnya.

“Pak Budi, kalau mau pamer kekayaan, balik saja ke Dusun Silali. Jangan pamer di Dusun Darmadi!”

Wulan berdiri di depan Wira dengan ekspresi galak, seolah-olah mau melindunginya.

Setelah mendengar namanya, Wira pun teringat siapa pria ini.

Budi Silali adalah seorang pejabat kecil di ibu kota provinsi. Dia juga merupakan kepala desa dari Desa Pimola dan orang kaya dari Dusun Silali yang lokasinya tidak jauh dari Dusun Darmadi.

Dia bertanggung jawab atas pajak penghasilan, pajak tanah dan pajak lain-lain penduduk Desa Pimola. Dia juga punya kerja sampingan sebagai rentenir.

Budi akan pergi ke rumah siapa pun yang anggota keluarganya sakit dan tidak bisa membayar pajak, lalu meminjamkan uang kepada mereka.

Dengan cara ini, dia sudah mendapatkan tanah sebanyak 20 hektar dan menjadi lumayan kaya.

“Rumah kalian? Ini rumahku. Bahkan kamu juga bakal segera jadi milikku. Buka matamu dan lihat baik-baik!”

Kemudian, Budi mengeluarkan selembar bukti pinjaman dari kantong bajunya dan membukanya dengan sombong.

“Wira Darmadi, pelajar dari Dusun Darmadi meminjam uang dari Budi Silali dari Dusun Silali sebesar 30 ribu gabak. Dalam satu bulan, Wira akan membayar utang beserta bunga sebanyak 40 ribu gabak. Jaminannya adalah tempat tinggal, setengah hektar tanah di sebelah timur desa dan Wulan Linardi, istrinya ....”

Setelah melihat cap jarinya, beberapa ingatan pun muncul di benak Wira. Wira pun langsung murka.

Pemilik tubuh sebelumnya pernah mabuk dan ditarik Budi pergi berjudi di ibu kota provinsi. Setelah kalah telak, dia pun membuat perjanjian ini.

Baru saja Wira bersumpah pada Wulan, perbuatan keji pemilik tubuh sebelumnya sudah terbongkar lagi.

Penduduk Provinsi Jawali sangat miskin. Seorang buruh paling banyak juga hanya akan menghasilkan tiga sampai empat gabak sehari.

Untuk membayar utang 30 ribu gabak tanpa bunga, seorang buruh juga harus bekerja paling sedikit tiga tahun. Itu masih belum termasuk biaya kehidupan, biaya pajak yang tinggi dan kerja rodi.

Bahkan Wira yang punya gelar doktor di bidang teknik mesin dan teknik material pun kewalahan untuk menghasilkan uang sebanyak itu.

Budi menatap Wulan dengan penuh hasrat dan berkata, “Cantik, kalau kamu ikut aku, aku jamin kamu bakal hidup enak. Kamu nggak perlu hidup menderita lagi dengan si Pemboros ini!”

Wulan menoleh ke arah Wira, air mata sudah membasahi pipinya dan menetes ke lantai.

Ternyata dia memang salah karena sudah memercayai suaminya!

Wulan bisa menerima penyiksaan apa pun dari suaminya, tetapi dia tidak menyangka suaminya akan menggunakan dirinya sebagai jaminan!

Pada saat ini, hatinya benar-benar hancur.

Wira tidak tahu harus bagaimana menghibur Wulan. Dia pun menatap Budi yang sombong dan berkata, “Bawa pergi surat perjanjianmu itu!”

“Berengsek! Kamu nggak mau bayar utang?”

Budi langsung murka. “Aku bisa pulang ke Dusun Silali dan suruh ratusan orang untuk datang dan memukulmu sampai cacat! Pemimpin daerah juga bakal kasih aku rumah, tanah dan istrimu padaku! Sudah ada bukti masih berani mengelak. Kamu sudah bosan hidup, ya!”

Wulan menarik lengan baju Wira dan berkata, “Suamiku, kita harus bayar utang. Aku bakal pulang ke rumah untuk pinjam uang!”

Jika tidak membayar utang, suaminya akan ditarik ke pengadilan daerah dan dipukul.

“Wulan, kamu nggak perlu pinjam uang sama keluargamu. Aku bisa selesaikan masalah ini!”

Wira tertegun sejenak. Dia tidak menyangka Wulan masih bersedia membantu pemilik tubuh sebelumnya padahal dirinya sudah digunakan sebagai jaminan.

Budi menatap Wira tatapan meremehkan. “Kamu cuman tahu foya-foya, gimana kamu mau selesaikan masalah ini! Kalau kamu nggak bayar 40 ribu gabak itu hari ini, aku nggak bakal pergi.”

Wira menunjuk ke tanggal surat perjanjian dibuat dan berkata, “Buka matamu lebar-lebar! Memangnya sudah sebulan?”

Budi langsung terkejut. Dia datang menagih utang karena mendapat kabar bahwa Wira sakit keras. Begitu mereka ribut, dia pun lupa bahwa masih tersisa tiga hari sebelum Wira harus membayar utang. Budi pun menjawab dengan kesal, “Aku nggak percaya kamu bisa dapat 40 ribu gabak dalam tiga hari!”
Comments (14)
goodnovel comment avatar
kaulinandua
kenapa ga bisa loncat bab?
goodnovel comment avatar
Agung
Sangat rumit
goodnovel comment avatar
Aditya Wiyardli
Berbelit-belit.. mirip sinetron kalau naik bakal diperpanjang episodenya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2

    Wira bertanya balik, “Gimana kalau bisa?”Budi langsung menunjukkan ekspresi licik. “Kalau kamu bisa, aku nggak bakal terima bunganya! Tapi kalau nggak bisa, kamu harus jual diri untuk jadi budakku. Gimana?”Wulan langsung terkejut dan mencegahnya. “Suamiku, kamu nggak boleh setuju!”Budi sangat licik. Dia ingin Wira menjual diri menjadi budaknya. Namun, William sudah murka. Dia pun menuliskan dua surat perjanjian dan mengeluarkan tinta merah. “Cepat tanda tangan!”“Oke!”Setelah tanda tangan dan menempelkan cap jari, Budi pun pergi dengan puas.Budi yakin dengan koneksi dan karakter Wira selama ini, dia tidak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak dalam tiga hari.Meskipun keluarga Wulan kaya, mereka tidak mungkin meminjamkan uang kepada Wira. Sebab, mereka ingin Wulan meninggalkan Wira.Dengan taruhan ini, Budi bukan hanya bisa mendapatkan budak muda, tetapi juga bisa menjualnya dan mendapatkan puluhan ribu gabak lagi.Selain itu, dia juga sudah selangkah lebih dekat untuk mengumpul

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3

    Pekerjaan yang tersisa sudah tidak terlalu sulit. Wira hanya perlu membersihkan rumputnya, lalu menghaluskannya dalam lesung batu.Setelah bekerja hingga seluruh badannya sakit, Wira baru mengumpulkan seember rumput yang sudah dihaluskan.Dia pun menjinjing ember itu sampai ke Sungai Jinggu sambil sesekali beristirahat selama perjalanan.Wira memilih tempat yang ada banyak ikan, lalu menabur tepung kedelai ke dalam sungai.Setelah ada umpan, ikannya menjadi semakin banyak. Wira pun menuangkan serpihan rumput ke dalam sungai dengan hati-hati.Seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, satu demi satu ikan pun mulai mengapung....Tidak lama kemudian, Wira sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan besar dan lima belas ekor ikan kecil.Ikan yang besar beratnya di atas dua kilogram, sedangkan yang kecil beratnya di atas 250 gram. Wira melepaskan ikan yang lebih kecil dari itu.Setelah matahari terbenam, Wira pun pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Wira melewati sebuah gubuk jerami

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 4

    Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”“Teknik rahasia menangkap ikan?”Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.“Aku sudah kenyang ko

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 5

    Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk ma

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 6

    Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2958

    Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2957

    "Api unggun ini masih hangat, berarti mereka masih belum pergi terlalu lama. Kita juga datang dengan menunggang kuda, mereka mungkin sudah menyadari kedatangan kita. Tapi, meskipun mereka hebat, mereka juga nggak mungkin bisa berlari secepat itu. Mana mungkin nggak ada jejak mereka di sekitar sini," kata pria itu.Pria itu terus berjalan mondar-mandir dan sesekali mengetuk kepalanya sendiri, entah apa yang sedang dipikirkannya.Semua orang berdiri dengan rapi di belakang pria itu. Kelihatan jelas, mereka sudah dilatih secara profesional dan pasti adalah pasukan elite di wilayah barat. Namun, alasan mereka tiba-tiba datang ke sini masih menjadi misteri dan ini juga yang masih dipikirkan Wira.Namun, Wira merasa sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal ini. Prioritas mereka sekarang adalah mencari cara untuk melarikan diri dari sana secepat mungkin. Ini adalah keputusan terbaik."Jenderal, kami menemukan beberapa mayat di sini dan pakaian mereka sudah dilepas. Sepertinya mereka adalah

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2956

    Sementara itu, Dwija yang berdiri di samping menyilangkan tangannya dan berkata, "Masih perlu dipikirkan lagi? Ini pasti ulah guru agung di samping Senia itu. Sekarang kita sudah datang ke wilayah barat ini, ini adalah wilayah kekuasaannya. Setelah tiba di sini, kita tentu saja selalu berada di bawah kendalinya. Kalau benar-benar dia yang bersembunyi di balik ini, situasi kita benar-benar buruk."Wira tidak mengatakan apa-apa, tetapi apa yang dikatakan Dwija memang benar. Jika keadaannya memang demikian, situasi mereka benar-benar buruk. Setiap langkah mereka selanjutnya akan penuh dengan hambatan dan berada di bawah kendali Panji.Agha tiba-tiba berkata, "Kak Wira, sekarang bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Bukankah kita sebaiknya memikirkan cara untuk keluar dari situasi ini? Orang-orang ini dilengkapi dengan senjata dan mengenakan zirah juga. Kalau kita melawan mereka, takutnya ...."Meskipun biasanya Agha adalah pria tangguh yang suka langsung berkelahi dengan orang lain, buk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2955

    "Kak Wira, sepertinya ada orang yang datang," kata Agha yang berdiri terlebih dahulu dan menatap ke kejauhan."Kenapa tiba-tiba ada begitu banyak orang yang datang ke tempat terpencil seperti ini? Dilihat dari cara mereka, sepertinya mereka mau berkelahi. Jangan-jangan di wilayah barat ini juga sering terjadi perang?" kata Wira dengan ekspresi serius, lalu segera bangkit dan menatap orang-orang yang terus mendekat itu.Sulit untuk melihat dengan jelas berapa banyak orang yang datang karena jaraknya masih cukup jauh. Namun, didengar dari suara langkah kuda, bisa ditebak jumlah orang yang datang pasti banyak.Melihat semua itu, ekspresi Wira langsung berubah dan secara refleks mundur beberapa langkah. Dia melihat orang-orang di sampingnya dan segera berkata, "Sekarang kita masih nggak tahu maksud kedatangan mereka, sebaiknya kita sembunyi dulu. Mungkin saja mereka bukan datang untuk mencari kita."Semua orang langsung menganggukkan kepala. Menghadapi kerumunan seperti itu, mereka tentu s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2954

    Menjelang fajar, Wira dan yang lainnya baru berhenti untuk beristirahat. Mereka membuat api unggun dan memanggang hasil buruan."Kak Wira, orang-orang ini benar-benar misterius. Mereka sampai tinggal di tempat terpencil seperti ini. Apa mereka sama sekali nggak berhubungan dengan orang luar? Bagaimana mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari?" tanya Agha sambil menikmati daging buruannya.Setahu Agha, orang yang biasanya memiliki kemampuan luar biasa tidak akan memilih tinggal di tempat seperti ini, orang itu pasti akan menunjukkan kehebatannya. Bukan hanya untuk membuktikan kemampuannya, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidupnya juga.Agha tidak mengerti mengapa orang-orang dari Lembah Duka ini memilih untuk tinggal di sini. Dengan kemampuan mereka, mereka bisa berkuasa ke mana pun mereka pergi.Wira malah tersenyum dan berkata, "Orang yang benar-benar bijak biasanya memilih untuk tinggal di tempat terpencil seperti ini dan menenangkan diri. Reputasi dan kekayaan sudah nggak berarti ba

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2953

    Wira langsung menolak keinginan Mutia, tetapi tindakannya ini juga untuk melindungi Mutia. Jika mereka berada di sembilan provinsi, dia tentu saja memiliki banyak tempat untuk menempatkan Mutia. Dia juga bisa membiarkan Mutia untuk melakukan apa pun yang diinginkannya dan bahkan mengizinkan Mutia untuk tetap berada di sisinya. Namun sayangnya, situasi kali ini berbeda.Bagaimanapun juga, ini bukan sembilan provinsi dan bukan wilayah kekuasaannya juga, Wira merasa dia tidak akan bisa melindungi siapa pun. Bahkan dia sendiri pun kesulitan untuk melangkah dengan aman di sini, dia tidak bisa menjanjikan apa pun pada orang lain.Mendengar perkataan Wira, ekspresi Mutia menjadi muram. Dia menggigit bibirnya dengan erat dan bergumam, "Apa aku benar-benar nggak bisa ikut denganmu?"Wira menganggukkan kepalanya dengan tegas.Fahri yang berada di samping juga berkata, "Mutia, kalau Tuan Wira sudah berkata begini, kamu jangan terus merepotkan Tuan Wira lagi. Aku juga bisa melihat Tuan Wira ini ad

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2952

    Ditambah lagi, sekarang Yasa sudah meninggal, setidaknya tidak ada orang di Provinsi Tengah ini yang bisa terus mengancam Fahri dan Mutia.Saat mengungkit masalah ini, Fahri tersenyum dan bergumam, "Aku sudah memikirkannya dengan baik, aku berencana untuk pergi ke tempat lain bersama putriku. Kalau terus tinggal di sini, kami hanya akan makin larut dalam kesedihan saja ...."Wira juga menganggukkan kepala. Bagi Fahri dan Mutia, di sini memang sudah menjadi tempat yang penuh dengan luka. Mereka sudah tinggal di sini selama ini, tetapi sekarang semuanya sudah berubah. Bukan hanya semua anggota keluarga mereka sudah mati, Vila Hijau juga sudah tiada dan sekarang hanya tinggal puing-puing.Untungnya, setidaknya ada satu hal yang termasuk bagus yaitu semua orang mengira semua anggota Keluarga Husain sudah tewas di kobaran api itu. Hanya perlu mengganti identitas dan pindah ke tempat lain, Fahri dan Mutia masih bisa memulai hidup yang baru. Ditambah lagi, mereka masih memiliki begitu banyak

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2951

    Fahri juga menyadari dia sudah salah bicara dan memang pertanyaannya tadi terlalu banyak. Dia segera mengalihkan topik pembicaraannya dan buru-buru berkata, "Maaf, aku sudah terlalu banyak bertanya."Wira tersenyum, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Fahri perlahan-lahan menjelaskan, "Sebenarnya Lembah Duka ini bukan rahasia lagi bagi orang-orang di wilayah barat, tapi katanya orang-orang yang tinggal di dalamnya semuanya punya kemampuan untuk mengendalikan alam dan cuaca. Meskipun aku juga belum pernah melihatnya langsung, cerita tentang mereka sudah legendaris. Memang sulit untuk dipercaya, tapi tetap harus percaya.""Karena alasan inilah, nggak ada orang di wilayah barat yang berani membahasnya. Aku sendiri juga begitu. Kalau Tuan Wira nggak bertanya, aku juga nggak akan berani membahasnya meskipun kakiku dipatahkan. Kalau memberi tahu orang luar tentang Lembah Duka, aku akan jadi musuh mereka. Bukan hanya nyawaku terancam, bahkan keluargaku pun mungkin nggak akan tersisa satu pun."W

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2950

    Sebenarnya Agha mengerti, tetapi hanya ingin mengeluh. Dia tidak berniat jahat. Jika tidak, dia tidak mungkin membantu Mutia tadi."Ya, ya. Aku memang salah sebelumnya. Sayangnya, waktu nggak bisa diputar kembali. Kini, aku menjadi pendosa besar bagi keluargaku." Fahri menghela napas dengan tidak berdaya.Selain dirinya dan Mutia, semua orang tewas dalam kebakaran. Bagaimana mungkin hatinya tidak hancur memikirkan hal ini?Wira menepuk bahu Fahri, lalu menghiburnya, "Kamu sendiri juga tahu semuanya sudah berlalu. Sekarang kamu juga sudah menyesal. Yang bisa kita lakukan untuk sekarang cuma melihat ke depan.""Masalah ini bisa dianggap selesai untuk sementara waktu. Jadi, apa rencanamu selanjutnya? Kalau kamu butuh uang, aku bisa membantu."Tadi Yasa berniat menggunakan uang untuk meredakan masalah, tetapi Wira tidak setuju. Bagaimanapun, dia tidak kekurangan uang.Sementara itu, harta benda di Vila Hijau telah habis dijarah dan bangunan telah menjadi reruntuhan. Kini, ayah dan anak ini

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status