Wira mengikuti Lestari dengan kebingungan. Entah apa yang akan dikatakan wanita ini kepadanya.Lestari menunjuk tiga kendi yang ada di halaman, lalu berujar, "Sesuai dengan instruksimu, aku dan ayahku mencari perajin tembikar, lalu membuat 20-an gelas tanah liat dengan ukuran berbeda dan membangun 3 tanur untuk membakarnya.""Biaya yang kami habiskan untuk ini sudah mencapai 50 ribu gabak. Semua uang itu hanya untuk membuat 3 kendi jelek ini. Kalau dihitung keseluruhannya, total uang yang dihabiskan adalah 100 ribu gabak!" seru Lestari.Ketika melihat 3 kendi jelek yang tidak berbeda dengan kendi seharga puluhan gabak di jalanan, Doddy pun merasa sangat sayang dengan uang-uang itu sehingga berteriak, "Mahal sekali!"Doddy bekerja dengan susah payah selama 3 hari, bahkan difitnah pergi ke rumah bordil. Alhasil, Wira malah membuat benda jelek ini.'Apa mungkin Kak Wira hanya mau menghamburkan uangnya?' batin Doddy."Harga segitu pantas kok," ujar Wira sambil mengambil mortar tanah liat g
Waktu itu, Lestari sangat tidak tega untuk mengatakan Wira hanya tahu menghamburkan uang. Bagaimanapun, dia merasa sangat senang dengan hasilnya.Dia pun memutuskan untuk tidak akan menyalahkan Wira jika mortar ini gagal melelehkan besi nanti."Besinya sudah cair!" teriak Doddy tiba-tiba.Gavin dan saudaranya bergegas menjulurkan kepala untuk melihat. Mereka berseru dengan kaget, "Benar-benar berhasil!""Ya! Besi gubalnya sudah meleleh menjadi besi cair! Kita berhasil!" teriak Suryadi dengan gembira sambil mengaduknya dengan tongkat besi. Penampilannya seperti anak kecil yang kegirangan.Lestari yang sedang melamun sontak berdiri. Dia berlari ke samping tungku, lalu menatap besi cair di dalam mortar. Api merah pun memantulkan wajahnya yang dipenuhi keterkejutan.Sebagai putri seorang tukang besi, dia tentu mengerti apa maksud dari besi gubal yang meleleh.Ini adalah baja yang sangat bagus. Jika ditempa menjadi pedang, mereka bisa menjualnya seharga ratusan ribu hingga jutaan gabak."Wi
Ketika masih kecil, keduanya sering tidur sekamar, bahkan seranjang.Namun, karena sudah dewasa sekarang, pria dan wanita tentu harus menjaga jarak. Paman mereka malah masih menganggap mereka sebagai anak kecil.Sebenarnya, hal ini juga bisa dimengerti. Mana mungkin tukang besi kasar seperti pamannya bisa mempertimbangkan begitu banyak hal?Wajah Lestari pun memerah. Dia berkata, "Kalau gitu, kamu tidur di lantai."Wira mengangkat alisnya seraya menimpali, "Paman bilang tubuhku lemah. Jadi, dia menyuruhku tidur di ranjang, kamu yang tidur di lantai.""Ayah benar-benar pilih kasih. Aku nggak mau jadi putrinya lagi!" maki Lestari sambil mengambil kasur tipis.Setelah Lestari meletakkannya dengan baik, Wira langsung berbaring di atasnya dengan meletakkan kedua tangan di belakang kepala.Lestari pun menariknya dengan kesal sembari mengomel, "Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri. Ini tempat tidurku!"Wira berbaring dengan santai seraya berkata, "Aku sangat capek, nggak mau naik ke ranjang l
Lestari sangat curiga pada ketajaman pisau yang dibuat dari urine hewan itu. Sebenarnya, ini bukan pisau biasa, melainkan pisau panjang yang menyerupai pedang.“Pasti tajam!” Sebagai seorang tukang besi, Suryadi merasa sangat yakin. Kemudian, dia memberi perintah, “Bawa baju zirahnya kemari!”Untuk menguji ketajaman pedang ini, Suryadi sudah membeli baju zirah kulit di pagi hari. Berlapis-lapis baju zirah kulit itu ditumpuk di atas bangku.Syut! Suryadi menebaskan pedang itu, lalu selapis demi selapis baju zirah itu pun robek.Wira tidak menghitung ada berapa banyak lapis baju zirah yang robek. Menurut sejarah teknik material, seorang ahli senjata dari Dinasti Utasel pernah membuat pedang dengan cara membungkus baja, lalu menggunakan metode pendinginan dan pemanasan ganda. Pedang yang dibuat dengan metode ini bisa menembus 30 lapis baju zirah kulit.Dengan baja karbon tinggi yang kualitasnya semakin bagus, pedang yang dihasilkan juga akan semakin tajam. Baju zirah yang ditembus pedang
Krak! Pedang Treksha yang dipegang Doddy masih utuh, tetapi pedang yang dipegang Gavin sudah putus.“Wira, ini benar-benar senjata ajaib yang nggak ternilai harganya!” seru Suryadi dengan gembira sambil berlinang air mata.Lestari menutup mulutnya dengan terkejut. Dia menyaksikan situasi ini dengan ekspresi tidak percaya.Wira tertawa pelan, lalu menjawab, “Biasa saja kok, tapi bisa digunakan!”Sebagai seseorang yang memiliki gelar doktor dalam teknik material, Wira bahkan pernah melihat pedang yang lebih tajam dari Pedang Treksha. Dapat dikatakan bahwa bukan Pedang Treksha yang hebat, melainkan pedang Gavin yang terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan serangan Pedang Treksha.Sebenarnya, membungkus besi gubal dengan baja karbon tinggi adalah metode membungkus baja yang paling mendasar. Ada juga metode membungkus besi tempa dan unsur logam lainnya yang lebih rumit. Namun, metode membungkus baja level terendah sudah merupakan metode yang jauh melampaui kemajuan masyarakat era ini dan
Wira pun berhenti latihan. Saat melihat Lestari membuka pintu dengan agak ketakutan, Wira bertanya, “Siapa yang datang?”Lestari berbisik, “Pak Hendra!”“Nggak usah takut!” hibur Wira. Kemudian, dia membuka pintu dan berjalan ke luar.Doddy keluar dengan membawa Pedang Treksha dan diikuti Gavin beserta saudara-saudaranya. Di depan toko besi, terdapat sebuah kereta kuda mewah. Hendra, putra ketiga Keluarga Sutedja itu menutup hidungnya dengan saputangan. Dia merasa lingkungan di sekitarnya sangat kotor.Begitu melihat Wira, Hendra memicingkan matanya dan berkata, “Tak disangka, Tuan Wira dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu ternyata adalah seorang pelajar dari Dusun Darmadi. Pelayanmu ternyata adalah putri seorang tukang besi, dan Suryadi ternyata adalah pamanmu! Selain itu, gula putih yang kamu jual bukan berasal dari barat, melainkan yang kamu hasilkan sendiri!”Beberapa hari yang lalu, Hendra bertemu dengan Mahendra dan sudah bertanya dengan jelas mengenai identitas Wira. Awalnya, He
“Kalau Keluarga Sutedja merasa begitu kesulitan, kita nggak perlu kerja sama lagi!” Wira tersenyum sinis dan melanjutkan, “Waktu aku bekerja sama dengan Keluarga Wibowo sebelumnya, Nona Dian bahkan nggak tawar-menawar waktu membeli sabun. Hari ini, aku akan menawarkan gula putih kepadanya. Mari kita lihat apakah dia akan merasa keberatan atau nggak.”Ekspresi Hendra langsung berubah. Dia buru-buru tersenyum menyanjung dan berkata, “Wira, yang namanya berbisnis itu harus mementingkan urutan. Lagian, kerja sama kita baik-baik saja, ‘kan? Kamu nggak boleh ganti haluan segampang itu, dong.”Wira mencibir, “Aku selalu memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukanku. Aku tahu apa niatmu. Kalau kamu menyingkirkan niat jahatmu, kita masih bisa lanjut bekerja sama. Kalau nggak, kerja sama kita berakhir sampai di sini saja. Kamu kira aku takut pada Keluarga Sutedja? Memangnya kalian lebih hebat daripada Desa Tiga Harimau?”Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar sudah bersiap untuk menyerang
Selama ini, seorang senior yang selalu mengatur pernikahan juniornya. Mana ada seorang junior yang mengatur pernikahan seniornya?Wira bertanya sambil tersenyum, “Lestari, kalau Paman suka sama dia, kenapa kamu nggak suruh orang untuk menjodohkan mereka?”Lestari menjulingkan matanya dan menjawab, “Dulu, kami nggak punya cukup uang. Waktu kamu kasih kami seratusan ribu gabak, aku sudah berencana untuk cari makcomblang dan mengatur hal ini untuk Ayah. Alhasil, kamu malah bilang mau membuat mortar. Untuk beli bahan dan tungku pembakarannya saja, kita sudah habiskan 100 ribu gabak. Ayah merasa uangnya nggak cukup dan membatalkan niatnya untuk menikah.”“Diam!” Suryadi melambaikan tangannya dengan malu dan berkata, “Wira, jangan dengar omong kosongnya!”“Paman, ini masalah serius!” Wira berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau Keluarga Sutedja sudah mengantar uangnya kemari, aku akan memberimu sejuta gabak. Cepat selesaikan masalah ini! Kalau ragu terus dan ada orang lain yang duluan melamar
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man
Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka
Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru
Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida