Share

Bab 133

Penulis: Arif
Wira pun berhenti latihan. Saat melihat Lestari membuka pintu dengan agak ketakutan, Wira bertanya, “Siapa yang datang?”

Lestari berbisik, “Pak Hendra!”

“Nggak usah takut!” hibur Wira. Kemudian, dia membuka pintu dan berjalan ke luar.

Doddy keluar dengan membawa Pedang Treksha dan diikuti Gavin beserta saudara-saudaranya.

Di depan toko besi, terdapat sebuah kereta kuda mewah. Hendra, putra ketiga Keluarga Sutedja itu menutup hidungnya dengan saputangan. Dia merasa lingkungan di sekitarnya sangat kotor.

Begitu melihat Wira, Hendra memicingkan matanya dan berkata, “Tak disangka, Tuan Wira dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu ternyata adalah seorang pelajar dari Dusun Darmadi. Pelayanmu ternyata adalah putri seorang tukang besi, dan Suryadi ternyata adalah pamanmu! Selain itu, gula putih yang kamu jual bukan berasal dari barat, melainkan yang kamu hasilkan sendiri!”

Beberapa hari yang lalu, Hendra bertemu dengan Mahendra dan sudah bertanya dengan jelas mengenai identitas Wira. Awalnya, He
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 134

    “Kalau Keluarga Sutedja merasa begitu kesulitan, kita nggak perlu kerja sama lagi!” Wira tersenyum sinis dan melanjutkan, “Waktu aku bekerja sama dengan Keluarga Wibowo sebelumnya, Nona Dian bahkan nggak tawar-menawar waktu membeli sabun. Hari ini, aku akan menawarkan gula putih kepadanya. Mari kita lihat apakah dia akan merasa keberatan atau nggak.”Ekspresi Hendra langsung berubah. Dia buru-buru tersenyum menyanjung dan berkata, “Wira, yang namanya berbisnis itu harus mementingkan urutan. Lagian, kerja sama kita baik-baik saja, ‘kan? Kamu nggak boleh ganti haluan segampang itu, dong.”Wira mencibir, “Aku selalu memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukanku. Aku tahu apa niatmu. Kalau kamu menyingkirkan niat jahatmu, kita masih bisa lanjut bekerja sama. Kalau nggak, kerja sama kita berakhir sampai di sini saja. Kamu kira aku takut pada Keluarga Sutedja? Memangnya kalian lebih hebat daripada Desa Tiga Harimau?”Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar sudah bersiap untuk menyerang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 135

    Selama ini, seorang senior yang selalu mengatur pernikahan juniornya. Mana ada seorang junior yang mengatur pernikahan seniornya?Wira bertanya sambil tersenyum, “Lestari, kalau Paman suka sama dia, kenapa kamu nggak suruh orang untuk menjodohkan mereka?”Lestari menjulingkan matanya dan menjawab, “Dulu, kami nggak punya cukup uang. Waktu kamu kasih kami seratusan ribu gabak, aku sudah berencana untuk cari makcomblang dan mengatur hal ini untuk Ayah. Alhasil, kamu malah bilang mau membuat mortar. Untuk beli bahan dan tungku pembakarannya saja, kita sudah habiskan 100 ribu gabak. Ayah merasa uangnya nggak cukup dan membatalkan niatnya untuk menikah.”“Diam!” Suryadi melambaikan tangannya dengan malu dan berkata, “Wira, jangan dengar omong kosongnya!”“Paman, ini masalah serius!” Wira berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau Keluarga Sutedja sudah mengantar uangnya kemari, aku akan memberimu sejuta gabak. Cepat selesaikan masalah ini! Kalau ragu terus dan ada orang lain yang duluan melamar

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 136

    “Kompetisi Puisi Naga?” Wira menerima undangan itu, lalu membukanya dan berkata sambil menggeleng, “Aku nggak tertarik sama kompetisi puisi.”Pada akhir Dinasti Jenggara, muncul seorang pahlawan hebat. Raja pertama Kerajaan Nuala berperang di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, mengalahkan pesaing segenerasinya, lalu menetapkan dasar untuk membangun kerajaan yang kuat.Setelah kemenangannya, dia menulis sebuah puisi mengenai pertempuran. Selanjutnya, ada seorang gubernur setempat yang mendirikan sebuah asosiasi, lalu mengumpulkan para sarjana untuk mengadakan kompetisi puisi. Tradisi ini pun dilanjutkan dari generasi ke generasi.Pada akhirnya, keluarga kerajaan juga berpartisipasi dalam kompetisi ini sehingga persyaratan untuk berpartisipasi juga menjadi semakin tinggi. Awalnya, para pelajar boleh berpartisipasi. Kemudian, persyaratannya berangsur-angsur naik menjadi pelajar yang belum berhasil melewati ujian kerajaan, sarjana kabupaten, dan pada akhirnya menjadi sarjana provinsi.Si

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 137

    “Coba kulihat!” kata Wira sambil mengambil peta itu.Peta itu tidak besar dan menunjukkan rute dari Kabupaten Uswal hingga Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Dalam sepanjang perjalanan, mereka akan melewati kota kabupaten, pasar, sungai, pegunungan, jalan biasa, jalan gunung, pos militer, dan penginapan. Peta ini digambar dengan tangan dan sangat sederhana.Begitu Wira mengambil peta itu dari tangannya, ekspresi Regan langsung berubah. Di sisi lain, Iqbal juga membalikkan badan tanpa mengatakan apa-apa.Peta merupakan barang terlarang di masyarakat. Rakyat biasa dilarang untuk menyimpan atau menggambar peta, sedangkan para pedagang boleh menyimpan peta sederhana. Namun, peta itu juga hanya berisi rute perdagangan dan pengiriman.Peta yang dimiliki Regan adalah peta yang lebih mendetail daripada peta yang dimiliki para pedagang, tetapi lebih sederhana daripada peta yang digunakan prajurit militer. Menurut logika, orang biasa tidak boleh melihatnya. Namun, jika Iqbal menutup sebelah mata, R

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 138

    “Terima kasih, Tuan!” ujar Iqbal sambil menerima tujuh batang sabun itu.Kemudian, Iqbal berpikir dengan bingung, ‘Apa Tuan Wira punya maksud lain dengan memberiku begitu banyak sabun dan juga menyuruhku membaginya kepada para bawahan? Dia mau aku mendisiplinkan para pejabat kecil supaya mereka nggak memeras rakyat biasa? Benar juga! Setelah mengatur para pejabat dengan baik, situasi seluruh negara juga akan menjadi lebih baik. Tenang saja, Tuan. Aku pasti akan mendisiplinkan para pejabat daerah ini agar rakyat bisa hidup damai!’Setelah melihat kepergian Iqbal dan Regan, Wira pun berdesah. Iqbal sangat jujur dan hanya memerintahkan para bawahannya untuk bekerja tanpa memberikan mereka tambahan keuntungan. Namun, para pejabat kecil juga harus menghidupi keluarga. Wira memberikan beberapa sabun kepada Iqbal agar dia bisa memenangkan hati para bawahannya.Suryadi yang dari tadi melongo bertanya dengan terbata-bata, “Wi ... Wira, siapa orang yang baru pergi barusan?”Sebagai tukang besi y

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 139

    Iqbal mengenakan pakaian berwarna hijau, sedangkan Radit mengenakan pakaian berwarna hitam.Seragam pejabat di Kerajaan Nuala terbagi atas beberapa tingkatan. Seragam pejabat tingkat kedelapan dan kesembilan berwarna hitam. Seragam pejabat peringkat keenam dan ketujuh berwarna hijau. Seragam pejabat tingkat keempat dan kelima berwarna merah. Seragam pejabat di tingkat ketiga, kedua, dan pertama berwarna ungu. Seorang raja akan mengenakan jubah yang memiliki bordir naga. Oleh karena itu, pembagian tingkatan ini sangat jelas dan bisa langsung dibedakan.“Hormat kepada Pak Iqbal dan Pak Radit!” Semua orang berlutut untuk memberi hormat. Meskipun para pedagang sangat kaya, mereka memiliki status yang paling rendah. Saat bertemu dengan pemimpin kabupaten, mereka harus berlutut untuk memberi hormat.Gavin juga berlutut sambil melamun. Jangankan pejabat setinggi Iqbal, dia bahkan pernah berlutut untuk memberi hormat kepada pejabat kecil seperti petugas patroli, kepala desa, dan petugas pajak.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 140

    Namun, Dian juga tidak bersedia untuk menderita kerugian yang terlalu banyak. Bagaimanapun juga, perdagangan garam membutuhkan banyak tenaga kerja. Akhir-akhir ini, keluarga mereka sudah mendapat pasokan sabun dan sedang berupaya untuk menjualnya ke Kota Pusat Pemerintahan Jagabu dengan harapan bisa menjadi distributor provinsi. Jadi, Keluarga Wibowo sedang kekurangan tenaga kerja. Jika kerugian dari perdagangan garam terlalu besar, mereka juga tidak mungkin merekrut orang lagi.“Dian, kamu nekat sekali!” Husni terkekeh, lalu berkata, “Paman akan menerima tawaranmu, aku tambah satu gabak lagi!”Meskipun akan rugi tahun depan, Husni harus mendapatkan kupon garam ini dan menambahkan peluang untuk keluarganya.“Harganya sudah naik sampai 21 gabak! Pak Husni nekat sekali! Selamat kepada Keluarga Sutedja!”Belasan pedagang menangkupkan tangan mereka sambil memberi selamat pada Husni, seolah-olah Keluarga Sutedja sudah pasti mendapatkan kupon garamnya. Husni tersenyum lebar sebagai balasan,

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 141

    “Berhubung Pak Iqbal sudah berkata seperti itu, serahkan saja kupon garamnya kepada Keluarga Darmadi!” dengus Husni. Kemudian, Husni, Dian, dan belasan pedagang lainnya pun pergi.Gavin menyerahkan uang yang dibawanya, lalu menunggu pihak pengadilan menulis surat perjanjian. Setelah itu, acara lelang kupon garam ini baru selesai.Setelah keluar dari pengadilan daerah, Gavin berjalan mendekati sebuah kereta kuda dan menyerahkan seikat kupon garam kepada orang di dalamnya.Wira menerima kupon itu. Selain sebaris kalimat tulisan tangan, kupon itu juga dipenuhi dengan stempel.[ Tahun Makmur Keenam, Tambak Garam Fica di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu memasok 50.000 kilogram garam untuk Kabupaten Uswal. ]Suryadi membelalakkan matanya dan bertanya, “Pasokan garam setahun kabupaten kita hanya bergantung pada beberapa lembar kupon ini?”“Kak Wira, aku mau lihat!” ujar Lestari sambil mengelap tangannya, seolah-olah takut mengotori kupon itu. Wira pun menyerahkan kuponnya kepada Lestari. Setel

Bab terbaru

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3112

    Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3111

    Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3110

    Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3109

    Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3108

    Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3107

    Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3106

    Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3105

    Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 3104

    Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status