Hasan menyimpan pisaunya dan berkata, "Tujuh Belas, kematian Panglima Dirga adalah kesalahan Kerajaan Nuala, kesalahan raja pada masa itu, dan kesalahan para pejabat. Tapi, masalah ini nggak ada hubungannya dengan para rakyat. Apa kamu tahu betapa sulitnya kehidupan kami?"Kadir menimpali dengan marah, "Aku nggak ingin bertempur untuk kerajaan kotor seperti Nuala. Aku terpaksa menjadi bandit karena nggak menguasai keterampilan lain. Kak Hasan, kenapa kamu malah bekerja untuk kerajaan? Kamu sudah lupa siapa yang mencelakai Panglima Dirga?""Kata siapa aku bekerja untuk kerajaan? Aku hanya bertani di desaku." Hasan meneruskan, "Wira yang ingin kamu bunuh adalah keponakanku!""Apa?" seru Kadir dengan terkejut. Kemudian, dia tersenyum getir seraya berkata, "Aku benar-benar nggak nyangka, kesepakatan yang kuterima malah berkaitan dengan keluarga Kak Hasan. Tapi, tawaran ini diberikan Keluarga Silali dari kabupaten."Tatapan Hasan seketika menjadi suram. Dia bertanya, "Kamu punya hubungan ap
Seorang wanita cantik tersenyum sedih seraya menjawab, "Tuan, kami sudah kehilangan kesucian. Keluarga kami mungkin lebih memilih kami mati daripada kami pulang dan membuat malu keluarga sendiri.""Huhuhu ...." Para wanita seketika menangis dengan sedih.Bukannya mereka tidak memiliki rumah, tetapi mereka tidak bisa pulang. Kepulangan mereka hanya akan mempermalukan keluarga.Wira termangu melihat situasi ini.Pada zaman ini, wanita sangat mementingkan reputasi mereka. Itu sebabnya, Wulan tidak bersedia meninggalkan suaminya meskipun sering dipukuli oleh pemilik tubuh sebelumnya.Jika para wanita ini pulang, pasti ada banyak orang yang bergosip di belakang mereka.Mereka masih bisa bertahan hidup saat berada di Desa Tiga Harimau. Begitu pulang, hinaan orang-orang akan membuat mereka sangat menderita.Saat ini juga, Wira pun menyadari betapa jahatnya para bandit ini."Kak Wira!" Sony menatap wanita cantik itu seraya berkata dengan tidak tega, "Gimana kalau kita bawa mereka ke Dusun Darm
Suara Wira terdengar sangat rendah. Setelah melihat para wanita itu, dia benar-benar murka dan ingin sekali mencabik-cabik para bandit.Namun, orang seperti Jamal akan lebih bernilai jika dilepaskan daripada dibunuh."Tuan, aku nggak tertarik dengan wanita. Yang menodai mereka adalah Kak Kadir dan Kak Heru. Tapi, setelah membentuk tim baru nanti, aku pasti akan menuruti perkataan Tuan," ujar Jamal sembari menangkupkan tangannya.Kemudian, dia langsung berjalan ke luar ruangan. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat berada di luar desa.Jamal melihat Hasan membawa Kadir yang diikat kedua tangannya. Keduanya sama-sama berjalan masuk ke Desa Tiga Harimau."Kak Kadir yang begitu hebat saja bisa ditangkap. Bawahan Tuan Wira memang luar biasa!" gumam Jamal.Setelah itu, Jamal diam-diam menyelinap keluar dari desa. Begitu tiba di tempat dia menguburkan uang, dia langsung mengambilnya dan berlari turun gunung."Kamu yang namanya Wira? Aku kira kamu sehebat apa, ternyata hanya seorang cendekia
Tiba-tiba, seseorang berteriak, "Cepat lihat! Wira dan lainnya sudah pulang!"Sekelompok orang perlahan-lahan menuju Dusun Darmadi dengan disinari matahari pagi.Terlihat Wira yang berzirah hitam sedang menunggang kuda. Sosoknya terlihat seperti seorang dewa perang.Danu, Doddy, Gavin, Gandi, Ganjar, Sony, Danur, Herman, Hamid, Yanuar, dan 23 anggota tim penangkap ikan mengikuti dengan ekspresi angkuh. Mereka bak jenderal yang baru memenangkan pertarungan.Saat ini, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada wajah mereka. Mereka dipenuhi dengan keberanian dan tidak takut menghadapi kesulitan lagi.Di belakang pasukan, tampak tiga buah kereta kuda. Yang pertama mengangkut belasan wanita, yang kedua mengikat Kadir yang berwajah ganas, sedangkan yang ketiga mengangkut banyak sekali jenazah bandit-bandit.Wira kembali dengan membawa pulang semua orang yang pergi bersamanya, tidak ada seorang pun yang kurang. Dia bahkan membawa Kadir dan begitu banyak jenazah para bandit. Wira benar-benar me
Wulan membatin, 'Duh, aku malu sekali. Aku memeluk suamiku dan bertingkah manja di hadapan begitu banyak orang!'"Hahaha!" Para penduduk desa seketika tergelak melihat tingkah Wulan."Sudah, sudah. Saatnya kita bahas masalah penting," ujar Wira sembari melambaikan tangan sehingga semua orang langsung terdiam.Kemudian, dia berkata dengan serius, "Desa Tiga Harimau sudah jatuh. Kita sudah aman sekarang. Total hadiah untuk penangkapan Kadir dan Heru adalah 1,8 juta gabak. Paman Hasan paling berjasa kali ini. Jadi, dia akan mendapat 500 ribu gabak."Para penduduk desa terkesiap mendengar nominal uang ini.Wira melanjutkan, "Danu, Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar mengejar para bandit semalam. Mereka telah mempertaruhkan nyawa. Jadi, masing-masing akan mendapat 100 ribu gabak."Danu dan Doddy sangat senang mendengarnya, tetapi mereka tetap menahan diri. Bagaimanapun, ayah mereka mendapat 500 ribu gabak.Sementara itu, Gavin dan saudaranya tampak sangat bersemangat. Mereka tidak pernah mendug
Desa Tiga Harimau memang telah lenyap. Namun, Keluarga Silali dari kabupaten yang merupakan dalang di balik semua ini masih hidup bebas di luar sana.Tim penangkap ikan dan tim pembelian bergegas mempersiapkan kereta kuda."Dia kelihatan galak sekali!""Tatapannya bahkan lebih mengerikan dari serigala!""Tapi, dia tetap saja berhasil ditaklukkan Kak Wira!"Banyak penduduk desa mengelilingi Kadir yang diikat di kereta kuda. Mereka pun melihat dari kejauhan sambil bergosip."Urus kerjaan kalian sana, jangan berkerumun di sini!" teriak Hasan yang mengusir para penduduk itu.Kemudian, dia menghampiri Kadir dengan membawa air dan menyuapinya, "Tujuh Belas, ini salahku."Hasan tahu, jika bukan karena dirinya, teman lamanya ini pasti lebih memilih untuk langsung mati daripada dipermalukan seperti ini."Kak Hasan, untuk apa sesungkan ini? Aku saja nggak keberatan untuk mati, jadi mana mungkin peduli dengan mereka?" sahut Kadir.Kemudian, dia meneruskan, "Omong-omong, bocah itu punya sedikit ka
"Kami berdua pasti ikut!" Gandi dan Ganjar meneruskan, "Kami nggak akan menyesal kalau akhirnya harus mati untuk Tuan Wira!"....Di Kediaman Silali yang terletak di kabupaten.Darius dan Mahendra duduk berhadapan. Di depan mereka, terlihat semangkuk bakso ikan yang berhasil dibeli pelayan setelah mengantre cukup lama.Setelah memakan bakso ikan, Mahendra mengernyit sembari berkata, "Ayah, Desa Tiga Harimau seharusnya sudah beraksi. Pecundang itu seharusnya juga sudah mati. Tapi, kenapa masih belum ada kabar dari mereka?"Sesudah meminum kuah, Darius meletakkan mangkuknya. Dia menjawab dengan murung, "Mahendra, sudah berapa kali kubilang, sarjana Keluarga Silali sepertimu nggak usah menanyakan pekerjaan kotor begini. Aku akan mengurus semuanya dengan baik. Lagi pula, apa yang kamu khawatirkan? Desa Tiga Harimau pasti bisa membunuh pelajar lemah itu dengan mudah."Mahendra pun mengangguk, lalu menimpali, "Ya, benar juga. Bagaimanapun, mereka bertiga sangat ganas. Keluarga kaya di kabupa
Sekelompok orang berlutut di aula pengadilan daerah. Terlihat bandit, anggota keluarga kaya, inspektur, petugas patroli, dan penduduk desa.Iqbal duduk di kursi utama. Ketika melihat berbagai bukti yang ada, amarah pun berkecamuk dalam hatinya.Dia sungguh tidak menyangka bahwa Wira bukan hanya memahami sejarah, tetapi juga menguasai cara memerintah negara.Wira bahkan begitu pintar dalam memimpin pasukan. Dia membawa sekelompok penduduk desa untuk melenyapkan Desa Tiga Harimau.Iqbal yang telah menjabat selama sebulan lebih tentu tahu betapa kejamnya para bandit di Desa Tiga Harimau.Patut diketahui bahwa Fadil yang merupakan seorang jenderal militer selalu menghabiskan jutaan gabak setiap tahunnya, tetapi masih gagal menjatuhkan Desa Tiga Harimau.Di sisi lain, Wira yang hanya membawa sekelompok penduduk desa justru berhasil memusnahkan mereka dalam semalaman. Dia benar-benar seperti seorang dewa perang!Kelahiran genius seperti ini di Kerajaan Nuala adalah keberuntungan para rakyat