Krak! Pedang Treksha yang dipegang Doddy masih utuh, tetapi pedang yang dipegang Gavin sudah putus.“Wira, ini benar-benar senjata ajaib yang nggak ternilai harganya!” seru Suryadi dengan gembira sambil berlinang air mata.Lestari menutup mulutnya dengan terkejut. Dia menyaksikan situasi ini dengan ekspresi tidak percaya.Wira tertawa pelan, lalu menjawab, “Biasa saja kok, tapi bisa digunakan!”Sebagai seseorang yang memiliki gelar doktor dalam teknik material, Wira bahkan pernah melihat pedang yang lebih tajam dari Pedang Treksha. Dapat dikatakan bahwa bukan Pedang Treksha yang hebat, melainkan pedang Gavin yang terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan serangan Pedang Treksha.Sebenarnya, membungkus besi gubal dengan baja karbon tinggi adalah metode membungkus baja yang paling mendasar. Ada juga metode membungkus besi tempa dan unsur logam lainnya yang lebih rumit. Namun, metode membungkus baja level terendah sudah merupakan metode yang jauh melampaui kemajuan masyarakat era ini dan
Wira pun berhenti latihan. Saat melihat Lestari membuka pintu dengan agak ketakutan, Wira bertanya, “Siapa yang datang?”Lestari berbisik, “Pak Hendra!”“Nggak usah takut!” hibur Wira. Kemudian, dia membuka pintu dan berjalan ke luar.Doddy keluar dengan membawa Pedang Treksha dan diikuti Gavin beserta saudara-saudaranya. Di depan toko besi, terdapat sebuah kereta kuda mewah. Hendra, putra ketiga Keluarga Sutedja itu menutup hidungnya dengan saputangan. Dia merasa lingkungan di sekitarnya sangat kotor.Begitu melihat Wira, Hendra memicingkan matanya dan berkata, “Tak disangka, Tuan Wira dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu ternyata adalah seorang pelajar dari Dusun Darmadi. Pelayanmu ternyata adalah putri seorang tukang besi, dan Suryadi ternyata adalah pamanmu! Selain itu, gula putih yang kamu jual bukan berasal dari barat, melainkan yang kamu hasilkan sendiri!”Beberapa hari yang lalu, Hendra bertemu dengan Mahendra dan sudah bertanya dengan jelas mengenai identitas Wira. Awalnya, He
“Kalau Keluarga Sutedja merasa begitu kesulitan, kita nggak perlu kerja sama lagi!” Wira tersenyum sinis dan melanjutkan, “Waktu aku bekerja sama dengan Keluarga Wibowo sebelumnya, Nona Dian bahkan nggak tawar-menawar waktu membeli sabun. Hari ini, aku akan menawarkan gula putih kepadanya. Mari kita lihat apakah dia akan merasa keberatan atau nggak.”Ekspresi Hendra langsung berubah. Dia buru-buru tersenyum menyanjung dan berkata, “Wira, yang namanya berbisnis itu harus mementingkan urutan. Lagian, kerja sama kita baik-baik saja, ‘kan? Kamu nggak boleh ganti haluan segampang itu, dong.”Wira mencibir, “Aku selalu memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukanku. Aku tahu apa niatmu. Kalau kamu menyingkirkan niat jahatmu, kita masih bisa lanjut bekerja sama. Kalau nggak, kerja sama kita berakhir sampai di sini saja. Kamu kira aku takut pada Keluarga Sutedja? Memangnya kalian lebih hebat daripada Desa Tiga Harimau?”Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar sudah bersiap untuk menyerang
Selama ini, seorang senior yang selalu mengatur pernikahan juniornya. Mana ada seorang junior yang mengatur pernikahan seniornya?Wira bertanya sambil tersenyum, “Lestari, kalau Paman suka sama dia, kenapa kamu nggak suruh orang untuk menjodohkan mereka?”Lestari menjulingkan matanya dan menjawab, “Dulu, kami nggak punya cukup uang. Waktu kamu kasih kami seratusan ribu gabak, aku sudah berencana untuk cari makcomblang dan mengatur hal ini untuk Ayah. Alhasil, kamu malah bilang mau membuat mortar. Untuk beli bahan dan tungku pembakarannya saja, kita sudah habiskan 100 ribu gabak. Ayah merasa uangnya nggak cukup dan membatalkan niatnya untuk menikah.”“Diam!” Suryadi melambaikan tangannya dengan malu dan berkata, “Wira, jangan dengar omong kosongnya!”“Paman, ini masalah serius!” Wira berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau Keluarga Sutedja sudah mengantar uangnya kemari, aku akan memberimu sejuta gabak. Cepat selesaikan masalah ini! Kalau ragu terus dan ada orang lain yang duluan melamar
“Kompetisi Puisi Naga?” Wira menerima undangan itu, lalu membukanya dan berkata sambil menggeleng, “Aku nggak tertarik sama kompetisi puisi.”Pada akhir Dinasti Jenggara, muncul seorang pahlawan hebat. Raja pertama Kerajaan Nuala berperang di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, mengalahkan pesaing segenerasinya, lalu menetapkan dasar untuk membangun kerajaan yang kuat.Setelah kemenangannya, dia menulis sebuah puisi mengenai pertempuran. Selanjutnya, ada seorang gubernur setempat yang mendirikan sebuah asosiasi, lalu mengumpulkan para sarjana untuk mengadakan kompetisi puisi. Tradisi ini pun dilanjutkan dari generasi ke generasi.Pada akhirnya, keluarga kerajaan juga berpartisipasi dalam kompetisi ini sehingga persyaratan untuk berpartisipasi juga menjadi semakin tinggi. Awalnya, para pelajar boleh berpartisipasi. Kemudian, persyaratannya berangsur-angsur naik menjadi pelajar yang belum berhasil melewati ujian kerajaan, sarjana kabupaten, dan pada akhirnya menjadi sarjana provinsi.Si
“Coba kulihat!” kata Wira sambil mengambil peta itu.Peta itu tidak besar dan menunjukkan rute dari Kabupaten Uswal hingga Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Dalam sepanjang perjalanan, mereka akan melewati kota kabupaten, pasar, sungai, pegunungan, jalan biasa, jalan gunung, pos militer, dan penginapan. Peta ini digambar dengan tangan dan sangat sederhana.Begitu Wira mengambil peta itu dari tangannya, ekspresi Regan langsung berubah. Di sisi lain, Iqbal juga membalikkan badan tanpa mengatakan apa-apa.Peta merupakan barang terlarang di masyarakat. Rakyat biasa dilarang untuk menyimpan atau menggambar peta, sedangkan para pedagang boleh menyimpan peta sederhana. Namun, peta itu juga hanya berisi rute perdagangan dan pengiriman.Peta yang dimiliki Regan adalah peta yang lebih mendetail daripada peta yang dimiliki para pedagang, tetapi lebih sederhana daripada peta yang digunakan prajurit militer. Menurut logika, orang biasa tidak boleh melihatnya. Namun, jika Iqbal menutup sebelah mata, R
“Terima kasih, Tuan!” ujar Iqbal sambil menerima tujuh batang sabun itu.Kemudian, Iqbal berpikir dengan bingung, ‘Apa Tuan Wira punya maksud lain dengan memberiku begitu banyak sabun dan juga menyuruhku membaginya kepada para bawahan? Dia mau aku mendisiplinkan para pejabat kecil supaya mereka nggak memeras rakyat biasa? Benar juga! Setelah mengatur para pejabat dengan baik, situasi seluruh negara juga akan menjadi lebih baik. Tenang saja, Tuan. Aku pasti akan mendisiplinkan para pejabat daerah ini agar rakyat bisa hidup damai!’Setelah melihat kepergian Iqbal dan Regan, Wira pun berdesah. Iqbal sangat jujur dan hanya memerintahkan para bawahannya untuk bekerja tanpa memberikan mereka tambahan keuntungan. Namun, para pejabat kecil juga harus menghidupi keluarga. Wira memberikan beberapa sabun kepada Iqbal agar dia bisa memenangkan hati para bawahannya.Suryadi yang dari tadi melongo bertanya dengan terbata-bata, “Wi ... Wira, siapa orang yang baru pergi barusan?”Sebagai tukang besi y
Iqbal mengenakan pakaian berwarna hijau, sedangkan Radit mengenakan pakaian berwarna hitam.Seragam pejabat di Kerajaan Nuala terbagi atas beberapa tingkatan. Seragam pejabat tingkat kedelapan dan kesembilan berwarna hitam. Seragam pejabat peringkat keenam dan ketujuh berwarna hijau. Seragam pejabat tingkat keempat dan kelima berwarna merah. Seragam pejabat di tingkat ketiga, kedua, dan pertama berwarna ungu. Seorang raja akan mengenakan jubah yang memiliki bordir naga. Oleh karena itu, pembagian tingkatan ini sangat jelas dan bisa langsung dibedakan.“Hormat kepada Pak Iqbal dan Pak Radit!” Semua orang berlutut untuk memberi hormat. Meskipun para pedagang sangat kaya, mereka memiliki status yang paling rendah. Saat bertemu dengan pemimpin kabupaten, mereka harus berlutut untuk memberi hormat.Gavin juga berlutut sambil melamun. Jangankan pejabat setinggi Iqbal, dia bahkan pernah berlutut untuk memberi hormat kepada pejabat kecil seperti petugas patroli, kepala desa, dan petugas pajak.