Share

Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius
Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius
Author: Arif

Bab 1

Author: Arif
last update Last Updated: 2023-05-19 13:40:05
“Nggak enak banget!”

Wira Darmadi sedang mengunyah sesuap tiwul. Kemudian, dia meletakkan sendoknya karena merasa seperti makan gula saja.

Sekarang dia akan menampar siapa pun yang berani memberitahunya bahwa melewati dimensi adalah hal bagus.

Wira sudah melewati dimensi ke Kerajaan Nuala yang mirip dengan Kerajaan Atrana kuno.

Pemilik tubuh sebelumnya berasal dari keluarga kaya. Sewaktu orang tuanya masih hidup, dia selalu sarapan bubur. Makan siangnya adalah nasi dengan lauk, sedangkan makan malamnya adalah mi gandum dan roti pipih.

Berhubung harus bersekolah di ibu kota provinsi, dia baru pulang ke rumah setiap sepuluh hari sekali. Pada saat itu, dia pun bisa memuaskan nafsu makannya.

Rakyat biasa pada umumnya hanya makan sehari dua kali. Makanan mereka juga hanyalah bubur atau tiwul karena mereka tidak sanggup membeli daging. Hanya pada saat Tahun Baru dan punya uang berlebih, mereka baru bisa menikmati daging.

Biasanya, hanya orang kaya, bangsawan atau pejabat yang bisa menikmati mi dan nasi.

Saat memikirkan ayam, ikan, daging dan telur yang disia-siakan di dunia, Wira pun menjadi kesal.

Wira sedang tenggelam dalam pikirannya. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang terdengar ketakutan. “Suamiku, maaf. Kita sudah kehabisan beras. Cendekiawan sepertimu jadi harus makan tiwul padahal baru sembuh.”

Saat melihat gadis cantik yang berdiri dengan takut di depan kamarnya, mata Wira langsung berbinar.

Gadis yang anggun dan cantik itu terlihat berusia sekitar 17-18 tahun. Perawakannya tinggi dan langsing, tingginya mungkin mencapai 1,7 meter.

Dia mengenakan baju merah yang dipadu dengan rok hijau dan sepatu kain bercorak. Pakaiannya sangat sederhana, wajahnya juga tidak dirias. Namun, dia terlihat sangat cantik dan juga lembut.

Hanya saja, wajahnya terlihat sangat pucat. Rambutnya juga sangat tipis dan kusam. Dia terlihat seperti orang yang kekurangan gizi saja.

Gadis itu bernama Wulan Linardi. Dia adalah istri pemilik tubuh sebelumnya dan merupakan wanita tercantik di Kabupaten Uswal. Awalnya, pemilik tubuh sebelumnya sudah tidak mempunyai kesempatan untuk menikahinya.

Pada saat itu, Keluarga Linardi hampir dibantai. Jadi, mereka ingin menikahkan putri mereka agar tidak terlibat masalah.

Namun, tidak ada orang di kabupaten ini yang berani menikahinya selain pemilik tubuh sebelumnya yang keras kepala itu.

Pada hari pernikahan mereka, Keluarga Linardi mendapat kabar bahwa ayah Wulan berhasil memutarbalikkan situasinya. Keluarga Linardi pun hendak membatalkan pernikahan mereka.

Namun, Wulan menolaknya dengan tegas. Dia merasa suami istri harus melewati suka dan duka bersama sampai akhir hayat.

Entah karena emosi akibat Keluarga Linardi hendak membatalkan pernikahan atau ada yang salah dengan pemilik tubuh sebelumnya, mereka sudah menikah selama tiga tahun, tetapi masih belum berhasil berhubungan intim!

Kemarin, pemilik tubuh tiba-tiba sakit dan koma. Pagi ini, Wira sudah melewati dimensi dan menempati tubuh ini.

Saat melihat ada sesuatu di hidung mancung gadis itu, Wira pun bangkit dan mengulurkan tangannya.

“Ah!”

Wulan langsung berjongkok dan melindungi kepalanya sambil menangis. “Suamiku, jangan pukul aku! Semua mas kawin sudah benar-benar habis terjual!”

Tangan Wira pun berhenti di udara.

Berhubung pemilik tubuh sebelumnya memiliki disfungsi seksual, sifatnya pun berubah drastis.

Dia berhenti belajar untuk ikut ujian menjadi pejabat, dan hanya tahu bersenang-senang setiap hari. Oleh karena itu, keluarga mereka pun jatuh miskin.

Selain itu, pemilik tubuh sebelumnya juga menyiksa istrinya yang cantik ini. Bukan hanya mas kawin Wulan yang sudah habis dijualnya, dia juga memaksa Wulan meminjam uang dari Keluarga Linardi agar dia bisa berfoya-foya.

Namun, Wulan malah merasa dirinya berutang budi pada pemilik tubuh sebelumnya.

Wulan bukan hanya tidak meninggalkan suaminya, tetapi juga tetap melayani kebutuhan suaminya meskipun tubuhnya sudah terluka karena dipukuli suaminya.

“Suamiku, jangan pukul aku lagi! Aku bakal cari cara untuk dapat uang, lalu membelikanmu alkohol dan daging!”

Wulan mendongak dan memohon sambil menangis tersedu-sedu.

“Aku nggak minum alkohol, juga nggak makan daging. Ada kotoran di hidungmu, aku cuman mau bantu kamu menyekanya!”

Wira memapah Wulan yang gemetaran, lalu menyeka abu hitam di ujung hidungnya dengan lengan bajunya.

Namun, Wulan malah menjadi lebih takut lagi.

Dalam tiga tahun ini, suaminya bukan hanya memukul dan memakinya saja. Kadang-kadang, suaminya juga bisa bersikap lembut. Namun, dia melakukannya supaya Wulan menggadaikan mas kawinnya atau meminjam uang dari Keluarga Linardi.

Oleh karena itu, Wulan berpikir bahwa suaminya bersikap lembut hari ini karena mau meminta uang kepadanya.

Wira meminta maaf dengan suara lembut, “Dulu, aku yang salah. Kelak, aku nggak bakal pukul kamu lagi!”

“Huhuhu!”

Wulan langsung menangis dan berkata, “Suamiku, kamu pinjam berapa banyak uang lagi di luar sana? Waktu terakhir kali aku pulang ke rumah, kakakku sudah bilang kalau dia nggak bakal pinjamin aku uang lagi!”

Wira tersenyum masam. “Aku nggak pinjam uang dari luar. Aku juga nggak bakal suruh kamu pulang untuk pinjam uang lagi!”

Wulan tidak sepenuhnya percaya pada kata-kata Wira. “Serius?”

Wira mengangguk. “Percayalah padaku!”

Gadis sebaik ini sangat sulit dicari, kenapa pemilik tubuh sebelumnya tidak menghargainya?

“A ... aku bakal percaya sama kamu sekali lagi!” jawab Wulan dengan takut.

Setiap kali dia percaya pada kata-kata manis suaminya, dia selalu terluka lebih dalam lagi.

Wulan berharap semoga kali ini dia benar-benar bisa memercayai suaminya.

Brak!

Pintu kayu rumah mereka tiba-tiba didobrak.

Seorang pria paruh baya berjalan masuk. Pria itu bertopi hitam, mengenakan pakaian hitam yang dipadu dengan ikat pinggang merah dan sepatu bot kain.

Saat melihat Wulan, mata pria paruh baya itu langsung berbinar. Setelah itu, dia melirik tuwil yang ada di meja dan berkata sambil tersenyum, “Wah! Tuan Wira, kamu sudah bosan makan nasi, ya? Benar juga, kalau makan nasi sehari tiga kali, kamu juga bakal susah buang air besar karena terlalu nggak berserat.”

Di zaman dahulu, sanggup makan nasi sudah merupakan hal yang sangat dibanggakan.

Wira merasa pria paruh baya itu tidak asing, tetapi dia tidak bisa mengingat apa hubungan pria ini dengan pemilik tubuh sebelumnya.

“Pak Budi, kalau mau pamer kekayaan, balik saja ke Dusun Silali. Jangan pamer di Dusun Darmadi!”

Wulan berdiri di depan Wira dengan ekspresi galak, seolah-olah mau melindunginya.

Setelah mendengar namanya, Wira pun teringat siapa pria ini.

Budi Silali adalah seorang pejabat kecil di ibu kota provinsi. Dia juga merupakan kepala desa dari Desa Pimola dan orang kaya dari Dusun Silali yang lokasinya tidak jauh dari Dusun Darmadi.

Dia bertanggung jawab atas pajak penghasilan, pajak tanah dan pajak lain-lain penduduk Desa Pimola. Dia juga punya kerja sampingan sebagai rentenir.

Budi akan pergi ke rumah siapa pun yang anggota keluarganya sakit dan tidak bisa membayar pajak, lalu meminjamkan uang kepada mereka.

Dengan cara ini, dia sudah mendapatkan tanah sebanyak 20 hektar dan menjadi lumayan kaya.

“Rumah kalian? Ini rumahku. Bahkan kamu juga bakal segera jadi milikku. Buka matamu dan lihat baik-baik!”

Kemudian, Budi mengeluarkan selembar bukti pinjaman dari kantong bajunya dan membukanya dengan sombong.

“Wira Darmadi, pelajar dari Dusun Darmadi meminjam uang dari Budi Silali dari Dusun Silali sebesar 30 ribu gabak. Dalam satu bulan, Wira akan membayar utang beserta bunga sebanyak 40 ribu gabak. Jaminannya adalah tempat tinggal, setengah hektar tanah di sebelah timur desa dan Wulan Linardi, istrinya ....”

Setelah melihat cap jarinya, beberapa ingatan pun muncul di benak Wira. Wira pun langsung murka.

Pemilik tubuh sebelumnya pernah mabuk dan ditarik Budi pergi berjudi di ibu kota provinsi. Setelah kalah telak, dia pun membuat perjanjian ini.

Baru saja Wira bersumpah pada Wulan, perbuatan keji pemilik tubuh sebelumnya sudah terbongkar lagi.

Penduduk Provinsi Jawali sangat miskin. Seorang buruh paling banyak juga hanya akan menghasilkan tiga sampai empat gabak sehari.

Untuk membayar utang 30 ribu gabak tanpa bunga, seorang buruh juga harus bekerja paling sedikit tiga tahun. Itu masih belum termasuk biaya kehidupan, biaya pajak yang tinggi dan kerja rodi.

Bahkan Wira yang punya gelar doktor di bidang teknik mesin dan teknik material pun kewalahan untuk menghasilkan uang sebanyak itu.

Budi menatap Wulan dengan penuh hasrat dan berkata, “Cantik, kalau kamu ikut aku, aku jamin kamu bakal hidup enak. Kamu nggak perlu hidup menderita lagi dengan si Pemboros ini!”

Wulan menoleh ke arah Wira, air mata sudah membasahi pipinya dan menetes ke lantai.

Ternyata dia memang salah karena sudah memercayai suaminya!

Wulan bisa menerima penyiksaan apa pun dari suaminya, tetapi dia tidak menyangka suaminya akan menggunakan dirinya sebagai jaminan!

Pada saat ini, hatinya benar-benar hancur.

Wira tidak tahu harus bagaimana menghibur Wulan. Dia pun menatap Budi yang sombong dan berkata, “Bawa pergi surat perjanjianmu itu!”

“Berengsek! Kamu nggak mau bayar utang?”

Budi langsung murka. “Aku bisa pulang ke Dusun Silali dan suruh ratusan orang untuk datang dan memukulmu sampai cacat! Pemimpin daerah juga bakal kasih aku rumah, tanah dan istrimu padaku! Sudah ada bukti masih berani mengelak. Kamu sudah bosan hidup, ya!”

Wulan menarik lengan baju Wira dan berkata, “Suamiku, kita harus bayar utang. Aku bakal pulang ke rumah untuk pinjam uang!”

Jika tidak membayar utang, suaminya akan ditarik ke pengadilan daerah dan dipukul.

“Wulan, kamu nggak perlu pinjam uang sama keluargamu. Aku bisa selesaikan masalah ini!”

Wira tertegun sejenak. Dia tidak menyangka Wulan masih bersedia membantu pemilik tubuh sebelumnya padahal dirinya sudah digunakan sebagai jaminan.

Budi menatap Wira tatapan meremehkan. “Kamu cuman tahu foya-foya, gimana kamu mau selesaikan masalah ini! Kalau kamu nggak bayar 40 ribu gabak itu hari ini, aku nggak bakal pergi.”

Wira menunjuk ke tanggal surat perjanjian dibuat dan berkata, “Buka matamu lebar-lebar! Memangnya sudah sebulan?”

Budi langsung terkejut. Dia datang menagih utang karena mendapat kabar bahwa Wira sakit keras. Begitu mereka ribut, dia pun lupa bahwa masih tersisa tiga hari sebelum Wira harus membayar utang. Budi pun menjawab dengan kesal, “Aku nggak percaya kamu bisa dapat 40 ribu gabak dalam tiga hari!”
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Agung
Sangat rumit
goodnovel comment avatar
Aditya Wiyardli
Berbelit-belit.. mirip sinetron kalau naik bakal diperpanjang episodenya
goodnovel comment avatar
Thaweru Patty S Igho
crta jga sngat bgus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2

    Wira bertanya balik, “Gimana kalau bisa?”Budi langsung menunjukkan ekspresi licik. “Kalau kamu bisa, aku nggak bakal terima bunganya! Tapi kalau nggak bisa, kamu harus jual diri untuk jadi budakku. Gimana?”Wulan langsung terkejut dan mencegahnya. “Suamiku, kamu nggak boleh setuju!”Budi sangat licik. Dia ingin Wira menjual diri menjadi budaknya. Namun, William sudah murka. Dia pun menuliskan dua surat perjanjian dan mengeluarkan tinta merah. “Cepat tanda tangan!”“Oke!”Setelah tanda tangan dan menempelkan cap jari, Budi pun pergi dengan puas.Budi yakin dengan koneksi dan karakter Wira selama ini, dia tidak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak dalam tiga hari.Meskipun keluarga Wulan kaya, mereka tidak mungkin meminjamkan uang kepada Wira. Sebab, mereka ingin Wulan meninggalkan Wira.Dengan taruhan ini, Budi bukan hanya bisa mendapatkan budak muda, tetapi juga bisa menjualnya dan mendapatkan puluhan ribu gabak lagi.Selain itu, dia juga sudah selangkah lebih dekat untuk mengumpul

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3

    Pekerjaan yang tersisa sudah tidak terlalu sulit. Wira hanya perlu membersihkan rumputnya, lalu menghaluskannya dalam lesung batu.Setelah bekerja hingga seluruh badannya sakit, Wira baru mengumpulkan seember rumput yang sudah dihaluskan.Dia pun menjinjing ember itu sampai ke Sungai Jinggu sambil sesekali beristirahat selama perjalanan.Wira memilih tempat yang ada banyak ikan, lalu menabur tepung kedelai ke dalam sungai.Setelah ada umpan, ikannya menjadi semakin banyak. Wira pun menuangkan serpihan rumput ke dalam sungai dengan hati-hati.Seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, satu demi satu ikan pun mulai mengapung....Tidak lama kemudian, Wira sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan besar dan lima belas ekor ikan kecil.Ikan yang besar beratnya di atas dua kilogram, sedangkan yang kecil beratnya di atas 250 gram. Wira melepaskan ikan yang lebih kecil dari itu.Setelah matahari terbenam, Wira pun pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Wira melewati sebuah gubuk jerami

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 4

    Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”“Teknik rahasia menangkap ikan?”Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.“Aku sudah kenyang ko

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 5

    Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk ma

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 6

    Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

    Last Updated : 2023-05-19
  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

    Last Updated : 2023-05-19

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2826

    Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2825

    Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2824

    "Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2823

    "Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2822

    Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2821

    "Baik."Lucy dan lainnya mengangguk, lalu mengalihkan pandangan ke sosok itu. Setelah badai pasir reda, mereka langsung mengambil tindakan dan mengepung sosok itu.Sosok itu masih terlihat bengong. Tidak ada emosi apa pun pada ekspresinya. Jelas sekali, dia tidak punya kesadaran apa pun lagi, bahkan pantas disebut sebagai mesin pembunuh."Kalau Senia berhasil mengembangkan banyak racun itu, mungkin sembilan provinsi akan jatuh dalam kekacauan. Agha sekalipun bukan lawannya. Kalaupun dikeroyok, manusia biasa tetap bukan lawan mereka. Ketika saat itu tiba, akan ada banyak korban jiwa."Wira tak kuasa menghela napas. Harus diakui bahwa metode Senia ini sungguh kejam. Demi merebut kekuasaan dan mengambil alih sembilan provinsi, dia sampai mengorbankan nyawa manusia dan mengembangkan racun seperti ini.Sayangnya, sekalipun Wira telah membuat persiapan dan membulatkan tekadnya untuk membunuh Senia, mereka tetap berhasil kabur. Pasti sulit untuk menangkap Senia ke depannya. Dia harus mencari

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2820

    Wira mengangguk. "Hati-hati."Setelah mendapat izin dari Wira, Agha pun tidak berbasa-basi lagi dan langsung melompat ke depan. Dengan tangan menggenggam palu, dia langsung menyerbu ke arah Senia.Angin kencang terus menerpa, membuat mata Agha terasa perih. Ini bukan angin biasa. Ketika pasir mengenai wajah, rasanya akan sangat sakit. Namun, demi membunuh Senia, Agha tidak takut mempertaruhkan nyawanya.Ketika melihat Agha makin dekat dengan Senia dan hendak melancarkan serangan, sebuah sosok hitam tiba-tiba muncul dan mengadang di hadapan Agha."Jadi, kamu adik Wira? Kamu Agha yang disebut sebagai orang terkuat di dunia?" tanya Senia sambil terkekeh-kekeh."Kenapa memangnya?" Agha mendengus dan mengalihkan pandangannya kepada pria di depannya.Penampilan pria ini sangat aneh. Dia memakai zirah yang sudah berkarat dan tidak memiliki senjata apa pun. Selain itu, masih ada helm yang menutupi wajahnya sehingga yang terlihat hanya sepasang matanya.Sepasang mata itu tidak menunjukkan emosi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2819

    "Tuan Wira, kamu berhasil mengejar kami." Nada bicara Senia terdengar lembut, tetapi tatapannya dipenuhi niat membunuh.Di situasi seperti ini, mereka hanya bisa bertarung. Meskipun begitu, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada ekspresi Senia.Senia terkekeh-kekeh, lalu bertanya dengan tidak acuh, "Jadi, kamu berniat membunuhku hari ini?""Memangnya bisa apa lagi? Aku nggak mungkin membiarkanmu meninggalkan tempat ini, 'kan? Doly sudah memberitahuku semuanya. Kalau dia lebih cepat selangkah, kamu nggak mungkin ada di sini sekarang.""Tapi, nggak masalah. Di sini masih wilayahku. Sekalipun kamu punya sayap, bawahanmu nggak bakal bisa membawamu meninggalkan Provinsi Yonggu dengan selamat.""Hehe." Senia menggeleng sambil tersenyum. Kemudian, dia menyahut, "Aku sudah menebaknya sejak awal. Karena dia sudah di sisimu, dia pasti bakal memberitahumu semuanya. Semua cuma masalah waktu.""Hanya saja, aku nggak menyangka dia sama sekali nggak memikirkan hubungan kami sebelumnya. Dia memberi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2818

    Di wilayah terpencil Provinsi Yonggu.Tempat ini baru saja mengalami bencana alam. Situasi di sini sangat kacau dan berantakan. Banyak desa yang hancur. Jika ingin dibangun kembali, akan membutuhkan waktu yang cukup lama.Saat ini, Senia sedang mengendarai kudanya. Orang-orang di belakang mengikuti. Mereka akan meninggalkan Provinsi Yonggu.Sekelompok orang ini sedang berpacu dengan waktu. Jika terlambat selangkah saja, mereka mungkin akan mati di sini. Panji sekalipun tampak terburu-buru."Ibu, Wira benaran bisa membunuh kita? Aku rasa dia nggak bakal berani. Kami berdua memang cuma pangeran, tapi kamu penguasa Kerajaan Agrel.""Kerajaan Agrel punya ratusan ribu pasukan elite. Kalau perang benaran terjadi, kita juga masih bisa menambah pasukan. Mana mungkin Wira membuat keputusan seceroboh ini?" tanya Dahlan dengan bingung dan terengah-engah.Meskipun Dahlan mengendarai kuda, dia kurang ahli dalam hal ini. Selama ini, dia selalu menaiki kereta kuda ke mana-mana. Dia pun merasa sangat

DMCA.com Protection Status