“Kak Pitono, Kak Pitonu, kerjaan bandit setiap hari hanya berkelahi dan membunuh orang. Selain berisiko, kita juga dikejar-kejar orang pemerintah dan dibenci rakyat,” kata Jamal.Jamal adalah seorang pemuda gendut berwajah bulat. Setelah mencukur janggutnya, dia terlihat seperti orang yang jujur. Saat ini, dia sedang berada di Pegunungan Dajore.Jamal melanjutkan, “Aku punya sebuah ide yang memungkinkan kita untuk mendapatkan lebih banyak uang tanpa menjadi buronan pemerintah. Selain itu, kita juga bisa dipuji rakyat dan diberi uang secara sukarela oleh para pedagang. Apa kalian tertarik?”Setelah meninggalkan Kabupaten Uswal, Jamal pergi ke Kabupaten Laria yang terletak di sebelah Kabupaten Uswal. Dia naik ke Pegunungan Dajore dengan maksud untuk mendirikan Aliansi Rute Dagang Asri.Ada markas sekelompok bandit di Pegunungan Dajore. Pemimpin bandit-bandit ini dikenal dengan nama Pitono dan Pitonu. Tidak ada yang tahu nama asli mereka. Selama bertahun-tahun, orang yang memberontak den
Berhubung Pitono dan Pitonu sudah pernah membunuh pejabat, pihak pemerintah tentu saja tidak akan mengampuni mereka.“Jangan bicarakan soal memungut tarif jalan lagi.” Kemudian, Pitono mengganti topik pembicaraan, “Dengar-dengar, Desa Tiga Harimau dimusnahkan oleh para petani? Apa sebenarnya yang sudah terjadi?”Begitu mengungkit tentang hal ini, ekspresi Jamal langsung menjadi muram. Dia menjawab, “Kakak-kakak sekalian, mereka bukanlah petani biasa. Ada ahli yang membantu mereka!”“Ahli? Ahli apa?” Pitonu berkata dengan meremehkan, “Kalau ahli itu membawa sekelompok petani untuk melawan kami, kami pasti bisa menghabisi mereka!”“Kak Pitonu, orang-orang dari Dusun Darmadi bukanlah petani biasa, ada juga yang menguasai seni bela diri. Kalau benar-benar bertemu mereka, kamu nggak boleh bertindak gegabah!” bujuk Jamal dengan buru-buru.Namun, saat melihat ekspresi Pitonu yang penuh dengan peremehan, Jamal pun berdiri dan berkata dengan senyum kecut, “Tapi Tuan Wira berada di Kabupaten Usw
Ekspresi Jamal langsung membeku begitu mengungkit tentang hal ini lagi. Dia mengubah topik pembicaraan dengan bertanya, “Gimana kabar Kak Molika akhir-akhir ini?”Molika adalah pemimpin bandit Yispohan. Menurut rumor, dia bisa melompat setinggi 15 meter dalam satu lompatan. Namun, itu hanyalah bualan. Saat berkunjung ke Desa Tiga Harimau, dia pernah menunjukkan keterampilan bela dirinya. Dia bisa melompat setinggi tiga meter sehingga tidak ada tembok di Desa Tiga Harimau yang bisa menghalanginya.Bandit itu menjawab, “Ketua pertama lagi keluar, tapi ada ketua kedua. Ketua kedua sudah bilang kalau ada orang dari Desa Tiga Harimau yang datang, Yispohan harus menerima semuanya. Ayo, kubawa kamu ketemu ketua kedua!”“Ketua kedua kalian baik banget!” ujar Jamal dengan terharu. Namun, begitu mencapai markas Yispohan, dia langsung terkejut. Situasi di Yispohan jauh lebih baik daripada Desa Tiga Harimau. Setelah melewati jalan pegunungan yang terjal, terlihat sebuah lembah datar dengan lahan
“Seorang ahli!” Begitu mengingat kehati-hatian Wira, Jamal pun merinding dan berkata, “Ketua Merika, sebaiknya kita nggak menyinggungnya. Dia sangat cerdik, siapa pun yang menyinggungnya pasti mati!”Setelah Heru dibunuh dan Kadir ditangkap, Jamal pernah menyelinap ke kota kabupaten untuk mencari tahu tentang Wira. Jadi, dia tahu bahwa Keluarga Silali sudah hancur dan semua orang yang pernah melawan Wira juga dijebloskan ke penjara.Meri mendongak, lalu mengangkat pedangnya sambil berkata, “Orang yang cerdik pasti adalah seorang pelajar. Dalam menghadapi pelajar, nggak usah banyak ngomong dengannya. Langsung saja habisi dia dengan sekali tebas! Dengan begitu, dia nggak bakal bisa mengerahkan satu pun triknya!”“Iya, iya ....” Jamal tersenyum tidak berdaya dan berpikir dalam hati, ‘Tuan Wira begitu hati-hati, mana bisa kamu menghabisinya segampang itu! Sebelum kamu sempat menyerangnya, dia bakal duluan menangkapmu dengan jebakan yang disiapkannya. Waktu hendak menyekap Tuan Wira dulu, a
