Setelah kuda diikat di dalam kandang dan kereta kuda diparkir di depan pintu penginapan, Wira pun masuk ke dalam kamar.Kamar terbaik ini sebenarnya adalah dua kamar terpisah yang berlantai batu bata. Kamar di bagian luar adalah ruang tamu yang dilengkapi dengan kursi dan meja, sedangkan kamar di bagian dalam dilengkapi dengan tempat tidur dan sebuah meja baca. Penataannya sangat sederhana. Selain iu, tempat tidurnya juga mengeluarkan bau yang aneh.“Kamar terbaik di desa masih kalah bagus dari yang di kota kabupaten, tapi memang lebih luas.” Danu mengeluarkan kasur dari kereta kuda, lalu mengganti kasur yang disediakan penginapan dengan yang dibawanya.Ini adalah pesan Wulan. Wulan mengatakan bahwa kasur penginapan mungkin berkutu. Jadi, dia sudah menyiapkan kasur dari rumah agar Wira tidak terinfeksi kutu.“Harga tanah di kota lebih mahal, sedangkan di desa lebih murah. Jadi, rumah yang dibangun di desa tentu saja juga lebih besar.” Wira bertanya, “Sudah atur orang untuk jaga malam?
“Kerja bagus!” Terdengar suara seseorang. Kemudian, seorang pria gemuk berjalan masuk diikuti oleh lima pria kekar. Pria gemuk ini bernama Nabil. Dia adalah pemilik Penginapan Zali, juga merupakan tiran lokal Desa Tepon.Pelayan itu bertanya, “Bos, apa yang harus kita lakukan sekarang?”Nabil mendengus, “Ikat mereka semua, lalu bawa ke Pegunungan Dajore. Setelah itu, bunuh mereka semua di sana.”Pelayan itu terkesiap, lalu berkata, “Bos, jumlah mereka ada 12 orang. Lagian, pemimpin mereka itu kelihatannya kayak putra dari keluarga kaya yang berkuasa.”“Orang kaya apanya!” Nabil mencibir, “Kereta kuda mereka terbuat dari kayu berkualitas rendah, belasan pemuda ini juga terlihat kampungan. Begitu dilihat, sudah ketahuan mereka itu orang desa. Dia itu palingan cuma putra seorang tuan tanah. Mana ada anggota keluarga kaya yang keluar tanpa membawa senjata? Lagian, memangnya kenapa kalau dia itu putra orang kaya? Kalau mereka dianggap tewas karena diserang bandit, apa hubungan hal itu denga
Wira mencibir, “Kalau begitu, kami akan tunggu kedatangannya!”Keenam pelayan itu langsung bertanya dengan terkejut, “Kalian nggak takut sama inspektur?”“Kenapa kami harus takut sama inspektur?” Doddy yang sudah tidak bisa menahan kekesalannya langsung menendang pelayan itu.Orang lainnya hanya melihat situasi ini dengan tatapan dingin. Setelah membasmi Desa Tiga Harimau dan membunuh bandit di Pegunungan Dajore, mereka tentu saja tidak akan takut pada seorang inspektur. Mereka hanya takut pada status inspektur yang merupakan seorang pejabat. Namun, mereka juga tidak khawatir apabila Wira memilih untuk tinggal. Sampai saat ini, Dusun Darmadi masih belum kalah dalam melawan gugatan di pengadilan daerah.Keenam pelayan itu pun tercengang. Apa sebenarnya latar belakang sekelompok orang ini? Kenapa mereka bahkan tidak takut terhadap seorang inspektur?Wira menunjuk ke arah pelayan yang menyambut mereka tadi, lalu berkata, “Bawa keluar orang lainnya selain dia!”Setelah kelima pelayan lainn
Nadim berkata dengan ekspresi serakah, “Kalau mereka memang sudah kabur dari penginapan, kita kejar saja. Setelah mereka tertangkap, kita harus habisi mereka semua agar rahasia kita nggak terbongkar!”Awalnya, Nadim sebenarnya sangat menentang Nabil yang ingin membuka penginapan dengan tujuan jahat seperti ini. Namun, dia akhirnya mendukung Nabil setelah melakukannya beberapa kali dan berhasil mendapatkan uang yang banyak. Dia bahkan langsung menangkap beberapa pedagang yang sulit dihadapi dengan mengandalkan statusnya di pengadilan daerah. Setelah itu, dia baru menyerahkan mereka untuk diurus Nabil.Selama tiga tahun ini, kedua bersaudara ini bekerja sama dengan baik sehingga kekayaan mereka sudah bertambah banyak. Namun, Nadim tahu jelas bahwa ini adalah hal yang sangat berisiko. Setiap kali beraksi, mereka akan menyelesaikannya dengan sangat hati-hati.Tepat pada saat mereka berbicara, lampu di kamar terbaik tiba-tiba menyala dan pintunya juga terbuka. Kemudian, terdengar suara Wira
“Diam!” Ekspresi Nadim langsung menjadi suram. Kemudian, dia berkata dengan hormat, “Pak Larry, silakan jelaskan.”Larry bertanya dengan ekspresi muram, “Pernah dengar tentang Kompetisi Puisi Naga?”Nabil menggeleng.“Pernah.” Ekspresi Nadim sudah berubah drastis. Dia bertanya, “Apa dia itu sarjana provinsi yang mau menghadiri Kompetisi Puisi Naga?”Sebagai inspektur dari pengadilan daerah, Nadim tahu seberapa besar acara Kompetisi Puisi Naga ini. Pada tahun-tahun sebelumnya, orang dari seluruh penjuru juga berangkat ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu untuk menghadirinya. Setiap tahun pada saat ini, pengadilan daerah akan berpesan kepada inspektur untuk lebih memperhatikan keselamatan jalan. Bagaimanapun juga, orang yang menghadiri kompetisi ini paling tidak adalah sarjana provinsi.Larry menatap Nadim bagaikan memandang orang idiot, lalu menjawab, “Kalau dia itu juga sarjana provinsi sama sepertiku, apa aku perlu memanggilnya tuan?”“Ka ... kalau begitu, dia itu sarjana kerajaan?” tany
“Kamu hanya akan mencelakai kakakmu!” Dian berkata dengan dingin, “Aku sudah pernah menikah tiga kali dan semua suamiku meninggal mendadak dalam waktu nggak sampai sebulan. Semua orang di Kabupaten Uswal tahu aku ini wanita pembawa sial untuk suamiku. Kalau nggak percaya, cari tahu saja sendiri!”Meri menjawab, “Aku sudah dengar dari bawahanmu dan tahu kamu berkata jujur. Tapi, aku nggak takut!”Dian bertanya dengan heran, “Kamu mau mencelakai kakakmu?”Meri berkata dengan cemberut, “Kakak Ipar, bisa nggak jangan berpikir jelek tentangku? Yang membesarkanku itu kakakku, mana mungkin aku berpikiran untuk mencelakainya?”Dian bertanya dengan heran, “Kalau begitu, kenapa kamu mau aku menikahinya?”“Karena kakakku nggak takut!” Meri berkata sambil tersenyum gembira, “Kakakku sudah pernah menikah tiga kali dan semua istrinya juga meninggal dalam waktu kurang dari dua tahun. Kata peramal, dia itu pria yang membawa sial untuk istrinya. Berhubung kalian punya karakteristik yang sama, sepertiny
“Kak Wira, kenapa undangan itu begitu hebat? Apa itu sebenarnya? Begitu melihat undangan itu, Pak Larry langsung bisa membuat Nabil, Nadim, dan para prajurit desa saling membunuh. Pagi-pagi tadi, dia juga membawa orang datang untuk mempersiapkan sarapan dan makanan kering untuk kita. Bahkan kepala desa dan kepala wilayah juga datang untuk membantu menyeret pelayan-pelayan penginapan ke pengadilan daerah.”Keesokan harinya, kelompok Wira meninggalkan Desa Tepon. Namun, semua orang masih merasa takjub. Semua yang terjadi semalam bagaikan mimpi. Mereka sudah membasmi penginapan yang berniat jahat terhadap tamunya tanpa perlu turun tangan sendiri. Hal ini membuat mereka menyadari bahwa selain menguasai keterampilan bela diri dan menjadi pejabat, masih ada semacam kekuatan yang disebut wibawa.“Bukan undangan itu yang hebat, tapi mereka sendiri yang berpikir kejauhan dan menakut-nakuti diri sendiri.” Wira berkata sambil menahan tawanya, “Kalian harus ingat, bervisualisasi dalam batas wajar
Setelah mengisi perut, Tommy sudah lebih bertenaga dan bisa berbicara dengan lebih cepat.“Pengawal Keluarga Wibowo?” Wira melirik Tommy. Pada saat itu, seluruh perhatian Wira tertuju pada Dian. Dia sama sekali tidak memperhatikan pengawal di sisi Dian.Gandi mengangguk, lalu menjawab, “Kak Wira, dia itu salah satu dari empat pengawal yang berjaga di sekitar kereta kuda.”Keempat pengawal itu adalah praktisi seni bela diri. Berhubung khawatir akan keselamatan Wira, Gandi memusatkan perhatiannya pada keempat orang itu dan mengabaikan Dian.“Oh!” Setelah memastikan identitasnya, Wira bertanya dengan heran, “Kalau kamu itu pengawal Nona Dian, kenapa kamu berada di sini dan juga terluka? Di mana Nona Dian?”“Tuan Wira, aku mohon tolonglah Nona Dian!” Tommy memasukkan sisa makanan ke mulutnya, lalu bersujud dan berkata, “Nona Dian melakukan perjalanan ini demi menjual sabun ke seluruh kabupaten agar bisa memenuhi janjinya pada Tuan Wira. Kami sudah menangani kabupaten di bagian selatan, yan
"Apa mereka benar-benar akan mencari masalah denganmu cuma karena perkataan sepihak dari Wira?" tanya Caraka dengan bingung."Sebenarnya, aku memang menyembunyikan banyak hal tentang identitasku dari kalian. Aku memang berasal dari wilayah barat dan juga orang Lembah Duka.""Sayangnya, ada aturan di Lembah Duka yang melarang orang-orang di dalam untuk keluar. Mereka hanya bisa tinggal di dalam lembah.""Ini merupakan pembatasan yang ditentukan oleh penguasa wilayah barat dengan Lembah Duka sejak bertahun-tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, nggak ada yang berani mematahkan kesepakatan ini.""Ini bukan karena orang-orang di dalam sana nggak mendambakan dunia luar, tapi karena ketua lembah saat ini sangat kolot. Jadi, nggak ada yang berani mengganggunya.""Kalau sampai seseorang membuatnya marah, hasilnya akan jauh lebih buruk dari kematian. Aku bahkan harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk keluar dari Lembah Duka. Untungnya, aku bisa sampai di sini.""Tapi, kalau mereka tahu ke man
Wira tersenyum dan menepuk bahu Agha, lalu perlahan-lahan berkata, "Aku rasa nggak begitu. Kamu tadi sudah menakuti Saka. Ditambah lagi, cara Nona Wendi menyerang juga berhasil membuat para prajurit itu takut untuk menyerang. Kalau mereka tetap berada di sini, mereka akan ketakutan sampai nggak punya daya tarung lagi.""Daripada begitu, lebih baik mereka segera pergi dari sini. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga akan begitu."Meskipun Wira berbicara dengan santai, dia tahu jelas Saka bukan orang yang sembarangan dan memiliki pemikiran yang sama dengannya. Selain itu, Saka juga terampil dalam memimpin pasukan dan semua bawahannya adalah pasukan elite.Sepertinya, saat kembali ke Provinsi Tengah nanti, Wira merasa dia harus lebih berhati-hati. Jika pergerakan mereka ketahuan Saka, pasti akan ada pertempuran sengit dan situasinya bahkan lebih buruk dari sekarang. Bagaimanapun juga, Provinsi Tengah adalah wilayah kekuasaan Saka."Kita lanjutkan perjalanan kita. Selagi mereka
Jika Wendi tidak berada di sana, Saka tentu saja akan langsung turun tangan. Namun, setelah melihat cara Wendi bertarung, dia juga tidak berani mendekat. Dia khawatir jika terkena bubuk putih itu, nasibnya juga akan sama dengan orang-orang yang terjatuh ke tanah itu. Nyawanya lebih berharga daripada mereka, dia jelas tidak bisa mengambil risiko ini."Kenapa kalian masih berdiri di belakangku? Para sampah nggak berguna ini sudah mulai ketakutan. Kalau nggak ada yang membuka jalan untuk mereka, mereka nggak akan berani bergerak. Apa kalian ingin terus menunda waktu di sini? Cepat pimpin mereka untuk menyerang dan segera tangkap orang-orang itu," perintah Saka.Saka memang tidak berniat untuk turun tangan, tetapi dia menyerahkan tugas berat ini pada beberapa wakil di belakangnya. Mereka biasanya sangat berkuasa dam sudah diam-diam melakukan banyak hal di belakangnya. Namun, dia hanya mengawasi dan tidak terlalu memedulikan urusan kecil itu karena dia sendiri juga sering melakukan hal buru
Krak!Saka mengepalkan tinjunya dengan sangat erat dan tatapannya juga terlihat sangat dingin. Dia sudah memberikan tawaran yang bagus, orang lain pasti tidak akan bisa menahan godaan seperti itu jika berada di posisi Agha.Selain itu, Saka merasa orang yang berada di pihaknya bukan hanya hidup mewah, mereka juga bisa memperluas wilayah. Ini adalah masa depan yang diinginkan seorang perwira militer, tetapi Agha malah menolak tawarannya.Saat memikirkan hal itu, Saka kembali berteriak dengan marah, "Jadi, kamu bersikeras ingin melawanku?""Kalau begitu, kenapa? Kalian sendiri yang berkali-kali mencari masalah dengan kami. Dilihat dari sikapmu, sepertinya kamu ingin membantaiku ya? Kalau begitu, ayo ke sini," teriak Agha yang juga tidak mau kalah.Selain Wira, Agha sama sekali tidak peduli pada siapa pun di dunia ini dan kata-kata orang lain juga dianggapnya hanya angin lewat saja. Saat masih berada di Provinsi Yonggu, bahkan Danu pun tidak bisa memerintahnya. Apalagi sekarang, apa artin
"Terima kasih, Nona Wendi. Kamu ini memang sangat hebat. Kalau obat penyembuh luka ini dijual, pasti akan ada banyak orang dari wilayah barat sampai ke Provinsi Yonggu yang ingin membelinya," kata Dwija dengan segera.Sebelum bergabung dengan Gedung Nomor Satu, Dwija selalu berkelana di dunia persilatan dan sudah melihat banyak obat yang luar biasa. Namun, ini pertama kalinya dia merasakan obat yang memiliki efek yang begitu luar biasa. Sungguh luar biasa!Namun, Wendi tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya mengiakan perkataan Dwija dengan tenang dan terus mengamati Agha yang sedang bertarung.Saat Wira dan yang lainnya sedang berbicara, Agha tetap terus bertarung dengan Saka. Mereka saling menyerang dan bertahan dengan sengit. Untungnya, dia juga bukan orang biasa, kekuatannya tentu saja tidak boleh diremehkan. Meskipun senjatanya tidak begitu cocok, dia tetap melawan musuhnya dengan luar biasa.Sebaliknya, Saka memang masih bisa menahan serangan Agha, tetapi dia tahu jelas kekuatannya m
"Kita tetap harus membuat mereka tunduk dulu. Lagi pula, aku juga sudah lama nggak berduel dengan orang lain. Hari ini adalah kesempatan yang baik untuk meregangkan otot-ototku," jawab Saka sambil tersenyum sinis dan langsung berada di hadapan Agha.Tak lama kemudian, dia menarik pedangnya dan langsung menyerang kepala Agha. Jika terkena serangan itu, Agha pasti akan mati atau terluka parah.Agha segera mengangkat kedua paling ke atas kepala dan bersiap menahan serangan Saka.Terdengar suara yang nyaring saat kedua senjata berbenturan dan keduanya juga langsung mundur dua langkah."Jenderal Saka ini memang hebat, bahkan Agha pun terpaksa mundur beberapa langkah. Sepertinya, gelar orang terkuat di wilayah barat ini memang bukan omong kosong. Kalau dia nggak kuat, mungkin sekarang tubuhnya sudah hancur berkeping-keping," kata Wira dengan tenang.Wira tadi terus mengamati pertarungan kedua pria itu, sehingga dia tahu Agha tidak menahan dirinya dan langsung mengeluarkan serangan mematikan.
Jika terkena serangan itu, Dwija pasti akan langsung mati. Namun, karena pertarungan sebelumnya, lengannya sudah tidak bisa diangkat lagi dan kecepatannya juga berkurang banyak. Selain itu, pedangnya juga terlempar agak jauh, mustahil baginya untuk menahan serangan ini.Saat pedangnya hampir mengenai tenggorokan Dwija, Saka malah menghentikan langkahnya. Dia menatap Wira dengan dingin dan berkata dengan tenang, "Kemampuan anak buahmu ternyata hanya begitu. Awalnya aku pikir dia sangat hebat. Ternyata sudah menyergap pun, dia tetap nggak bisa melukaiku.""Sepertinya, kalian hanya bisa menindas orang seperti kakakku saja. Kalau melawan kami, hasil akhirnya kalian juga tetap sama."Melihat ekspresi Saka yang meremehkan, Wira sangat ingin mengeluarkan pistolnya dan langsung menembak Saka. Saka sudah bersekongkol dengan orang seperti Yasa, berarti Saka ini juga bukan orang baik dan tentu saja tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama. Namun, jika dia membunuh Saka, mereka akan kehilangan pelin
"Bagus sekali. Sepertinya kamu cukup hebat. Kalau begitu, biar aku lihat seberapa hebat kemampuanmu," kata Saka yang tertawa, bukannya marah. Dia menghunus pedangnya dan segera bertarung dengan Dwija."Aku juga ingin melihat seberapa hebat kemampuan kalian," kata Dwija.Para prajurit tetap mengelilingi Wira dan kelompoknya, sama sekali tidak memedulikan Dwija. Bahkan para wakil jenderal yang berdiri di belakang Dwija juga tidak bergerak. Terdengar beberapa komentar dari kerumunan itu."Anak ini ternyata ingin menantang Jenderal. Kalau tahu begitu, kita nggak perlu repot-repot menggunakan begitu banyak trik.""Jenderal tentu saja akan memberinya kesempatan itu.""Kekuatan Jenderal nggak tertandingi. Bahkan di seluruh wilayah barat ini, nggak ada yang bisa menandinginya.""Orang ini benar-benar nggak tahu diri. Cari masalah sendiri.""Mereka sudah menyakiti kakaknya, mana mungkin Jenderal akan melepaskan mereka begitu saja. Sekarang kebetulan dia bisa memberi mereka pelajaran."Namun, Wi
Sejak Wira membawa mereka ke wilayah barat, Agha dan Dwija sudah tahu perjalanan ini akan sangat berbahaya. Jika tidak memiliki tekad yang kuat, mereka tidak mungkin mengikuti Wira sampai sejauh ini. Begitu juga dengan Wendi."Kamu memang berani dan cerdik, hampir saja berhasil menipuku. Tapi, apa benar kita nggak punya dendam? Kamu mungkin nggak mengenalku, tapi aku kenal kamu. Kamu nggak mungkin sudah melupakan Tuan Yasa yang baru saja mati di tanganmu secepat ini, 'kan? Kelihatannya kamu masih muda, harusnya ingatanmu nggak seburuk itu," kata Saka sambil perlahan-lahan mendekati Wira.Sementara itu, wakil jenderal itu juga sudah kembali berdiri di belakang Saka.Wira akhirnya mengerti apa yang sudah terjadi, ternyata semua ini karena dia sudah menyinggung Yasa. Sebelumnya, dia masih tidak mengerti mengapa Yasa yang begitu tidak berlogika itu bisa berkuasa di tempat itu begitu lama. Apakah tidak ada orang di Provinsi Tengah yang sanggup melawan Yasa? Mengapa pejabat di sana juga tida