“Kamu nggak ngerti!” ujar Wira. Setelah itu, dia langsung memalingkan wajah karena malas meladeni Lestari lagi.Setelah bertemu dengan Dian dua kali berturut-turut, Wira sudah menyadari bahwa Dian bukan hanya mahir dalam manajemen, tetapi juga memiliki intuisi yang tajam. Dian termasuk orang berbakat yang jarang ditemui. Jika bisa mendapatkan bantuan dari orang seperti Dian, Wira sudah bisa tenang dalam melakukan banyak hal.“Wira, maklumi Lestari ya!” Suryadi berkata, “Tapi, jangan berpikiran untuk mendekati Nona Dian. Dia sudah menikah tiga kali dan ketiga suaminya itu meninggal muda. Semua orang di kabupaten tahu mengenai hal ini. Ada yang bilang kalau dia itu siluman rubah atau siluman harimau apa gitu. Pokoknya, siapa saja yang berhubungan dengannya pasti mati. Kamu itu satu-satunya penerus keluarga. Jangan berpikiran aneh-aneh ya!”“Paman, aku bahkan belum pernah melihat wajahnya, mana mungkin aku terpikat padanya?” Wira merasa sangat tidak berdaya dan bertanya, “Lagian, apa aku
Mata Hasan langsung berbinar. Dia menjawab, “Sepuluh lapis!”Meskipun masih belum sebanding dengan golok hitamnya, pedang ini sudah jauh lebih bagus daripada pedang biasa.Doddy berkata dengan frustasi, “Ayah, ini pedang buatan Kak Wira, masa cuma bisa menembus 10 lapis? Bisa nggak Ayah menebak dengan lebih berani lagi?”Hasan bertanya dengan ragu, “Dua puluh lapis?”Golok hitamnya bisa menembus 20 lapis baju zirah kulit. Jadi, pedang ini juga sudah sama mengesankannya apabila bisa mencapai tingkat ketajaman golok hitamnya.Doddy menutup matanya sambil berbalik, lalu berkata, “Apa kamu masih ayahku? Kenapa kamu sama sekali nggak mirip denganku? Jangan begitu takut dong! Ayo tebak angka yang lebih besar lagi!”Hasan menebak dengan gemetar, “Em ... empat puluh lapis?”Doddy berkata dengan ekspresi tidak berdaya, “Ayah, aku nggak mau bicara sama kamu lagi. Sudah tebak begitu lama masih salah. Uji saja sendiri! Angka yang kamu sebutkan benar-benar terlalu meremehkan Kak Wira ....”Ekspresi
Orang-orang yang anggota keluarganya direkrut untuk bergabung dengan empat tim itu sedang berpikir berapa banyak bonus yang akan didapatkan mereka.Di dalam rumah, Wulan duduk sambil memegang kuas. Di sisi lain, Lestari yang sudah berganti gaya rambut dan berdandan tipis duduk di samping Wulan sambil mengeluarkan uang. Dia terlihat sangat cantik dan memesona.Suryadi duduk di samping beberapa kotak uang dan menatap kotak-kotak itu dengan tidak rela, tetapi juga senang. Setelah datang ke Dusun Darmadi, dia baru tahu seberapa banyak hal yang sudah dilakukan keponakannya itu akhir-akhir ini.Bagaimanapun juga, Suryadi mengerti bahwa dengan membagikan uang, mereka juga baru bisa menghasilkan uang. Oleh karena itu, dia juga rela membiarkan Wira memberikan pedang yang mereka tempa kepada Hasan dan yang lainnya secara cuma-cuma.Wira berdiri di atas bangku, lalu berkata dengan lantang, “Semuanya, tanpa terasa tim penangkap ikan, tim penjual ikan, tim pembelian, dan tim pembuatan sabun sudah d
Para penduduk dusun sangat antusias. Apa masalah penting itu mengenai pembentukan tim baru yang ingin merekrut orang lagi? Saat ini, rata-rata hanya ada satu orang dari setiap keluarga yang bekerja untuk Wira. Meskipun uang yang didapatkan cukup banyak, uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka yang paling mendasar.Bagi keluarga yang dua anggota keluarganya bekerja untuk Wira, mereka baru bisa hidup lebih nyaman dan memiliki uang lebih untuk berobat apabila ada anggota keluarga yang sakit. Sementara itu, keluarga yang tiga anggota keluarganya bekerja untuk Wira bisa mempertimbangkan untuk memperbaiki rumah atau membeli ladang tambahan.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku berencana untuk mendirikan sekolah dan sekolah malam di dusun.”Ada banyak penduduk dusun yang bertanya dengan penasaran, “Apa itu sekolah dan sekolah malam?”Wira menjelaskan, “Kurang lebih sama seperti bimbingan pribadi. Bedanya, sekolah itu tempat di mana anak kecil belajar, sedangkan sek
Wira berkata dengan pelan, “Kalau seorang pengelola toko nggak bisa menulis atau membaca, bagaimana bisa dia membuat surat perjanjian dengan orang lain? Kalau seorang akuntan nggak bisa menulis dan berhitung, bagaimana bisa dia mencatat pembukuan dan menghitung gaji? Aku bisa mempekerjakan orang luar, tapi kalian pasti nggak terbiasa dan aku juga akan khawatir. Hanya saja, aku dan Wulan juga nggak mampu untuk mengurus semuanya berdua.”“Benar, kita nggak boleh merekrut orang luar. Mereka nggak akan sehati dengan kita!”“Tapi, kita juga nggak bisa hanya mengandalkan Kak Wira dan Wulan untuk mencatat pembukuan dan membuat surat perjanjian. Lagian, mana ada bos yang masih harus turun tangan untuk kerja sendiri! Kita memang harus belajar membaca, menulis, dan berhitung!”“Tapi kalau begitu, kita harus belajar sangat lama. Sebenarnya, ada Pak Agus di dusun kita yang bisa membaca, menulis, dan berhitung!”“Lupakan saja. Pak Agus sangat sombong, mana mungkin dia mau bekerja sama dengan kita?”
Bayu mengangguk dan menjawab, “Biarpun Ayah nggak setuju, aku juga tetap mau mengajar. Bayaran yang kamu berikan begitu tinggi dan sulit dicari di tempat lain. Lagian, aku sudah nggak mungkin bisa lulus ujian kerajaan.”“Baiklah kalau begitu.” Wira mengangguk, lalu berkata sambil tersenyum, “Diskusikanlah hal ini dengan ayahmu. Kalau dia setuju, kamu akan jadi guru pertama di Dusun Darmadi!”“Makasih, Kak Wira!” Bayu berteriak dengan gembira sambil berlari keluar dari rumah Wira, “Ayah, aku sudah jadi guru! Gajinya setara dengan wakil ketua tim, 3.000 gabak sebulan! Mungkin bakal dapat bonus lagi!”Tak disangka, Agus malah menamparnya dan memaki, “Dasar anak durhaka! Bukannya semua pengetahuanmu itu diajarkan olehku? Apa kamu nggak jelas akan kemampuanmu sendiri? Beraninya kamu menyesatkan orang lain!”Bayu langsung terkejut dan berkata, “Tapi, Kak Wira hanya perlu aku mengajari orang-orang cara menulis, membaca, dan berhitung yang sederhana. Nggak perlu yang serumit ujian kerajaan kok
“Kak Pitono, Kak Pitonu, kerjaan bandit setiap hari hanya berkelahi dan membunuh orang. Selain berisiko, kita juga dikejar-kejar orang pemerintah dan dibenci rakyat,” kata Jamal.Jamal adalah seorang pemuda gendut berwajah bulat. Setelah mencukur janggutnya, dia terlihat seperti orang yang jujur. Saat ini, dia sedang berada di Pegunungan Dajore.Jamal melanjutkan, “Aku punya sebuah ide yang memungkinkan kita untuk mendapatkan lebih banyak uang tanpa menjadi buronan pemerintah. Selain itu, kita juga bisa dipuji rakyat dan diberi uang secara sukarela oleh para pedagang. Apa kalian tertarik?”Setelah meninggalkan Kabupaten Uswal, Jamal pergi ke Kabupaten Laria yang terletak di sebelah Kabupaten Uswal. Dia naik ke Pegunungan Dajore dengan maksud untuk mendirikan Aliansi Rute Dagang Asri.Ada markas sekelompok bandit di Pegunungan Dajore. Pemimpin bandit-bandit ini dikenal dengan nama Pitono dan Pitonu. Tidak ada yang tahu nama asli mereka. Selama bertahun-tahun, orang yang memberontak den
Berhubung Pitono dan Pitonu sudah pernah membunuh pejabat, pihak pemerintah tentu saja tidak akan mengampuni mereka.“Jangan bicarakan soal memungut tarif jalan lagi.” Kemudian, Pitono mengganti topik pembicaraan, “Dengar-dengar, Desa Tiga Harimau dimusnahkan oleh para petani? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?”Begitu mengungkit tentang hal ini, ekspresi Jamal langsung menjadi muram. Dia menjawab, “Kakak-kakak sekalian, mereka bukanlah petani biasa. Ada ahli yang membantu mereka!”“Ahli? Ahli apa?” Pitonu berkata dengan meremehkan, “Kalau ahli itu membawa sekelompok petani untuk melawan kami, kami pasti bisa menghabisi mereka!”“Kak Pitonu, orang-orang dari Dusun Darmadi bukanlah petani biasa, ada juga yang menguasai seni bela diri. Kalau benar-benar bertemu mereka, kamu nggak boleh bertindak gegabah!” bujuk Jamal dengan buru-buru.Namun, saat melihat ekspresi Pitonu yang penuh dengan peremehan, Jamal pun berdiri dan berkata dengan senyum kecut, “Tapi Tuan Wira berada di Kabupaten Usw