“Aduh!”Melihat kemesraan Wira dan Wulan, anak-anak mulai bersorak dan orang dewasa buru-buru menutup mata mereka. Para wanita memalingkan wajah, tetapi berusaha melirik kedua orang itu dari sudut mata mereka. Di sisi lain, para senior seperti Hasan dan Surya langsung tercengang dan bersikap seolah-olah tidak melihat adegan itu. Sementara itu, sebagian besar anak remaja pun tertawa gembira.“Ah!” Lestari menutup matanya dengan malu, tetapi mengintip dari sela-sela jarinya. Wira sudah berhubungan intim dengan Wulan setiap malam sehingga Lestari yang menempati kamar sebelah mereka tidak bisa tidur nyenyak. Sekarang, Wira malah mencium Wulan di depan umum. Hal ini sungguh memalukan!Wulan merasa malu, tetapi juga senang. Setelah Wira melepaskannya, dia buru-buru membenamkan wajahnya dalam pelukan Lestari karena malu. Wira menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Paman Suryadi, Paman Hasan, Gavin, kuserahkan Dusun Darmadi kepada kalian.”Ketiga orang itu mengangguk dengan serius.Suryadi
“Buat apa takut? Cuma sekelompok bandit kok! Kalau mereka berani menyerang kita, aku akan membunuh mereka semua sendirian!” seru Doddy yang memimpin di depan. Dia memegang kendali kuda dengan satu tangan dan menggenggam Pedang Treksha di tangan lainnya. Matanya tidak berhenti mengamati sekelilingnya dengan waspada.Gandi dan Ganjar berjaga di paling belakang. Mereka juga sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi penyergapan bandit. Sekelompok orang ini melaju dengan lambat.Di kedua sisi hutan, ada lebih dari 20 bandit yang sudah mengamati kelompok Wira.“Kak Pitonu, sekelompok orang ini kelihatannya sulit dihadapi. Apa kita sanggup menjatuhkan mereka?” tanya seorang bandit dengan takut.Kelompok itu terdiri dari sebuah kereta kuda dan sepuluh pengawal yang bersenjatakan pedang. Mereka terlihat sangat tangguh.“Ada aku, untuk apa takut?” Pitonu berkata dengan meremehkan, “Lihat saja tampang beberapa orang di belakang yang sudah ketakutan itu. Apa gunanya mereka bawa pedang? Kurasa, mer
Krek, krek .... Pedang para bandit langsung patah, lalu Pedang Treksha menebas dada ketujuh bandit itu. Darah segar menyembur dari dada mereka dan tubuh mereka pun jatuh ke lantai.“Eh ....” Sony, Danur, dan kelima orang lainnya juga terkejut. Mereka tidak menyangka para bandit yang terlihat garang itu begitu mudah dibunuh. Namun, setelah melihat Pedang Treksha di tangan mereka, mereka baru tersadar bahwa itu karena pedang yang diciptakan Wira sangat bagus.“Mereka punya pedang ajaib!” Lima bandit yang tersisa tidak menyangka sebilah pedang bisa mematahkan pedang lainnya. Mereka langsung ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri.“Woohoo! Ayo serang!” Danur langsung bersemangat dan mengejar para bandit yang kabur itu. Kemudian, dia menebas ke arah seorang bandit lagi.Kelima orang dari tim penjual ikan juga berseru dan menyerbu bandit lainnya.“Serang!” Sony adalah orang terakhir yang tersadar dari keterkejutannya. Dia menahan rasa mual karena melihat darah, lalu mengikuti orang lai
Bandit yang tersisa buru-buru melarikan diri dengan ketakutan. Namun, berhubung tadi mereka menyerang kelompok Doddy dengan strategi mengepung, mereka pun langsung lengah begitu berbalik.Doddy, Gandi, dan Ganjar langsung menebaskan pedang mereka dengan cepat. Dalam hitungan detik, belasan bandit itu sudah tergeletak di lantai. Total 28 bandit sudah dikalahkan dalam sekejap mata.Selain Danur yang sikunya tergores ketika terjatuh, tidak ada satu pun orang yang terluka. Begitu adrenalin mereka habis, kegelisahan langsung merayap ke dalam hati mereka saat menatap mayat-mayat bandit yang bertebaran di lantai.Peraturan Kerajaan Nuala menetapkan bahwa orang yang membunuh orang lain akan dihukum mati. Namun, membunuh bandit adalah pengecualian. Jika menyerahkan mayat bandit ke pengadilan daerah Kabupaten Laria, mereka bahkan bisa mendapatkan hadiah.Namun, mereka hanyalah orang desa. Selain Danu, Doddy, Gandi, dan Ganjar yang pernah membunuh orang di Desa Tiga Harimau, yang lainnya belum pe
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah