Ketika masih kecil, keduanya sering tidur sekamar, bahkan seranjang.Namun, karena sudah dewasa sekarang, pria dan wanita tentu harus menjaga jarak. Paman mereka malah masih menganggap mereka sebagai anak kecil.Sebenarnya, hal ini juga bisa dimengerti. Mana mungkin tukang besi kasar seperti pamannya bisa mempertimbangkan begitu banyak hal?Wajah Lestari pun memerah. Dia berkata, "Kalau gitu, kamu tidur di lantai."Wira mengangkat alisnya seraya menimpali, "Paman bilang tubuhku lemah. Jadi, dia menyuruhku tidur di ranjang, kamu yang tidur di lantai.""Ayah benar-benar pilih kasih. Aku nggak mau jadi putrinya lagi!" maki Lestari sambil mengambil kasur tipis.Setelah Lestari meletakkannya dengan baik, Wira langsung berbaring di atasnya dengan meletakkan kedua tangan di belakang kepala.Lestari pun menariknya dengan kesal sembari mengomel, "Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri. Ini tempat tidurku!"Wira berbaring dengan santai seraya berkata, "Aku sangat capek, nggak mau naik ke ranjang l
Lestari sangat curiga pada ketajaman pisau yang dibuat dari urine hewan itu. Sebenarnya, ini bukan pisau biasa, melainkan pisau panjang yang menyerupai pedang.“Pasti tajam!” Sebagai seorang tukang besi, Suryadi merasa sangat yakin. Kemudian, dia memberi perintah, “Bawa baju zirahnya kemari!”Untuk menguji ketajaman pedang ini, Suryadi sudah membeli baju zirah kulit di pagi hari. Berlapis-lapis baju zirah kulit itu ditumpuk di atas bangku.Syut! Suryadi menebaskan pedang itu, lalu selapis demi selapis baju zirah itu pun robek.Wira tidak menghitung ada berapa banyak lapis baju zirah yang robek. Menurut sejarah teknik material, seorang ahli senjata dari Dinasti Utasel pernah membuat pedang dengan cara membungkus baja, lalu menggunakan metode pendinginan dan pemanasan ganda. Pedang yang dibuat dengan metode ini bisa menembus 30 lapis baju zirah kulit.Dengan baja karbon tinggi yang kualitasnya semakin bagus, pedang yang dihasilkan juga akan semakin tajam. Baju zirah yang ditembus pedang
Krak! Pedang Treksha yang dipegang Doddy masih utuh, tetapi pedang yang dipegang Gavin sudah putus.“Wira, ini benar-benar senjata ajaib yang nggak ternilai harganya!” seru Suryadi dengan gembira sambil berlinang air mata.Lestari menutup mulutnya dengan terkejut. Dia menyaksikan situasi ini dengan ekspresi tidak percaya.Wira tertawa pelan, lalu menjawab, “Biasa saja kok, tapi bisa digunakan!”Sebagai seseorang yang memiliki gelar doktor dalam teknik material, Wira bahkan pernah melihat pedang yang lebih tajam dari Pedang Treksha. Dapat dikatakan bahwa bukan Pedang Treksha yang hebat, melainkan pedang Gavin yang terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan serangan Pedang Treksha.Sebenarnya, membungkus besi gubal dengan baja karbon tinggi adalah metode membungkus baja yang paling mendasar. Ada juga metode membungkus besi tempa dan unsur logam lainnya yang lebih rumit. Namun, metode membungkus baja level terendah sudah merupakan metode yang jauh melampaui kemajuan masyarakat era ini dan
Wira pun berhenti latihan. Saat melihat Lestari membuka pintu dengan agak ketakutan, Wira bertanya, “Siapa yang datang?”Lestari berbisik, “Pak Hendra!”“Nggak usah takut!” hibur Wira. Kemudian, dia membuka pintu dan berjalan ke luar.Doddy keluar dengan membawa Pedang Treksha dan diikuti Gavin beserta saudara-saudaranya. Di depan toko besi, terdapat sebuah kereta kuda mewah. Hendra, putra ketiga Keluarga Sutedja itu menutup hidungnya dengan saputangan. Dia merasa lingkungan di sekitarnya sangat kotor.Begitu melihat Wira, Hendra memicingkan matanya dan berkata, “Tak disangka, Tuan Wira dari Kota Pusat Pemerintahan Jagabu ternyata adalah seorang pelajar dari Dusun Darmadi. Pelayanmu ternyata adalah putri seorang tukang besi, dan Suryadi ternyata adalah pamanmu! Selain itu, gula putih yang kamu jual bukan berasal dari barat, melainkan yang kamu hasilkan sendiri!”Beberapa hari yang lalu, Hendra bertemu dengan Mahendra dan sudah bertanya dengan jelas mengenai identitas Wira. Awalnya, He
“Kalau Keluarga Sutedja merasa begitu kesulitan, kita nggak perlu kerja sama lagi!” Wira tersenyum sinis dan melanjutkan, “Waktu aku bekerja sama dengan Keluarga Wibowo sebelumnya, Nona Dian bahkan nggak tawar-menawar waktu membeli sabun. Hari ini, aku akan menawarkan gula putih kepadanya. Mari kita lihat apakah dia akan merasa keberatan atau nggak.”Ekspresi Hendra langsung berubah. Dia buru-buru tersenyum menyanjung dan berkata, “Wira, yang namanya berbisnis itu harus mementingkan urutan. Lagian, kerja sama kita baik-baik saja, ‘kan? Kamu nggak boleh ganti haluan segampang itu, dong.”Wira mencibir, “Aku selalu memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukanku. Aku tahu apa niatmu. Kalau kamu menyingkirkan niat jahatmu, kita masih bisa lanjut bekerja sama. Kalau nggak, kerja sama kita berakhir sampai di sini saja. Kamu kira aku takut pada Keluarga Sutedja? Memangnya kalian lebih hebat daripada Desa Tiga Harimau?”Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar sudah bersiap untuk menyerang
Selama ini, seorang senior yang selalu mengatur pernikahan juniornya. Mana ada seorang junior yang mengatur pernikahan seniornya?Wira bertanya sambil tersenyum, “Lestari, kalau Paman suka sama dia, kenapa kamu nggak suruh orang untuk menjodohkan mereka?”Lestari menjulingkan matanya dan menjawab, “Dulu, kami nggak punya cukup uang. Waktu kamu kasih kami seratusan ribu gabak, aku sudah berencana untuk cari makcomblang dan mengatur hal ini untuk Ayah. Alhasil, kamu malah bilang mau membuat mortar. Untuk beli bahan dan tungku pembakarannya saja, kita sudah habiskan 100 ribu gabak. Ayah merasa uangnya nggak cukup dan membatalkan niatnya untuk menikah.”“Diam!” Suryadi melambaikan tangannya dengan malu dan berkata, “Wira, jangan dengar omong kosongnya!”“Paman, ini masalah serius!” Wira berkata sambil tersenyum, “Nanti kalau Keluarga Sutedja sudah mengantar uangnya kemari, aku akan memberimu sejuta gabak. Cepat selesaikan masalah ini! Kalau ragu terus dan ada orang lain yang duluan melamar
“Kompetisi Puisi Naga?” Wira menerima undangan itu, lalu membukanya dan berkata sambil menggeleng, “Aku nggak tertarik sama kompetisi puisi.”Pada akhir Dinasti Jenggara, muncul seorang pahlawan hebat. Raja pertama Kerajaan Nuala berperang di luar Kota Pusat Pemerintahan Jagabu, mengalahkan pesaing segenerasinya, lalu menetapkan dasar untuk membangun kerajaan yang kuat.Setelah kemenangannya, dia menulis sebuah puisi mengenai pertempuran. Selanjutnya, ada seorang gubernur setempat yang mendirikan sebuah asosiasi, lalu mengumpulkan para sarjana untuk mengadakan kompetisi puisi. Tradisi ini pun dilanjutkan dari generasi ke generasi.Pada akhirnya, keluarga kerajaan juga berpartisipasi dalam kompetisi ini sehingga persyaratan untuk berpartisipasi juga menjadi semakin tinggi. Awalnya, para pelajar boleh berpartisipasi. Kemudian, persyaratannya berangsur-angsur naik menjadi pelajar yang belum berhasil melewati ujian kerajaan, sarjana kabupaten, dan pada akhirnya menjadi sarjana provinsi.Si
“Coba kulihat!” kata Wira sambil mengambil peta itu.Peta itu tidak besar dan menunjukkan rute dari Kabupaten Uswal hingga Kota Pusat Pemerintahan Jagabu. Dalam sepanjang perjalanan, mereka akan melewati kota kabupaten, pasar, sungai, pegunungan, jalan biasa, jalan gunung, pos militer, dan penginapan. Peta ini digambar dengan tangan dan sangat sederhana.Begitu Wira mengambil peta itu dari tangannya, ekspresi Regan langsung berubah. Di sisi lain, Iqbal juga membalikkan badan tanpa mengatakan apa-apa.Peta merupakan barang terlarang di masyarakat. Rakyat biasa dilarang untuk menyimpan atau menggambar peta, sedangkan para pedagang boleh menyimpan peta sederhana. Namun, peta itu juga hanya berisi rute perdagangan dan pengiriman.Peta yang dimiliki Regan adalah peta yang lebih mendetail daripada peta yang dimiliki para pedagang, tetapi lebih sederhana daripada peta yang digunakan prajurit militer. Menurut logika, orang biasa tidak boleh melihatnya. Namun, jika Iqbal menutup sebelah mata, R
Doly segera bertanya dengan nada penasaran, "Apa kamu membiarkan mereka pergi karena masih mengenang masa lalu?"Bagi Doly, Senia seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Terlebih lagi, dia dikelilingi oleh orang seperti Panji yang licik dan berbahaya.Mereka berdua layaknya dua serigala yang saling mendukung untuk menebar kekacauan. Jika kali ini mereka gagal dibunuh dan dibiarkan lolos begitu saja, masalah di masa depan akan makin sulit untuk diatasi. Pada saat itu, dunia mungkin akan jatuh ke dalam kehancuran besar.Meskipun ada hubungan masa lalu yang harus dipertimbangkan, Doly tetap berharap bahwa Wira bisa membunuh Senia. Dengan begitu, masalah ini bisa diselesaikan untuk selamanya. Semua ini demi rakyat jelata yang tak berdosa.Meskipun kedua belah pihak berada di kubu yang berbeda dan bahkan bukan dari bangsa yang sama, peperangan yang terus-menerus sudah membawa banyak penderitaan. Mana mungkin mereka bisa terus merenggut lebih banyak nyawa lagi?Wira bertanya, "Kamu p
Setelah kembali ke kediaman jenderal, Danu dan Agha segera masuk ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat.Berbeda dengan mereka berdua, Wira terlihat jauh lebih santai. Meski semalam dia juga ikut dalam perjalanan yang melelahkan, Wira tidak benar-benar bertarung melawan musuh.Sementara itu, Danu dan Agha harus terus bertarung melawan makhluk-makhluk beracun sehingga tenaga mereka terkuras habis. Wira memahami betul kelelahan yang mereka rasakan.Setelah akhirnya bisa pulang, Wira hanya bisa membiarkan keduanya beristirahat dengan tenang. Bagaimanapun juga, mereka adalah saudara yang sangat dia percayai.Berhubung Wira sendiri tidak terlalu lelah dan tidak merasa mengantuk, dia langsung menuju ke kamar Doly.Doly adalah orang yang berbakat. Setelah dia sepenuhnya berpihak kepada Wira, tentu Wira merasa perlu menjenguknya untuk melihat kondisi lukanya.Ketika Wira memasuki kamar, dia melihat Doly sedang berjalan mondar-mandir dengan ekspresi penuh pikiran. Menyadari Wira telah
Bagi mereka, semua itu seperti mimpi buruk yang tidak akan terlupakan.Wira berucap, "Semua, tolong bangkit dulu. Kalian terus berlutut di depanku, bahkan ada yang usianya lebih tua dariku. Ini sama saja dengan memperpendek umurku. Sejujurnya, sejak dulu aku selalu menentang kebiasaan berlutut seperti ini. Sebenarnya kebiasaan ini bisa diubah.""Saat bertemu, cukup berjabat tangan saja. Nggak perlu sampai berlutut segala, 'kan? Kita semua sama, sama-sama punya satu kepala di atas satu pundak. Nggak ada yang punya kepala dan lengan berlebih. Jadi, nggak ada perbedaan besar di antara kita," tambah Wira."Kalau kita terus membagi manusia ke dalam kelas-kelas yang berbeda, bukannya itu sangat nggak adil bagi banyak orang? Apalagi di kampung halamanku, kebiasaan berlutut ini dipercaya bisa memperpendek umur!" jelas Wira.Mendengar ucapan Wira, barulah semua orang mulai bangkit. Banyak dari mereka sempat berpikir bahwa setelah kekuasaan Wira makin besar, dia pasti bukan lagi Wira yang dulu.
Kalau tidak di masa depan saat mereka perlu memimpin pasukan untuk berperang, dari mana lagi uang untuk membiayai perang akan didapatkan?Mereka semua sebenarnya hanya memikirkan Wira. Akibat alasan itu, mereka memang terkesan dingin dan tanpa perasaan. Namun pada akhirnya, bukankah semua itu dilakukan demi kepentingan wilayah dua provinsi ini?Wira memberi tahu, "Semuanya, tolong segera bangkit. Soal 5 miliar gabak ini, kalian seharusnya berterima kasih pada Ibu Suri Kerajaan Agrel. Kalau bukan karena mereka, mana mungkin kami bisa mendapatkan perak sebanyak itu?""Tanpa itu, tentu saja kami nggak bisa membangun kembali rumah-rumah kalian," ucap Wira dengan tenang. Apa yang dia katakan memang benar adanya. Sebenarnya dia juga sempat dilema, apakah harus menggunakan uang dari kas negara atau tidak?Jika uang itu benar-benar digunakan, kekhawatiran Danu dan yang lainnya bisa menjadi kenyataan. Dalam skenario seperti itu, jika terjadi kekacauan di seluruh negeri, rakyat tidak hanya akan
Orang-orang itu memang tidak membawa senjata apa pun di tangan mereka. Bahkan, ada beberapa wanita yang membawa anak-anak. Tangan mereka juga terlihat memegang keranjang.Di dalam keranjang-keranjang itu, terdapat banyak buah, sayuran, beberapa telur, dan daging. Dari penampilannya, sepertinya mereka bukan datang untuk mencari masalah. Lagi pula, siapa yang akan membawa keluarga dan anak-anak untuk berkelahi?Apalagi dengan begitu banyak wanita di antara mereka, bukankah itu sama saja seperti menyia-nyiakan nyawa?"Mereka ini kalau bukan datang untuk bikin keributan, mau apa dong?" ucap Agha sambil menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia benar-benar tidak mengerti situasi ini. Apa sebenarnya yang sedang terjadi?Wira mengamati mereka dengan saksama untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berucap, "Mungkin mereka datang untuk berterima kasih kepada kita?""Berterima kasih?" Baik Danu maupun Agha, mereka masih terlihat bingung. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, tiba-tiba terdengar s
Di Provinsi Yonggu.Setelah menempuh perjalanan panjang dan bertarung dengan makhluk beracun itu, Wira dan lainnya langsung pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat.Kali ini adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Wira tahu bahwa semua orang sudah lelah. Untungnya, di situasi kritis, para prajurit tetap melindunginya. Hal ini membuat Wira merasa sangat terharu.Seketika, hanya tersisa Wira, Danu, dan Agha. Mereka menuju ke kediaman jenderal.Begitu tiba, mereka langsung melihat banyak orang berdiri di depan. Meskipun ada prajurit yang menjaga ketertiban, para rakyat seperti ingin menerobos masuk."Apa yang terjadi? Mereka mau demo ya? Mereka mau menyerang kediaman jenderal?" Danu yang berdiri di belakang tampak menggertakkan gigi dengan kesal.Sebelumnya, Danu telah mengusulkan kepada Wira untuk menggunakan metode yang lebih keras agar para rakyat tidak berani macam-macam. Namun, Wira menolak dan memilih usul Osmaro. Dia ingin menenangkan para rakyat dengan metode yang lebih
"Senjata api sekalipun nggak bisa menghancurkan pertahanannya. Jadi, sekalipun di medan perang, Wira tetap nggak bakal mendapat keuntungan apa pun."Begitu mendengarnya, orang-orang kembali merasa percaya diri dan tersenyum. Ternyata seperti itu!Kresna juga menyunggingkan senyuman, tetapi hatinya merasa kecewa. Sebenarnya, dia ingin melihat Wira mengalahkan Senia. Dengan cara ini, Kerajaan Agrel baru akan menjadi kacau dan dirinya bisa memanfaatkan situasi untuk menguasai takhta.Sekalipun tidak bisa menguasai seluruh Kerajaan Agrel, setidaknya dia memiliki wilayah dan bisa melindungi keluarga serta rakyatnya. Hasil ini sudah sangat memuaskan bagi Kresna. Dia tidak ingin merasakan sakitnya kehilangan keluarga lagi!"Kerja bagus! Kamu memang orang kepercayaanku! Selanjutnya tergantung pada kemampuanmu. Kalau ingin mengembangkan lebih banyak racun, kami hanya bisa bergantung padamu.""Setelah kembali ke istana, aku akan mengumumkan kepada para menteri untuk membantumu dalam pengembangan
"Setahuku setelah Senia dan Panji bekerja sama, mereka menyusun banyak rencana jahat. Racun ini seharusnya adalah ide Panji. Aku tahu kepribadian Senia. Dia memang bukan orang baik, tapi nggak mungkin bisa mengembangkan racun sehebat ini.""Ditambah dengan berbagai insiden sebelumnya, bisa dilihat bahwa Senia sangat ambisius. Pantas saja, dia begitu menyukai Panji. Panji ini memang punya kemampuan. Kita harus berwaspada darinya," ujar Wira sambil mengernyit.Wira teringat pada situasi di medan perang tadi. Karena Panji melafalkan mantra, cuaca di sekitar pun berubah. Panji punya kemampuan misterius. Orang biasa tidak akan bisa melawannya."Lucy, selidiki asal-usul Panji. Aku mau informasi detail. Dengan mengetahui kemampuan musuh, kita baru bisa menang," instruksi Wira sambil melirik Lucy yang berdiri di sampingnya.Prioritas utama untuk sekarang adalah mengatasi masalah racun itu. Kemudian, mereka harus menghabisi Panji untuk memastikan semuanya aman. Jangan sampai para rakyat yang me
Danu dan Lucy adalah orang kepercayaan Wira. Dia tentu tahu apa yang ada di pikiran mereka berdua.Jelas sekali, mereka ingin mengusirnya supaya bisa bertarung secara mati-matian. Mereka hanya tidak ingin Wira melihat para bawahan gugur."Mundur!" perintah Wira sambil melambaikan tangannya."Kalau pergi sekarang, bukankah itu berarti kita melewatkan kesempatan besar? Kita harus menaklukkan pria ini supaya bisa dibawa pulang untuk diteliti. Kita harus mencari cara untuk melawan racun itu! Kita nggak boleh menyerah begitu saja!" pekik Danu kepada Wira.Agha pun melirik Wira, lalu berucap dengan tegas, "Kak Wira, beri aku sedikit waktu lagi. Aku bisa melawannya. Aku nggak akan membiarkannya melukai saudara-saudara kita!"Orang-orang pun mengangguk. "Sekalipun harus mengorbankan nyawa kami, hari ini kami harus menaklukkannya!"Wira merasa tidak tega melihat mereka seperti ini. Mereka semua punya keluarga. Siapa yang ingin mati di sini?Sebagai penguasa Provinsi Lowala, Wira tentu harus ber