“Terima kasih, Tuan!” ujar Iqbal sambil menerima tujuh batang sabun itu.Kemudian, Iqbal berpikir dengan bingung, ‘Apa Tuan Wira punya maksud lain dengan memberiku begitu banyak sabun dan juga menyuruhku membaginya kepada para bawahan? Dia mau aku mendisiplinkan para pejabat kecil supaya mereka nggak memeras rakyat biasa? Benar juga! Setelah mengatur para pejabat dengan baik, situasi seluruh negara juga akan menjadi lebih baik. Tenang saja, Tuan. Aku pasti akan mendisiplinkan para pejabat daerah ini agar rakyat bisa hidup damai!’Setelah melihat kepergian Iqbal dan Regan, Wira pun berdesah. Iqbal sangat jujur dan hanya memerintahkan para bawahannya untuk bekerja tanpa memberikan mereka tambahan keuntungan. Namun, para pejabat kecil juga harus menghidupi keluarga. Wira memberikan beberapa sabun kepada Iqbal agar dia bisa memenangkan hati para bawahannya.Suryadi yang dari tadi melongo bertanya dengan terbata-bata, “Wi ... Wira, siapa orang yang baru pergi barusan?”Sebagai tukang besi y
Iqbal mengenakan pakaian berwarna hijau, sedangkan Radit mengenakan pakaian berwarna hitam.Seragam pejabat di Kerajaan Nuala terbagi atas beberapa tingkatan. Seragam pejabat tingkat kedelapan dan kesembilan berwarna hitam. Seragam pejabat peringkat keenam dan ketujuh berwarna hijau. Seragam pejabat tingkat keempat dan kelima berwarna merah. Seragam pejabat di tingkat ketiga, kedua, dan pertama berwarna ungu. Seorang raja akan mengenakan jubah yang memiliki bordir naga. Oleh karena itu, pembagian tingkatan ini sangat jelas dan bisa langsung dibedakan.“Hormat kepada Pak Iqbal dan Pak Radit!” Semua orang berlutut untuk memberi hormat. Meskipun para pedagang sangat kaya, mereka memiliki status yang paling rendah. Saat bertemu dengan pemimpin kabupaten, mereka harus berlutut untuk memberi hormat.Gavin juga berlutut sambil melamun. Jangankan pejabat setinggi Iqbal, dia bahkan pernah berlutut untuk memberi hormat kepada pejabat kecil seperti petugas patroli, kepala desa, dan petugas pajak.
Namun, Dian juga tidak bersedia untuk menderita kerugian yang terlalu banyak. Bagaimanapun juga, perdagangan garam membutuhkan banyak tenaga kerja. Akhir-akhir ini, keluarga mereka sudah mendapat pasokan sabun dan sedang berupaya untuk menjualnya ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dengan harapan bisa menjadi distributor provinsi. Jadi, Keluarga Wibowo sedang kekurangan tenaga kerja. Jika kerugian dari perdagangan garam terlalu besar, mereka juga tidak mungkin merekrut orang lagi.“Dian, kamu nekat sekali!” Husni terkekeh, lalu berkata, “Paman akan menerima tawaranmu, aku tambah satu gabak lagi!”Meskipun akan rugi tahun depan, Husni harus mendapatkan kupon garam ini dan menambahkan peluang untuk keluarganya.“Harganya sudah naik sampai 21 gabak! Pak Husni nekat sekali! Selamat kepada Keluarga Sutedja!”Belasan pedagang menangkupkan tangan mereka sambil memberi selamat pada Husni, seolah-olah Keluarga Sutedja sudah pasti mendapatkan kupon garamnya. Husni tersenyum lebar sebagai balasan,
“Berhubung Pak Iqbal sudah berkata seperti itu, serahkan saja kupon garamnya kepada Keluarga Darmadi!” dengus Husni. Kemudian, Husni, Dian, dan belasan pedagang lainnya pun pergi.Gavin menyerahkan uang yang dibawanya, lalu menunggu pihak pengadilan menulis surat perjanjian. Setelah itu, acara lelang kupon garam ini baru selesai.Setelah keluar dari pengadilan daerah, Gavin berjalan mendekati sebuah kereta kuda dan menyerahkan seikat kupon garam kepada orang di dalamnya.Wira menerima kupon itu. Selain sebaris kalimat tulisan tangan, kupon itu juga dipenuhi dengan stempel.[ Tahun Makmur Keenam, Tambak Garam Fica di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu memasok 50.000 kilogram garam untuk Kabupaten Uswal. ]Suryadi membelalakkan matanya dan bertanya, “Pasokan garam setahun kabupaten kita hanya bergantung pada beberapa lembar kupon ini?”“Kak Wira, aku mau lihat!” ujar Lestari sambil mengelap tangannya, seolah-olah takut mengotori kupon itu. Wira pun menyerahkan kuponnya kepada Lestari. Setel
“Kamu nggak ngerti!” ujar Wira. Setelah itu, dia langsung memalingkan wajah karena malas meladeni Lestari lagi.Setelah bertemu dengan Dian dua kali berturut-turut, Wira sudah menyadari bahwa Dian bukan hanya mahir dalam manajemen, tetapi juga memiliki intuisi yang tajam. Dian termasuk orang berbakat yang jarang ditemui. Jika bisa mendapatkan bantuan dari orang seperti Dian, Wira sudah bisa tenang dalam melakukan banyak hal.“Wira, maklumi Lestari ya!” Suryadi berkata, “Tapi, jangan berpikiran untuk mendekati Nona Dian. Dia sudah menikah tiga kali dan ketiga suaminya itu meninggal muda. Semua orang di kabupaten tahu mengenai hal ini. Ada yang bilang kalau dia itu siluman rubah atau siluman harimau apa gitu. Pokoknya, siapa saja yang berhubungan dengannya pasti mati. Kamu itu satu-satunya penerus keluarga. Jangan berpikiran aneh-aneh ya!”“Paman, aku bahkan belum pernah melihat wajahnya, mana mungkin aku terpikat padanya?” Wira merasa sangat tidak berdaya dan bertanya, “Lagian, apa aku
Mata Hasan langsung berbinar. Dia menjawab, “Sepuluh lapis!”Meskipun masih belum sebanding dengan golok hitamnya, pedang ini sudah jauh lebih bagus daripada pedang biasa.Doddy berkata dengan frustasi, “Ayah, ini pedang buatan Kak Wira, masa cuma bisa menembus 10 lapis? Bisa nggak Ayah menebak dengan lebih berani lagi?”Hasan bertanya dengan ragu, “Dua puluh lapis?”Golok hitamnya bisa menembus 20 lapis baju zirah kulit. Jadi, pedang ini juga sudah sama mengesankannya apabila bisa mencapai tingkat ketajaman golok hitamnya.Doddy menutup matanya sambil berbalik, lalu berkata, “Apa kamu masih ayahku? Kenapa kamu sama sekali nggak mirip denganku? Jangan begitu takut dong! Ayo tebak angka yang lebih besar lagi!”Hasan menebak dengan gemetar, “Em ... empat puluh lapis?”Doddy berkata dengan ekspresi tidak berdaya, “Ayah, aku nggak mau bicara sama kamu lagi. Sudah tebak begitu lama masih salah. Uji saja sendiri! Angka yang kamu sebutkan benar-benar terlalu meremehkan Kak Wira ....”Ekspresi
Orang-orang yang anggota keluarganya direkrut untuk bergabung dengan empat tim itu sedang berpikir berapa banyak bonus yang akan didapatkan mereka.Di dalam rumah, Wulan duduk sambil memegang kuas. Di sisi lain, Lestari yang sudah berganti gaya rambut dan berdandan tipis duduk di samping Wulan sambil mengeluarkan uang. Dia terlihat sangat cantik dan memesona.Suryadi duduk di samping beberapa kotak uang dan menatap kotak-kotak itu dengan tidak rela, tetapi juga senang. Setelah datang ke Dusun Darmadi, dia baru tahu seberapa banyak hal yang sudah dilakukan keponakannya itu akhir-akhir ini.Bagaimanapun juga, Suryadi mengerti bahwa dengan membagikan uang, mereka juga baru bisa menghasilkan uang. Oleh karena itu, dia juga rela membiarkan Wira memberikan pedang yang mereka tempa kepada Hasan dan yang lainnya secara cuma-cuma.Wira berdiri di atas bangku, lalu berkata dengan lantang, “Semuanya, tanpa terasa tim penangkap ikan, tim penjual ikan, tim pembelian, dan tim pembuatan sabun sudah d
Para penduduk dusun sangat antusias. Apa masalah penting itu mengenai pembentukan tim baru yang ingin merekrut orang lagi? Saat ini, rata-rata hanya ada satu orang dari setiap keluarga yang bekerja untuk Wira. Meskipun uang yang didapatkan cukup banyak, uang itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka yang paling mendasar.Bagi keluarga yang dua anggota keluarganya bekerja untuk Wira, mereka baru bisa hidup lebih nyaman dan memiliki uang lebih untuk berobat apabila ada anggota keluarga yang sakit. Sementara itu, keluarga yang tiga anggota keluarganya bekerja untuk Wira bisa mempertimbangkan untuk memperbaiki rumah atau membeli ladang tambahan.Wira berkata sambil tersenyum, “Aku berencana untuk mendirikan sekolah dan sekolah malam di dusun.”Ada banyak penduduk dusun yang bertanya dengan penasaran, “Apa itu sekolah dan sekolah malam?”Wira menjelaskan, “Kurang lebih sama seperti bimbingan pribadi. Bedanya, sekolah itu tempat di mana anak kecil belajar, sedangkan sek