Share

Bab 2

Author: Arif
Wira bertanya balik, “Gimana kalau bisa?”

Budi langsung menunjukkan ekspresi licik. “Kalau kamu bisa, aku nggak bakal terima bunganya! Tapi kalau nggak bisa, kamu harus jual diri untuk jadi budakku. Gimana?”

Wulan langsung terkejut dan mencegahnya. “Suamiku, kamu nggak boleh setuju!”

Budi sangat licik. Dia ingin Wira menjual diri menjadi budaknya. Namun, William sudah murka. Dia pun menuliskan dua surat perjanjian dan mengeluarkan tinta merah. “Cepat tanda tangan!”

“Oke!”

Setelah tanda tangan dan menempelkan cap jari, Budi pun pergi dengan puas.

Budi yakin dengan koneksi dan karakter Wira selama ini, dia tidak mungkin bisa menghasilkan 40 ribu gabak dalam tiga hari.

Meskipun keluarga Wulan kaya, mereka tidak mungkin meminjamkan uang kepada Wira. Sebab, mereka ingin Wulan meninggalkan Wira.

Dengan taruhan ini, Budi bukan hanya bisa mendapatkan budak muda, tetapi juga bisa menjualnya dan mendapatkan puluhan ribu gabak lagi.

Selain itu, dia juga sudah selangkah lebih dekat untuk mengumpulkan 70 hektar tanah.

Di dalam rumah, sepasang suami istri itu saling memandang.

“Wulan!”

Wira ingin menghibur Wulan, tetapi Wulan malah langsung menyeka air matanya dan masuk ke dalam kamar.

Wira tahu Wulan sudah terluka.

“Suamiku!”

Tidak lama kemudian, Wulan berlari keluar dari kamarnya. Dia membuka sebuah tas kecil dengan ekspresi tidak rela dan berkata, “Ayo kita pergi ke ibu kota provinsi untuk gadai gelang ini. Habis itu, aku bakal mohon ke Kakak untuk pinjamkan kita uang. Kita pasti bisa kumpulkan 40 ribu gabak!”

Wira menggeleng. “Aku saja yang cari cara untuk dapatkan 40 ribu gabak ini!”

Gelang giok putih ini adalah warisan dari ibu Wulan.

Pemilik tubuh sebelumnya sudah pernah memukul Wulan hingga batuk darah demi gelang ini, tetapi Wulan tetap tidak mengeluarkannya.

Hari ini, Wulan malah mengeluarkannya untuk membayar utang pemilik tubuh sebelumnya.

Wulan langsung terisak. “Kamu punya cara apa? Jumlahnya 40 ribu gabak, bukan 400 gabak!”

Wira pun langsung mencari ingatan pemilik tubuh sebelumnya. “Aku pikir dulu!”

Bagi para petani, 40 ribu gabak adalah utang yang tidak mungkin bisa dibayar seumur hidup mereka.

Namun, Wira mempunyai gelar doktor di bidang teknik mesin dan teknik material. Selain itu, dia juga memiliki pengalaman dan pengetahuan yang melampaui orang-orang di era ini.

“Dulu, aku nggak kasih gelang ini ke kamu karena gelang ini adalah peninggalan Ibu!”

Wulan lanjut terisak. “Tapi kamu sudah nggak punya jalan keluar. Aku nggak bisa biarkan kamu menjual diri menjadi budak. Hidup seorang budak sangat sulit dan bahkan nggak sebagus gelandangan!”

Di Kerajaan Nuala, masyarakat dibagi dalam beberapa golongan. Orang yang tidak mempunyai rumah maupun tanah akan dianggap gelandangan oleh pemerintah. Statusnya lebih rendah dari rakyat jelata. Sementara status budak bahkan lebih rendah dari gelandangan lagi.

Wira tidak memperhatikan apa yang dikatakan Wulan. Dia sedang berusaha keras untuk mencari ingatan pemilik tubuh sebelumnya.

Teknologi di Kerajaan Nuala mirip dengan Dinasti Songada Negara Atrana.

Wira yang mempunyai gelar doktor di bidang teknik mesin dan teknik material pasti bisa menciptakan sesuatu yang baru.

Namun, desa kecil ini bahkan tidak mempunyai toko besi. Oang yang sangat berbakat sekali pun tidak akan bisa maju di desa ini.

“Tapi ini benar-benar yang terakhir kali, ya. Kelak, Kakak pasti nggak bakal bantu kita lagi.”

Wulan menyeka air matanya, lalu mendongak. “Kalau kamu pinjam uang dari luar lagi, aku benar-benar sudah nggak bisa bantu! Kalau kamu jadi gelandangan, aku bakal temani kamu jadi gelandangan.”

“Eh, ketemu cara!”

Mata Wira langsung berbinar. Dia mengambil sebungkus tepung kedelai, lesung batu dan cangkul, lalu keluar dari rumah dengan menjinjing keranjang bambu.

“Suamiku?”

Wulan sangat heran.

Biasanya, Wulan yang selalu bercocok tanam. Suaminya tidak pernah melakukan hal itu.

Lagi pula, musim panen sudah berakhir. Untuk apa suaminya mengambil alat bertani?

...

Dusun Darmadi mempunyai tanah yang datar. Di luar desa, ada Sungai Jinggu yang jauhnya 500 meter dan gunung yang jauhnya 15 kilometer.

Di dusun ini, ada empat puluh keluarga yang semuanya bermarga Darmadi. Mereka semua berasal dari leluhur yang sama.

Setelah musim panen berakhir, penduduk harus membayar pajak penghasilan dan pajak tanah. Para bandit juga akan datang untuk meminta hasil panen mereka. Bahan pangan yang disimpan para penduduk biasanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, apalagi harus bertahan sampai musim panen berikutnya.

Jadi, tidak ada penduduk yang menganggur. Jika tidak pergi bekerja, mereka akan menjahit di rumah atau mengumpulkan sayuran liar.

Begitu sampai di tanah kosong di luar dusun, Wira pun mulai mencangkul. Dia mengambil sehelai rumput, mencucinya di air dalam ember, lalu mulai mengunyahnya.

“Bukannya itu Wira? Kenapa dia makan rumput?”

“Pasti rumahnya sudah kehabisan makanan. Dengar-dengar, dia berutang 40 ribu gabak sama Pak Budi. Kalau dia tidak bisa bayar tiga hari lagi, rumah, istri dan tanahnya bakal jadi milik Pak Budi!”

“Dasar Pemboros! Padahal ayahnya sudah tinggalkan begitu banyak harta buat dia, tapi semuanya sudah habis difoya-foya. Sekarang dia sampai harus makan rumput lantaran kelaparan. Mampus!”

Saat melihat Wira yang mengunyah rumput, beberapa wanita yang keluar untuk memetik sayuran liar pun menghujatnya. Wira pun memuntahkan rumput yang dia kunyah, lalu mulai mencangkul.

Pemilik tubuh sebelumnya tidak bekerja dan jarang berolahraga. Jadi, staminanya sangat buruk.

Setelah menggali sesaat, Wira pun bersandar pada cangkulnya sambil terengah-engah.

“Wira, rumahmu sudah nggak ada makanan, ya? Kok makan rumput? Rumput ini nggak bisa dimakan lho. Ngemis saja sama warga dusun! Kamu toh seorang pelajar, orang-orang pasti bakal kasih kamu makan kok.”

Seorang pemuda yang terlihat seperti preman berjalan mendekati Wira.

Pakaiannya terlihat kotor, sepatu kainnya juga sudah robek. Dia menatap Wira sambil melipat tangannya di depan dada.

“Sony, bantu aku gali rumput ini dulu. Nanti aku pasti bagi hasilnya ke kamu!”

Wira memohon dengan terengah-engah.

Sony Darmadi adalah gelandangan di dusun mereka. Dia tidak bekerja dan hanya suka berkeliaran.

Dulu, asalkan bertemu dengan pemilik tubuh sebelumnya, Sony selalu menyanjungnya. Bagaimanapun juga, pemilik tubuh sebelumya adalah seorang pelajar yang mungkin menjadi pejabat.

Sejak pemilik tubuh sebelumnya jatuh miskin, Sony bukan hanya tidak menyanjungnya lagi, tetapi malah mengejeknya.

Setelah mendengar permintaan Wira, Sony langsung memelototinya. “Asal kamu tahu, aku nggak bakal kelaparan ke mana pun aku pergi. Memangnya aku perlu dikasihanimu?”

“Yang mau kubagi kasih kamu itu bukan rumputnya!”

Jika bukan karena badannya terlalu lelah, Wira juga tidak ingin menghiraukan Sony.

Sony memang tidak akan kelaparan karena dia sangat tidak tahu malu.

“Kamu nggak perlu jelasin lagi! Aku tahu situasimu, kok. Jangan gali lagi, pergi saja ke rumah mertuamu dan minta maaf. Sebenarnya, harga diri itu bukan apa-apa. Kalau sudah jadi gelandangan, kamu bakal nyesal!”

Sony yang sudah berpengalaman memberi nasihat kepada Wira.

Melihat Sony yang tidak mau membantunya, Wira pun tidak menghiraukannya lagi dan terus menggali.

Berhubung Wira tidak mau mendengar nasihatnya, Sony juga langsung pergi. Sebelum pergi, dia berkata, “Kalau nggak mau dengar nasihat orang, yang rugi juga kamu sendiri!”

“Wira, rumput itu nggak bisa dimakan. Ayo ikut aku! Aku kasih kamu sedikit makanan dulu!”

Saat menjelang siang, seorang pria paruh baya menghampiri Wira.

Pria ini berperawakan tinggi dan kurus. Dia mengenakan baju lengan pendek dan bertelanjang kaki. Matanya memancarkan keramahan.

Wira menggeleng sambil tersenyum. “Paman Hasan, aku gali rumput ini bukan untuk makan!”

Hasan Darmadi dulunya bernama Wasan Darmadi. Dia mengubah namanya setelah masuk militer.

Lima tahun yang lalu, dia sudah kembali dari militer. Hasan juga merupakan kerabat jauh Wira.

Sebelum masuk militer, Hasan sudah mempunyai dua putra. Sepulang dari militer, mereka dikaruniai tiga putri lagi.

Berhubung tanah rumah mereka tidak cukup besar, Hasan menyewa dua hektar tanah lagi untuk bertani. Keuangan mereka juga tidak terlalu bagus.

Jika Wira menerima pemberian Hasan, keluarga Hasan akan jadi kekurangan.

“Memangnya kenapa kalau makan rumput! Semua senior di dusun juga pernah hidup susah!” ujar Hasan.

Hasan mengira Wira malu untuk mengakui bahwa keluarga mereka sudah kehabisan makanan karena dia adalah seorang pelajar.

Wira pun menjawab sambil tersenyum, “Paman Hasan, tenagaku sudah habis. Boleh bantu aku gali bentar nggak?”

“Kamu lemah banget! Cuman gali rumput ini saja sudah begitu capek. Kamu harus banyak olahraga!” ucap Hasan sambil menggeleng.

Kemudian, dia meraih cangkul Wira dan mulai menggali.

Satu jam kemudian, sebidang besar tanah sudah kosong karena digali. Ember dan keranjang bambu Wira juga sudah terisi penuh dengan rumput.

Wira langsung kegirangan.

‘Dulu, anak ini cuman tahu foya-foya. Sekarang sudah miskin, rumput pun jadi kayak harta!’

Hasan menatap Wira dengan kasihan, lalu meletakkan cangkulnya dan pergi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
SAMUDRA CREATIF
ceritanya menarik sekali bikin penasaran
goodnovel comment avatar
bahar uddin
penasaran penasaran ceritanya
goodnovel comment avatar
Haris
Lanjutan nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3

    Pekerjaan yang tersisa sudah tidak terlalu sulit. Wira hanya perlu membersihkan rumputnya, lalu menghaluskannya dalam lesung batu.Setelah bekerja hingga seluruh badannya sakit, Wira baru mengumpulkan seember rumput yang sudah dihaluskan.Dia pun menjinjing ember itu sampai ke Sungai Jinggu sambil sesekali beristirahat selama perjalanan.Wira memilih tempat yang ada banyak ikan, lalu menabur tepung kedelai ke dalam sungai.Setelah ada umpan, ikannya menjadi semakin banyak. Wira pun menuangkan serpihan rumput ke dalam sungai dengan hati-hati.Seiring dengan serpihan rumput yang menyebar, satu demi satu ikan pun mulai mengapung....Tidak lama kemudian, Wira sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan besar dan lima belas ekor ikan kecil.Ikan yang besar beratnya di atas dua kilogram, sedangkan yang kecil beratnya di atas 250 gram. Wira melepaskan ikan yang lebih kecil dari itu.Setelah matahari terbenam, Wira pun pulang ke rumah.Dalam perjalanan pulang, Wira melewati sebuah gubuk jerami

