Ekspresi Jamal langsung membeku begitu mengungkit tentang hal ini lagi. Dia mengubah topik pembicaraan dengan bertanya, “Gimana kabar Kak Molika akhir-akhir ini?”Molika adalah pemimpin bandit Yispohan. Menurut rumor, dia bisa melompat setinggi 15 meter dalam satu lompatan. Namun, itu hanyalah bualan. Saat berkunjung ke Desa Tiga Harimau, dia pernah menunjukkan keterampilan bela dirinya. Dia bisa melompat setinggi tiga meter sehingga tidak ada tembok di Desa Tiga Harimau yang bisa menghalanginya.Bandit itu menjawab, “Ketua pertama lagi keluar, tapi ada ketua kedua. Ketua kedua sudah bilang kalau ada orang dari Desa Tiga Harimau yang datang, Yispohan harus menerima semuanya. Ayo, kubawa kamu ketemu ketua kedua!”“Ketua kedua kalian baik banget!” ujar Jamal dengan terharu. Namun, begitu mencapai markas Yispohan, dia langsung terkejut. Situasi di Yispohan jauh lebih baik daripada Desa Tiga Harimau. Setelah melewati jalan pegunungan yang terjal, terlihat sebuah lembah datar dengan lahan
“Seorang ahli!” Begitu mengingat kehati-hatian Wira, Jamal pun merinding dan berkata, “Ketua Merika, sebaiknya kita nggak menyinggungnya. Dia sangat cerdik, siapa pun yang menyinggungnya pasti mati!”Setelah Heru dibunuh dan Kadir ditangkap, Jamal pernah menyelinap ke kota kabupaten untuk mencari tahu tentang Wira. Jadi, dia tahu bahwa Keluarga Silali sudah hancur dan semua orang yang pernah melawan Wira juga dijebloskan ke penjara.Meri mendongak, lalu mengangkat pedangnya sambil berkata, “Orang yang cerdik pasti adalah seorang pelajar. Dalam menghadapi pelajar, nggak usah banyak ngomong dengannya. Langsung saja habisi dia dengan sekali tebas! Dengan begitu, dia nggak bakal bisa mengerahkan satu pun triknya!”“Iya, iya ....” Jamal tersenyum tidak berdaya dan berpikir dalam hati, ‘Tuan Wira begitu hati-hati, mana bisa kamu menghabisinya segampang itu! Sebelum kamu sempat menyerangnya, dia bakal duluan menangkapmu dengan jebakan yang disiapkannya. Waktu hendak menyekap Tuan Wira dulu, a
“Aduh!”Melihat kemesraan Wira dan Wulan, anak-anak mulai bersorak dan orang dewasa buru-buru menutup mata mereka. Para wanita memalingkan wajah, tetapi berusaha melirik kedua orang itu dari sudut mata mereka. Di sisi lain, para senior seperti Hasan dan Surya langsung tercengang dan bersikap seolah-olah tidak melihat adegan itu. Sementara itu, sebagian besar anak remaja pun tertawa gembira.“Ah!” Lestari menutup matanya dengan malu, tetapi mengintip dari sela-sela jarinya. Wira sudah berhubungan intim dengan Wulan setiap malam sehingga Lestari yang menempati kamar sebelah mereka tidak bisa tidur nyenyak. Sekarang, Wira malah mencium Wulan di depan umum. Hal ini sungguh memalukan!Wulan merasa malu, tetapi juga senang. Setelah Wira melepaskannya, dia buru-buru membenamkan wajahnya dalam pelukan Lestari karena malu. Wira menarik napas dalam-dalam, lalu berkata, “Paman Suryadi, Paman Hasan, Gavin, kuserahkan Dusun Darmadi kepada kalian.”Ketiga orang itu mengangguk dengan serius.Suryadi
“Buat apa takut? Cuma sekelompok bandit kok! Kalau mereka berani menyerang kita, aku akan membunuh mereka semua sendirian!” seru Doddy yang memimpin di depan. Dia memegang kendali kuda dengan satu tangan dan menggenggam Pedang Treksha di tangan lainnya. Matanya tidak berhenti mengamati sekelilingnya dengan waspada.Gandi dan Ganjar berjaga di paling belakang. Mereka juga sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi penyergapan bandit. Sekelompok orang ini melaju dengan lambat.Di kedua sisi hutan, ada lebih dari 20 bandit yang sudah mengamati kelompok Wira.“Kak Pitonu, sekelompok orang ini kelihatannya sulit dihadapi. Apa kita sanggup menjatuhkan mereka?” tanya seorang bandit dengan takut.Kelompok itu terdiri dari sebuah kereta kuda dan sepuluh pengawal yang bersenjatakan pedang. Mereka terlihat sangat tangguh.“Ada aku, untuk apa takut?” Pitonu berkata dengan meremehkan, “Lihat saja tampang beberapa orang di belakang yang sudah ketakutan itu. Apa gunanya mereka bawa pedang? Kurasa, mer
Krek, krek .... Pedang para bandit langsung patah, lalu Pedang Treksha menebas dada ketujuh bandit itu. Darah segar menyembur dari dada mereka dan tubuh mereka pun jatuh ke lantai.“Eh ....” Sony, Danur, dan kelima orang lainnya juga terkejut. Mereka tidak menyangka para bandit yang terlihat garang itu begitu mudah dibunuh. Namun, setelah melihat Pedang Treksha di tangan mereka, mereka baru tersadar bahwa itu karena pedang yang diciptakan Wira sangat bagus.“Mereka punya pedang ajaib!” Lima bandit yang tersisa tidak menyangka sebilah pedang bisa mematahkan pedang lainnya. Mereka langsung ketakutan dan berbalik untuk melarikan diri.“Woohoo! Ayo serang!” Danur langsung bersemangat dan mengejar para bandit yang kabur itu. Kemudian, dia menebas ke arah seorang bandit lagi.Kelima orang dari tim penjual ikan juga berseru dan menyerbu bandit lainnya.“Serang!” Sony adalah orang terakhir yang tersadar dari keterkejutannya. Dia menahan rasa mual karena melihat darah, lalu mengikuti orang lai
Bandit yang tersisa buru-buru melarikan diri dengan ketakutan. Namun, berhubung tadi mereka menyerang kelompok Doddy dengan strategi mengepung, mereka pun langsung lengah begitu berbalik.Doddy, Gandi, dan Ganjar langsung menebaskan pedang mereka dengan cepat. Dalam hitungan detik, belasan bandit itu sudah tergeletak di lantai. Total 28 bandit sudah dikalahkan dalam sekejap mata.Selain Danur yang sikunya tergores ketika terjatuh, tidak ada satu pun orang yang terluka. Begitu adrenalin mereka habis, kegelisahan langsung merayap ke dalam hati mereka saat menatap mayat-mayat bandit yang bertebaran di lantai.Peraturan Kerajaan Nuala menetapkan bahwa orang yang membunuh orang lain akan dihukum mati. Namun, membunuh bandit adalah pengecualian. Jika menyerahkan mayat bandit ke pengadilan daerah Kabupaten Laria, mereka bahkan bisa mendapatkan hadiah.Namun, mereka hanyalah orang desa. Selain Danu, Doddy, Gandi, dan Ganjar yang pernah membunuh orang di Desa Tiga Harimau, yang lainnya belum pe
Semua orang pun tertawa. Kegelisahan mereka sudah berkurang banyak.“Hari ini, aku menyuruh kalian membunuh para bandit itu untuk melindungi diri dan juga untuk melatih nyali kalian.” Wira berkata dengan tenang, “Setelah kalian punya nyali, ditambah dengan memiliki Pedang Treksha dan belajar seni bela diri, kalian sudah bisa melindungi diri saat keluar di kemudian hari.”Semua orang pun mengangguk. Mereka semua tahu bahwa semakin besar bisnis yang dikembangkan Wira, orang yang dibutuhkan untuk keluar dari dusun juga akan semakin banyak.Wira mengalihkan topik pembicaraan, “Tapi kalian harus ingat. Dengan membawa senjata tajam, niat membunuh juga tanpa sadar akan timbul di dalam hati. Saat timbul niat membunuh, kalian harus bertanya pada diri sendiri apakah orang itu pantas mati? Setelah membunuhnya, apa diri kalian akan dijebloskan ke penjara?”“Kalau orang itu nggak seharusnya dibunuh, kalian nggak boleh membunuhnya. Biarpun orang itu pantas mati, kalian juga nggak boleh membunuhnya a
Setelah kuda diikat di dalam kandang dan kereta kuda diparkir di depan pintu penginapan, Wira pun masuk ke dalam kamar.Kamar terbaik ini sebenarnya adalah dua kamar terpisah yang berlantai batu bata. Kamar di bagian luar adalah ruang tamu yang dilengkapi dengan kursi dan meja, sedangkan kamar di bagian dalam dilengkapi dengan tempat tidur dan sebuah meja baca. Penataannya sangat sederhana. Selain iu, tempat tidurnya juga mengeluarkan bau yang aneh.“Kamar terbaik di desa masih kalah bagus dari yang di kota kabupaten, tapi memang lebih luas.” Danu mengeluarkan kasur dari kereta kuda, lalu mengganti kasur yang disediakan penginapan dengan yang dibawanya.Ini adalah pesan Wulan. Wulan mengatakan bahwa kasur penginapan mungkin berkutu. Jadi, dia sudah menyiapkan kasur dari rumah agar Wira tidak terinfeksi kutu.“Harga tanah di kota lebih mahal, sedangkan di desa lebih murah. Jadi, rumah yang dibangun di desa tentu saja juga lebih besar.” Wira bertanya, “Sudah atur orang untuk jaga malam?
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s
Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih
"Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan
"Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me
Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber