Veteran yang direkrut oleh Iqbal hanya bisa memanah sebanyak 20 kali berturut-turut. Bahkan, panah yang diluncurkannya akan makin lama makin tidak akurat.Iqbal pun mengernyit melihat situasi ini. Dia tidak mahir dalam urusan militer, tetapi tahu bahwa prajurit elite hanya bisa memanah sebanyak 20 sampai 30 kali.Lantas, mengapa Hasan ini berani membual seperti itu?Namun, Iqbal yakin bahwa Wira tidak mungkin mengutus orang ceroboh kemari. Mungkin, Hasan ini memang memiliki kemampuan seperti itu.Saat ini, Hasan menarik busurnya dan memasang anak panah.Brr brr brr .... Whoosh whoosh whoosh ....Tali busur bergetar, sedangkan anak panah memelesat di udara. Setiap serangannya tepat mengenai sasaran!Hasan memanah sebanyak 20 kali, 30 kali, 40 kali, dan akhirnya 50 kali!Tidak ada satu pun anak panah yang memeleset!Semua orang yang berada di aula pengadilan daerah tercengang melihat kejadian ini.Teknik panah dan kekuatan lengan Hasan telah melampaui level orang biasa. Seorang jenderal
Radit dan Fadil sungguh tercengang mendengarnya.Pada tahun itu, Panglima Dirga membentuk Pasukan Zirah Hitam. Tidak ada seorang pun yang berani menolak untuk tunduk pada pasukan ini.Sementara itu, prajurit pribadinya sudah pasti adalah yang paling elite. Mereka sanggup melawan 10 orang sendirian.Para pemilik zirah hitam ini memiliki kekuatan tempur yang sangat luar biasa.Peringkat pengawal pribadi pun diurutkan sesuai jumlah pembantaian mereka. Orang yang menduduki 100 besar memiliki pencapaian besar dalam pertempuran.Menurut rumor, pengawal pribadi pertama Panglima Dirga telah mengikutinya bertempur ke mana-mana. Jumlah orang yang dibunuhnya pun tak terhitung lagi.Jika tidak terjadi kecelakaan waktu itu, pengawal pribadi Panglima Dirga sudah menjadi pejabat sekarang. Pangkatnya bahkan di atas mereka semua yang ada di sini.Meskipun demikian, masih ada para petinggi yang turun tangan melindungi para pengawal pribadi itu agar mereka bisa kembali ke medan perang dan menghentikan ba
Kemudian, Iqbal melanjutkan, "Hasan, Zabran, dan penduduk Dusun Darmadi lainnya telah berjasa karena menjatuhkan Desa Tiga Harimau. Mereka telah memberantas bahaya untuk Kabupaten Uswal.""Sesuai jumlah hadiah yang ada, mereka akan mendapat 1 juta gabak untuk penangkapan Kadir, 800 ribu gabak untuk pembunuhan Heru, dan masing-masing bandit dihitung 10 ribu gabak per kepala. Perintahkan departemen yang terkait untuk menyediakan 2,3 juta gabak sebagai hadiahnya!" jelas Iqbal."Terima kasih, Yang Mulia!" Hasan memimpin para penduduk desa memberi hormat.Mendengar keputusan ini, Danu tetap tenang seperti biasanya. Sementara itu, Doddy, Sony, Danur, Herman, dan Hamid justru tampak sangat senang.Mereka sudah beberapa kali datang ke aula pengadilan daerah. Jadi, mereka sudah cukup familier dan tidak ketakutan seperti sebelumnya lagi.Apalagi, mereka pernah melihat pemimpin kabupaten ini bersikap sangat hormat kepada Wira.Sejak kejadian ini, setiap ada penduduk Dusun Darmadi yang datang ke p
Bahkan, Mahendra yakin dia bisa membuat Wira si pecundang itu mati mengenaskan suatu hari nanti.Seorang pelayan menghampiri dengan membawa nampan berisi uang perak. Dia berkata, "Tuan Muda Mahendra, Tuan Muda Harsa bilang dia nggak bisa membantumu. Uang ini adalah niat baik darinya. Kelak, Keluarga Silali dan Keluarga Linardi nggak punya hubungan apa pun lagi."Selesai berbicara, pelayan itu langsung berbalik dan menutup pintu kediaman.Mahendra termangu untuk sesaat. Dia tiba-tiba melemparkan nampan di tangannya, lalu memukul pintu dengan marah sambil berteriak, "Harsa, kamu kira aku ini pengemis? Kalau bukan karena adikmu, mana mungkin Keluarga Silali jadi begini sekarang. Cepat keluar kamu! Kamu harus memberiku penjelasan!"Di dalam Kediaman Linardi, Harsa mengernyit mendengarnya. Dia memang berharap adiknya berpisah dengan Wira, tetapi tidak pernah berpikiran untuk menyuruh orang membunuh Wira.Jika tahu Keluarga Silali begitu kejam, Harsa tentu tidak akan meladeni mereka ataupun
Kemal memicingkan matanya sembari menimpali, "Pak Dimas, kamu ingin menurunkan jabatan pemimpin kabupaten semudah itu? Orang yang nggak tahu apa-apa mungkin akan mengira kamu ini sudah ganti profesi menjadi menteri personalia."Kerajaan Nuala memiliki seorang penasihat kanan, seorang penasihat kiri, dan enam orang menteri. Masing-masing pun memiliki dua orang sekretaris.Tahap awal pekerjaan adalah menangani semua pengajuan, lalu diserahkan kepada raja untuk dibaca. Pada akhirnya, dewan pengawas akan mengecap dengan segel dan menyebarkannya ke seluruh negeri.Enam kementerian dibagi menjadi kementerian personalia, kementerian ritus, kementerian perang, kementerian keadilan, kementerian perekonomian, dan kementerian perindustrian.Keenam kementerian ini berhak untuk mengevaluasi ataupun memecat para pejabat.Kementerian perindustrian adalah adalah fondasi keenam kementerian ini. Mereka memegang kendali atas segala proyek nasional sehingga pekerjaan mereka paling melelahkan.Ekspresi Dim
Menteri ritus dan perang langsung menentang pendapat faksi penasihat kiri.Dalam sekejap, faksi penasihat kiri dan kanan mulai berdebat dengan sengit.Menteri ritus membaca surat pengajuan tersebut dengan saksama tanpa menghiraukan lingkungan sekitarnya. Tidak terlihat emosi apa pun di wajahnya."Lakukan pemungutan suara!" kata Ardi tiba-tiba. Kemudian, dia menambahkan, "Aku rasa strategi ini kurang sesuai.""Aku juga rasa begitu," ujar menteri perekonomian, keadilan, dan perindustrian dengan serentak. Mereka juga menentang strategi yang diusulkan Iqbal.Melihat situasi ini, Kemal mengernyit dengan geram. Dia ingin sekali meninggalkan tempat ini secepat mungkin.Setiap kali melakukan pemungutan suara, mereka selalu gagal menjalankan hal yang bermanfaat untuk rakyat dan negara.Menurut Kemal, jabatan penasihat kiri ini sungguh tidak berguna!Tiba-tiba, Gatot Handoyo sang menteri personalia yang sedari tadi diam tergelak dan berkata, "Memang ada yang kurang sesuai, tapi ada beberapa bagi
"Orang yang memberi usul ini pasti ingin mencelakai Kerajaan Nuala. Dia seharusnya dibawa ke ibu kota untuk menerima hukuman!" teriak seseorang dari faksi penasihat kanan."Iqbal juga sudah memikirkan strategi untuk mengatasi para perampok dan mata-mata!""Meruntuhkan tembok pasar, meningkatkan bisnis, dan mengembangkan hiburan malam. Tiga ide ini bisa meningkatkan pembayaran pajak dan meningkatkan transaksi. Dengan begini, pajak yang diterima istana akan bertambah!""Yang Mulia, ini adalah strategi yang sangat brilian dan langka. Orang yang memberi usul justru harus diberi penghargaan. Kalau tidak, genius mana yang bersedia membuatkan strategi untuk istana lagi?""Saya setuju. Yang Mulia seharusnya memberi hadiah kepada Iqbal dan Wira yang telah memberi usul ini."Faksi penasihat kiri bergegas maju untuk memberi dukungan."Hehe." Raja Bakir tersenyum melihat perdebatan antara kedua faksi. Setelah aula istana diam, dia baru bertanya, "Gatot, bagaimana menurutmu?""Yang Mulia, jika temb
Gandi dan Ganjar melirik Gavin sekilas. Keduanya menunduk tanpa berkata-kata."Nggak, nggak ada masalah. Ibu kami sakit, jadi kami mencari tabib untuknya," jawab Gandi dengan wajah memerah.Wira bertanya dengan prihatin, "Apa kata tabib? Apa kondisi ibu kalian parah?"Pada zaman ini, masyarakat kekurangan obat dan ilmu medis. Penyakit flu bahkan bisa membunuh seseorang.Gavin menunduk seraya menyahut dengan terbata-bata, "Ee ... nggak parah. Tabib bilang cukup makan obat."Wira berpesan, "Orang tua memang lemah. Kalian harus memberinya makanan yang lebih bernutrisi, seperti telur, ikan, dan daging. Kalau ada yang punya sapi atau kambing yang melahirkan, minta sedikit susu dari mereka. Kalian tinggal memasaknya untuk ibu kalian. Susu seperti ini sangat menyehatkan.""Jangan mencoba berhemat. Kalau sampai penyakitnya parah, uang pun belum tentu bisa menyelamatkannya lagi," ujar Wira untuk memperingatkan.Pada zaman ini, orang dari keluarga biasa kurang mengonsumsi protein.Meskipun gaji
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man
Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka
Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru
Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida