Share

Bab 135

Penulis: Arif
Selama ini, seorang senior yang selalu mengatur pernikahan juniornya. Mana ada seorang junior yang mengatur pernikahan seniornya?

Wira bertanya sambil tersenyum, “Lestari, kalau Paman suka sama dia, kenapa kamu nggak suruh orang untuk menjodohkan mereka?”

Lestari menjulingkan matanya dan menjawab, “Dulu, kami nggak punya cukup uang. Waktu kamu kasih kami seratusan ribu gabak, aku sudah berencana untuk cari makcomblang dan mengatur hal ini untuk Ayah. Alhasil, kamu malah bilang mau membuat mortar. Untuk beli bahan dan tungku pembakarannya saja, kita sudah habiskan 100 ribu gabak. Ayah merasa uangnya nggak cukup dan membatalkan niatnya untuk menikah.”

“Diam!” Suryadi melambaikan tangannya dengan malu dan berkata, “Wira, jangan dengar omong kosongnya!”

“Paman, ini masalah serius!” Wira berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau Keluarga Sutedja sudah mengantar uangnya kemari, aku akan memberimu sejuta gabak. Cepat selesaikan masalah ini! Kalau ragu terus dan ada orang lain yang duluan melamar
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
oen hanabi
Sangat menarik ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 136

    “Kompetisi Puisi Naga?” Wira menerima undangan itu, lalu membukanya dan berkata sambil menggeleng, “Aku nggak tertarik sama kompetisi puisi.”Pada akhir Dinasti Jenggara, muncul seorang pahlawan hebat. Raja pertama Kerajaan Nuala berperang di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, mengalahkan pesaing segenerasinya, lalu menetapkan dasar untuk membangun kerajaan yang kuat.Setelah kemenangannya, dia menulis sebuah puisi mengenai pertempuran. Selanjutnya, ada seorang gubernur setempat yang mendirikan sebuah asosiasi, lalu mengumpulkan para sarjana untuk mengadakan kompetisi puisi. Tradisi ini pun dilanjutkan dari generasi ke generasi.Pada akhirnya, keluarga kerajaan juga berpartisipasi dalam kompetisi ini sehingga persyaratan untuk berpartisipasi juga menjadi semakin tinggi. Awalnya, para pelajar boleh berpartisipasi. Kemudian, persyaratannya berangsur-angsur naik menjadi pelajar yang belum berhasil melewati ujian kerajaan, sarjana kabupaten, dan pada akhirnya menjadi sarjana provinsi.Si

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 137

    “Coba kulihat!” kata Wira sambil mengambil peta itu.Peta itu tidak besar dan menunjukkan rute dari Kabupaten Uswal hingga Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Dalam sepanjang perjalanan, mereka akan melewati kota kabupaten, pasar, sungai, pegunungan, jalan biasa, jalan gunung, pos militer, dan penginapan. Peta ini digambar dengan tangan dan sangat sederhana.Begitu Wira mengambil peta itu dari tangannya, ekspresi Regan langsung berubah. Di sisi lain, Iqbal juga membalikkan badan tanpa mengatakan apa-apa.Peta merupakan barang terlarang di masyarakat. Rakyat biasa dilarang untuk menyimpan atau menggambar peta, sedangkan para pedagang boleh menyimpan peta sederhana. Namun, peta itu juga hanya berisi rute perdagangan dan pengiriman.Peta yang dimiliki Regan adalah peta yang lebih mendetail daripada peta yang dimiliki para pedagang, tetapi lebih sederhana daripada peta yang digunakan prajurit militer. Menurut logika, orang biasa tidak boleh melihatnya. Namun, jika Iqbal menutup sebelah mata, R

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 138

    “Terima kasih, Tuan!” ujar Iqbal sambil menerima tujuh batang sabun itu.Kemudian, Iqbal berpikir dengan bingung, ‘Apa Tuan Wira punya maksud lain dengan memberiku begitu banyak sabun dan juga menyuruhku membaginya kepada para bawahan? Dia mau aku mendisiplinkan para pejabat kecil supaya mereka nggak memeras rakyat biasa? Benar juga! Setelah mengatur para pejabat dengan baik, situasi seluruh negara juga akan menjadi lebih baik. Tenang saja, Tuan. Aku pasti akan mendisiplinkan para pejabat daerah ini agar rakyat bisa hidup damai!’Setelah melihat kepergian Iqbal dan Regan, Wira pun berdesah. Iqbal sangat jujur dan hanya memerintahkan para bawahannya untuk bekerja tanpa memberikan mereka tambahan keuntungan. Namun, para pejabat kecil juga harus menghidupi keluarga. Wira memberikan beberapa sabun kepada Iqbal agar dia bisa memenangkan hati para bawahannya.Suryadi yang dari tadi melongo bertanya dengan terbata-bata, “Wi ... Wira, siapa orang yang baru pergi barusan?”Sebagai tukang besi y

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 139

    Iqbal mengenakan pakaian berwarna hijau, sedangkan Radit mengenakan pakaian berwarna hitam.Seragam pejabat di Kerajaan Nuala terbagi atas beberapa tingkatan. Seragam pejabat tingkat kedelapan dan kesembilan berwarna hitam. Seragam pejabat peringkat keenam dan ketujuh berwarna hijau. Seragam pejabat tingkat keempat dan kelima berwarna merah. Seragam pejabat di tingkat ketiga, kedua, dan pertama berwarna ungu. Seorang raja akan mengenakan jubah yang memiliki bordir naga. Oleh karena itu, pembagian tingkatan ini sangat jelas dan bisa langsung dibedakan.“Hormat kepada Pak Iqbal dan Pak Radit!” Semua orang berlutut untuk memberi hormat. Meskipun para pedagang sangat kaya, mereka memiliki status yang paling rendah. Saat bertemu dengan pemimpin kabupaten, mereka harus berlutut untuk memberi hormat.Gavin juga berlutut sambil melamun. Jangankan pejabat setinggi Iqbal, dia bahkan pernah berlutut untuk memberi hormat kepada pejabat kecil seperti petugas patroli, kepala desa, dan petugas pajak.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 140

    Namun, Dian juga tidak bersedia untuk menderita kerugian yang terlalu banyak. Bagaimanapun juga, perdagangan garam membutuhkan banyak tenaga kerja. Akhir-akhir ini, keluarga mereka sudah mendapat pasokan sabun dan sedang berupaya untuk menjualnya ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dengan harapan bisa menjadi distributor provinsi. Jadi, Keluarga Wibowo sedang kekurangan tenaga kerja. Jika kerugian dari perdagangan garam terlalu besar, mereka juga tidak mungkin merekrut orang lagi.“Dian, kamu nekat sekali!” Husni terkekeh, lalu berkata, “Paman akan menerima tawaranmu, aku tambah satu gabak lagi!”Meskipun akan rugi tahun depan, Husni harus mendapatkan kupon garam ini dan menambahkan peluang untuk keluarganya.“Harganya sudah naik sampai 21 gabak! Pak Husni nekat sekali! Selamat kepada Keluarga Sutedja!”Belasan pedagang menangkupkan tangan mereka sambil memberi selamat pada Husni, seolah-olah Keluarga Sutedja sudah pasti mendapatkan kupon garamnya. Husni tersenyum lebar sebagai balasan,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 141

    “Berhubung Pak Iqbal sudah berkata seperti itu, serahkan saja kupon garamnya kepada Keluarga Darmadi!” dengus Husni. Kemudian, Husni, Dian, dan belasan pedagang lainnya pun pergi.Gavin menyerahkan uang yang dibawanya, lalu menunggu pihak pengadilan menulis surat perjanjian. Setelah itu, acara lelang kupon garam ini baru selesai.Setelah keluar dari pengadilan daerah, Gavin berjalan mendekati sebuah kereta kuda dan menyerahkan seikat kupon garam kepada orang di dalamnya.Wira menerima kupon itu. Selain sebaris kalimat tulisan tangan, kupon itu juga dipenuhi dengan stempel.[ Tahun Makmur Keenam, Tambak Garam Fica di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu memasok 50.000 kilogram garam untuk Kabupaten Uswal. ]Suryadi membelalakkan matanya dan bertanya, “Pasokan garam setahun kabupaten kita hanya bergantung pada beberapa lembar kupon ini?”“Kak Wira, aku mau lihat!” ujar Lestari sambil mengelap tangannya, seolah-olah takut mengotori kupon itu. Wira pun menyerahkan kuponnya kepada Lestari. Setel

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 142

    “Kamu nggak ngerti!” ujar Wira. Setelah itu, dia langsung memalingkan wajah karena malas meladeni Lestari lagi.Setelah bertemu dengan Dian dua kali berturut-turut, Wira sudah menyadari bahwa Dian bukan hanya mahir dalam manajemen, tetapi juga memiliki intuisi yang tajam. Dian termasuk orang berbakat yang jarang ditemui. Jika bisa mendapatkan bantuan dari orang seperti Dian, Wira sudah bisa tenang dalam melakukan banyak hal.“Wira, maklumi Lestari ya!” Suryadi berkata, “Tapi, jangan berpikiran untuk mendekati Nona Dian. Dia sudah menikah tiga kali dan ketiga suaminya itu meninggal muda. Semua orang di kabupaten tahu mengenai hal ini. Ada yang bilang kalau dia itu siluman rubah atau siluman harimau apa gitu. Pokoknya, siapa saja yang berhubungan dengannya pasti mati. Kamu itu satu-satunya penerus keluarga. Jangan berpikiran aneh-aneh ya!”“Paman, aku bahkan belum pernah melihat wajahnya, mana mungkin aku terpikat padanya?” Wira merasa sangat tidak berdaya dan bertanya, “Lagian, apa aku

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 143

    Mata Hasan langsung berbinar. Dia menjawab, “Sepuluh lapis!”Meskipun masih belum sebanding dengan golok hitamnya, pedang ini sudah jauh lebih bagus daripada pedang biasa.Doddy berkata dengan frustasi, “Ayah, ini pedang buatan Kak Wira, masa cuma bisa menembus 10 lapis? Bisa nggak Ayah menebak dengan lebih berani lagi?”Hasan bertanya dengan ragu, “Dua puluh lapis?”Golok hitamnya bisa menembus 20 lapis baju zirah kulit. Jadi, pedang ini juga sudah sama mengesankannya apabila bisa mencapai tingkat ketajaman golok hitamnya.Doddy menutup matanya sambil berbalik, lalu berkata, “Apa kamu masih ayahku? Kenapa kamu sama sekali nggak mirip denganku? Jangan begitu takut dong! Ayo tebak angka yang lebih besar lagi!”Hasan menebak dengan gemetar, “Em ... empat puluh lapis?”Doddy berkata dengan ekspresi tidak berdaya, “Ayah, aku nggak mau bicara sama kamu lagi. Sudah tebak begitu lama masih salah. Uji saja sendiri! Angka yang kamu sebutkan benar-benar terlalu meremehkan Kak Wira ....”Ekspresi

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2966

    "Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2965

    Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2964

    Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2963

    Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2962

    "Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2961

    "Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2960

    Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2959

    "Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2958

    Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status