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 4

    Di dunia ini, cara menangkap ikan sangat bervariatif, ada menjala, memancing dan menangkap ikan. Namun, masih belum ada yang menangkap ikan dengan obat bius.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku sudah ketemu teknik rahasia yang bisa tangkap banyak ikan. Cepat makan! Hati-hati tulangnya!”“Teknik rahasia menangkap ikan?”Wulan tidak begitu percaya. Dia menjadi waswas lagi setelah mendapat perhatian dari Wira.Namun, Wulan tidak lanjut bertanya lagi. Kedua orang itu pun mulai menyantap makanan mereka.Entah karena pemilik tubuh sebelumnya terlalu jarang makan ikan atau karena ini adalah ikan liar, Wira merasa ikan yang digoreng dengan garam ini sangat lezat. Dalam sekejap, dia pun sudah menyelesaikan santapannya.Wira melirik Wulan yang makan dengan pelan. Ikannya masih tersisa setengah.“Suamiku, aku sudah kenyang. Makan saja ikannya!”Saat melihat Wira yang menatap dirinya, Wulan pun buru-buru meletakkan sendoknya dan mendorong piring berisi ikan itu ke depan Wira.“Aku sudah kenyang ko

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 5

    Sony berdiri di depan pintu rumah Wira dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku.Wira yang melihatnya pun bertanya, “Ngapain kamu berdiri di sini?”Danu dan Doddy langsung melangkah keluar untuk mengepung Sony.Mereka merasa Sony yang pagi-pagi datang ke rumah Kak Wira pasti berniat jahat!Sony langsung terkejut dan buru-buru mundur. Dia berkata, “A ... aku ingin makan ikan!”Si Sony ini benar-benar tidak tahu malu. Wira menggeleng, lalu menjawab, “Kamu datang terlambat, ikannya sudah habis!”Sony berkata dengan cemberut, “Nanti malam masih ada, ‘kan? Asal bisa makan ikan, aku nggak masalah harus ikut banu gali rumput seharian!”Saat berkeliaran semalam, Sony menemukan bahwa keluarga Wira dan keluarga Hasan sudah makan ikan.Saat berkeliaran pagi ini, dia menemukan keluarga Wira makan ikan lagi bersama Hasan dan kedua putranya.Setelah memikirkan keuntungan yang dikatakan Wira kemarin, Sony akhirnya mengerti apa yang sudah dilewatkannya. Dia sudah kehilangan dua kesempatan untuk ma

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 6

    Namun, Wira tidak memedulikan peringatan Hasan. Dia malah berkata sambil tersenyum, “Pak Agus, bisa saja aku bagi ikannya untukmu, tapi kamu juga harus tanggung sedikit utangku! Kalau nggak mau bantu aku tanggung utangnya, kamu boleh bagi sedikit tanahmu padaku. Soalnya, tanahku juga sudah dijadikan jaminan.""Dasar anak tak tahu diri!”Selesai berbicara, Agus pun pergi dengan marah.Dia hanya menginginkan seekor ikan Wira, tetapi Wira malah menyuruhnya untuk bantu menanggung utang dan juga meminta tanahnya. Kenapa si Pemboros itu begitu tidak tahu malu!“Pak Agus, jangan pergi! Aku cuman bercanda. Jangan marah, dong!” teriak Wira.Ikan yang didapatkan Wira hari ini sangat banyak. Dia tidak akan menolak siapa pun yang meminta ikan padanya. Namun, dia tidak akan menerima orang yang menuntut sesuatu dengan alasan yang tidak masuk akal.Agus sudah marah. Setelah mendengar ucapan Wira, dia juga tidak menoleh.Warga yang mengerti maksud Wira pun tertawa terbahak-bahak.Setelah itu, Wira pun

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 7

    “Baik, suamiku!”“Jangan panggil suamiku, panggil sayang saja!”“Nggak bisa!”“Kenapa?”“Sayang itu panggilan yang terlalu mesra! Kamu baru berubah jadi baik sama aku dua hari belakangan, aku masih belum siap panggil kamu begitu.”“Oh ....”Berhubung takut membuat suaminya marah, Wulan pun mengalihkan pembicaraan, “Omong-omong, pernah ada seorang peramal yang datang ke rumahku waktu aku masih kecil. Dia bilang, aku bisa jadi istri pejabat ke depannya.”“Istri pejabat?”“Suamiku, jangan marah. Ramalan peramal itu pasti nggak tepat, mana mungkin aku bisa jadi istri pejabat! Selama kamu menginginkanku, aku bakal menemanimu seumur hidup.”...Keesokan dini hari, Hasan dan yang lainnya sudah sampai ke rumah Wira. Setelah menaruh seluruh ember berisi ikan ke atas gerobak, kelima orang itu pun berangkat ke ibu kota provinsi.Sebelum mereka berangkat, Wulan menyerahkan sebuah kantong kain merah kepada Wira, “Suamiku, kalau uang menjual ikan nggak cukup, gadaikan saja gelang ini! Kalau masih ng

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 8

    “Beri hormat ke pemilik tanah?”Setelah melihat postur sekelompok orang ini, Wira baru tersadar. “Kalian datang buat minta biaya perlindungan?”Danu dan Doddy mengepalkan tangannya dengan marah. Hasan yang berdiri di belakang Wira juga mengerutkan keningnya.Sony buru-buru berbisik pada Wira, “Wira, aku lupa kasih tahu. Dia itu bos ikan Pasar Timur, namanya Iwan Projo. Dia punya julukan ‘si Perusuh’. Anak buahnya kira-kira ada sekitar belasan orang. Dia selalu ambil keuntungan 20% dari siapa pun yang mau jual ikan di Pasar Timur.”“Dua puluh persen?”Wira langsung naik pitam. “Kalian ambil keuntungan yang lebih banyak daripada pemerintah?”Mereka sudah bersusah payah untuk menangkap ikan selama dua hari dan harus berjalan kaki ke ibu kota provinsi untuk menjual ikan. Pemerintah hanya meminta keuntungan 10%, tetapi preman-preman ini malah minta 20%?Setelah mendengarnya, Doddy langsung marah. Bahkan Danu yang biasanya sangat tenang juga mengepalkan tangannya erat-erat.Preman-preman ini

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 9

    Seorang pria paruh baya berjalan mendekat dari kejauhan.Dia mengenakan topi hitam dan seragam biru yang dipadu dengan rompi merah. Di bagian tengah rompi itu terdapat tulisan ‘Patroli’. Dia mengenakan sepatu bot, di pinggangnya juga bergantung sebilah golok.Pria itu tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak pendek. Dia terlihat seperti orang cerdik pada umumnya.Namun, kemunculannya langsung membuat seluruh Pasar Timur menjadi hening.Semua amarah yang terukir di wajah setiap pedagang langsung sirna dan digantikan dengan seulas senyum menyanjung.Pria paruh baya itu adalah petugas patroli Pasar Timur. Namanya Eko Makmur.Status seorang petugas patroli tidak termasuk tinggi di ibu kota provinsi. Akan tetapi, para penduduk juga tidak berani menyinggungnya.Di ibu kota provinsi, jabatan yang berpangkat tinggi adalah patih, pejabat sipil dan jenderal militer. Selebihnya yang tidak berpangkat adalah hakim, patroli, panitera dan sebagainya. Mereka biasanya disebut ‘pejabat’.Meskipun para pe

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 10

    Wira tiba di Toko Besi Keluarga Salim di Pasar Utara. Ini adalah toko besi paman pemilik tubuh sebelumnya.Saat berumur sekitar 10 tahun, pemilik tubuh sebelumnya tinggal di rumah pamannya ini untuk belajar.Istri pamannya sudah meninggal saat persalinan. Jadi, paman dan putrinya hanya bisa bergantung pada satu sama lain. Mereka bersikap sangat baik terhadap pemilik tubuh sebelumnya.Namun, pamannya menentang pernikahan pemilik tubuh sebelumnya dengan Wulan tiga tahun yang lalu.Bagaimanapun juga, ada rumor bahwa keluarga Linardi akan dilenyapkan. Pamannya khawatir pemilik tubuh sebelumnya akan terlibat masalah.Akan tetapi, pemilik tubuh sebelumnya malah tidak mendengar nasihat pamannya. Alhasil, hubungan mereka pun menjadi dingin.Saat menikah, pemilik tubuh sebelumnya bahkan tidak mengundang pamannya. Selama tiga tahun terakhir, dia juga tidak pernah mengunjungi pamannya.Saat tiba di depan toko besi yang tidak asing itu, Wira pun berjalan masuk.“Siapa?” Terdengar suara seseorang

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3330

    Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3329

    "Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3328

    "Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3327

    Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3326

    Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3325

    "Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3324

    "Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3323

    "Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3322

    Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status