Wulan membatin, 'Duh, aku malu sekali. Aku memeluk suamiku dan bertingkah manja di hadapan begitu banyak orang!'"Hahaha!" Para penduduk desa seketika tergelak melihat tingkah Wulan."Sudah, sudah. Saatnya kita bahas masalah penting," ujar Wira sembari melambaikan tangan sehingga semua orang langsung terdiam.Kemudian, dia berkata dengan serius, "Desa Tiga Harimau sudah jatuh. Kita sudah aman sekarang. Total hadiah untuk penangkapan Kadir dan Heru adalah 1,8 juta gabak. Paman Hasan paling berjasa kali ini. Jadi, dia akan mendapat 500 ribu gabak."Para penduduk desa terkesiap mendengar nominal uang ini.Wira melanjutkan, "Danu, Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar mengejar para bandit semalam. Mereka telah mempertaruhkan nyawa. Jadi, masing-masing akan mendapat 100 ribu gabak."Danu dan Doddy sangat senang mendengarnya, tetapi mereka tetap menahan diri. Bagaimanapun, ayah mereka mendapat 500 ribu gabak.Sementara itu, Gavin dan saudaranya tampak sangat bersemangat. Mereka tidak pernah mendug
Desa Tiga Harimau memang telah lenyap. Namun, Keluarga Silali dari kabupaten yang merupakan dalang di balik semua ini masih hidup bebas di luar sana.Tim penangkap ikan dan tim pembelian bergegas mempersiapkan kereta kuda."Dia kelihatan galak sekali!""Tatapannya bahkan lebih mengerikan dari serigala!""Tapi, dia tetap saja berhasil ditaklukkan Kak Wira!"Banyak penduduk desa mengelilingi Kadir yang diikat di kereta kuda. Mereka pun melihat dari kejauhan sambil bergosip."Urus kerjaan kalian sana, jangan berkerumun di sini!" teriak Hasan yang mengusir para penduduk itu.Kemudian, dia menghampiri Kadir dengan membawa air dan menyuapinya, "Tujuh Belas, ini salahku."Hasan tahu, jika bukan karena dirinya, teman lamanya ini pasti lebih memilih untuk langsung mati daripada dipermalukan seperti ini."Kak Hasan, untuk apa sesungkan ini? Aku saja nggak keberatan untuk mati, jadi mana mungkin peduli dengan mereka?" sahut Kadir.Kemudian, dia meneruskan, "Omong-omong, bocah itu punya sedikit ka
"Kami berdua pasti ikut!" Gandi dan Ganjar meneruskan, "Kami nggak akan menyesal kalau akhirnya harus mati untuk Tuan Wira!"....Di Kediaman Silali yang terletak di kabupaten.Darius dan Mahendra duduk berhadapan. Di depan mereka, terlihat semangkuk bakso ikan yang berhasil dibeli pelayan setelah mengantre cukup lama.Setelah memakan bakso ikan, Mahendra mengernyit sembari berkata, "Ayah, Desa Tiga Harimau seharusnya sudah beraksi. Pecundang itu seharusnya juga sudah mati. Tapi, kenapa masih belum ada kabar dari mereka?"Sesudah meminum kuah, Darius meletakkan mangkuknya. Dia menjawab dengan murung, "Mahendra, sudah berapa kali kubilang, sarjana Keluarga Silali sepertimu nggak usah menanyakan pekerjaan kotor begini. Aku akan mengurus semuanya dengan baik. Lagi pula, apa yang kamu khawatirkan? Desa Tiga Harimau pasti bisa membunuh pelajar lemah itu dengan mudah."Mahendra pun mengangguk, lalu menimpali, "Ya, benar juga. Bagaimanapun, mereka bertiga sangat ganas. Keluarga kaya di kabupa
Sekelompok orang berlutut di aula pengadilan daerah. Terlihat bandit, anggota keluarga kaya, inspektur, petugas patroli, dan penduduk desa.Iqbal duduk di kursi utama. Ketika melihat berbagai bukti yang ada, amarah pun berkecamuk dalam hatinya.Dia sungguh tidak menyangka bahwa Wira bukan hanya memahami sejarah, tetapi juga menguasai cara memerintah negara.Wira bahkan begitu pintar dalam memimpin pasukan. Dia membawa sekelompok penduduk desa untuk melenyapkan Desa Tiga Harimau.Iqbal yang telah menjabat selama sebulan lebih tentu tahu betapa kejamnya para bandit di Desa Tiga Harimau.Patut diketahui bahwa Fadil yang merupakan seorang jenderal militer selalu menghabiskan jutaan gabak setiap tahunnya, tetapi masih gagal menjatuhkan Desa Tiga Harimau.Di sisi lain, Wira yang hanya membawa sekelompok penduduk desa justru berhasil memusnahkan mereka dalam semalaman. Dia benar-benar seperti seorang dewa perang!Kelahiran genius seperti ini di Kerajaan Nuala adalah keberuntungan para rakyat
Bam!Iqbal memukul meja dengan palu di tangannya, lalu berseru, "Berteriak di pengadilan, hukumannya 10 kali tamparan!"Plak! Plak! Plak!Dua petugas pengadilan bergegas menghampiri dan memukul dengan tongkat sebanyak 10 kali. Mulut Darius seketika berlumuran darah. Dia pun menangis tersedu-sedu seraya mengeluh."Hukuman untuk kasus ini adalah ...." Tepat ketika Iqbal kembali mengangkat palunya dan hendak mengumumkan hukuman, lagi-lagi terjadi sesuatu di luar dugaannya.Seorang pria paruh baya tiba-tiba masuk ke pengadilan daerah. Dia bertubuh tinggi dan tegap, bermata tajam, dan memiliki sebuah golok di pinggangnya.Orang ini tidak lain adalah Fadil Kaban, Jenderal Militer Kabupaten Uswal.Jenderal militer bertanggung jawab atas keamanan suatu kabupaten. Dia adalah pemimpin dari para petugas keamanan, prajurit, petugas patroli, dan pemanah. Dia memiliki kekuatan terbesar di seluruh kabupaten.Menangkap perampok dan melenyapkan bandit pun merupakan tugas seorang jenderal militer.Begit
Veteran yang direkrut oleh Iqbal hanya bisa memanah sebanyak 20 kali berturut-turut. Bahkan, panah yang diluncurkannya akan makin lama makin tidak akurat.Iqbal pun mengernyit melihat situasi ini. Dia tidak mahir dalam urusan militer, tetapi tahu bahwa prajurit elite hanya bisa memanah sebanyak 20 sampai 30 kali.Lantas, mengapa Hasan ini berani membual seperti itu?Namun, Iqbal yakin bahwa Wira tidak mungkin mengutus orang ceroboh kemari. Mungkin, Hasan ini memang memiliki kemampuan seperti itu.Saat ini, Hasan menarik busurnya dan memasang anak panah.Brr brr brr .... Whoosh whoosh whoosh ....Tali busur bergetar, sedangkan anak panah memelesat di udara. Setiap serangannya tepat mengenai sasaran!Hasan memanah sebanyak 20 kali, 30 kali, 40 kali, dan akhirnya 50 kali!Tidak ada satu pun anak panah yang memeleset!Semua orang yang berada di aula pengadilan daerah tercengang melihat kejadian ini.Teknik panah dan kekuatan lengan Hasan telah melampaui level orang biasa. Seorang jenderal
Radit dan Fadil sungguh tercengang mendengarnya.Pada tahun itu, Panglima Dirga membentuk Pasukan Zirah Hitam. Tidak ada seorang pun yang berani menolak untuk tunduk pada pasukan ini.Sementara itu, prajurit pribadinya sudah pasti adalah yang paling elite. Mereka sanggup melawan 10 orang sendirian.Para pemilik zirah hitam ini memiliki kekuatan tempur yang sangat luar biasa.Peringkat pengawal pribadi pun diurutkan sesuai jumlah pembantaian mereka. Orang yang menduduki 100 besar memiliki pencapaian besar dalam pertempuran.Menurut rumor, pengawal pribadi pertama Panglima Dirga telah mengikutinya bertempur ke mana-mana. Jumlah orang yang dibunuhnya pun tak terhitung lagi.Jika tidak terjadi kecelakaan waktu itu, pengawal pribadi Panglima Dirga sudah menjadi pejabat sekarang. Pangkatnya bahkan di atas mereka semua yang ada di sini.Meskipun demikian, masih ada para petinggi yang turun tangan melindungi para pengawal pribadi itu agar mereka bisa kembali ke medan perang dan menghentikan ba
Kemudian, Iqbal melanjutkan, "Hasan, Zabran, dan penduduk Dusun Darmadi lainnya telah berjasa karena menjatuhkan Desa Tiga Harimau. Mereka telah memberantas bahaya untuk Kabupaten Uswal.""Sesuai jumlah hadiah yang ada, mereka akan mendapat 1 juta gabak untuk penangkapan Kadir, 800 ribu gabak untuk pembunuhan Heru, dan masing-masing bandit dihitung 10 ribu gabak per kepala. Perintahkan departemen yang terkait untuk menyediakan 2,3 juta gabak sebagai hadiahnya!" jelas Iqbal."Terima kasih, Yang Mulia!" Hasan memimpin para penduduk desa memberi hormat.Mendengar keputusan ini, Danu tetap tenang seperti biasanya. Sementara itu, Doddy, Sony, Danur, Herman, dan Hamid justru tampak sangat senang.Mereka sudah beberapa kali datang ke aula pengadilan daerah. Jadi, mereka sudah cukup familier dan tidak ketakutan seperti sebelumnya lagi.Apalagi, mereka pernah melihat pemimpin kabupaten ini bersikap sangat hormat kepada Wira.Sejak kejadian ini, setiap ada penduduk Dusun Darmadi yang datang ke p
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s
Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih
"Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan
"Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me
Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber