Kemal memicingkan matanya sembari menimpali, "Pak Dimas, kamu ingin menurunkan jabatan pemimpin kabupaten semudah itu? Orang yang nggak tahu apa-apa mungkin akan mengira kamu ini sudah ganti profesi menjadi menteri personalia."Kerajaan Nuala memiliki seorang penasihat kanan, seorang penasihat kiri, dan enam orang menteri. Masing-masing pun memiliki dua orang sekretaris.Tahap awal pekerjaan adalah menangani semua pengajuan, lalu diserahkan kepada raja untuk dibaca. Pada akhirnya, dewan pengawas akan mengecap dengan segel dan menyebarkannya ke seluruh negeri.Enam kementerian dibagi menjadi kementerian personalia, kementerian ritus, kementerian perang, kementerian keadilan, kementerian perekonomian, dan kementerian perindustrian.Keenam kementerian ini berhak untuk mengevaluasi ataupun memecat para pejabat.Kementerian perindustrian adalah adalah fondasi keenam kementerian ini. Mereka memegang kendali atas segala proyek nasional sehingga pekerjaan mereka paling melelahkan.Ekspresi Dim
Menteri ritus dan perang langsung menentang pendapat faksi penasihat kiri.Dalam sekejap, faksi penasihat kiri dan kanan mulai berdebat dengan sengit.Menteri ritus membaca surat pengajuan tersebut dengan saksama tanpa menghiraukan lingkungan sekitarnya. Tidak terlihat emosi apa pun di wajahnya."Lakukan pemungutan suara!" kata Ardi tiba-tiba. Kemudian, dia menambahkan, "Aku rasa strategi ini kurang sesuai.""Aku juga rasa begitu," ujar menteri perekonomian, keadilan, dan perindustrian dengan serentak. Mereka juga menentang strategi yang diusulkan Iqbal.Melihat situasi ini, Kemal mengernyit dengan geram. Dia ingin sekali meninggalkan tempat ini secepat mungkin.Setiap kali melakukan pemungutan suara, mereka selalu gagal menjalankan hal yang bermanfaat untuk rakyat dan negara.Menurut Kemal, jabatan penasihat kiri ini sungguh tidak berguna!Tiba-tiba, Gatot Handoyo sang menteri personalia yang sedari tadi diam tergelak dan berkata, "Memang ada yang kurang sesuai, tapi ada beberapa bagi
"Orang yang memberi usul ini pasti ingin mencelakai Kerajaan Nuala. Dia seharusnya dibawa ke ibu kota untuk menerima hukuman!" teriak seseorang dari faksi penasihat kanan."Iqbal juga sudah memikirkan strategi untuk mengatasi para perampok dan mata-mata!""Meruntuhkan tembok pasar, meningkatkan bisnis, dan mengembangkan hiburan malam. Tiga ide ini bisa meningkatkan pembayaran pajak dan meningkatkan transaksi. Dengan begini, pajak yang diterima istana akan bertambah!""Yang Mulia, ini adalah strategi yang sangat brilian dan langka. Orang yang memberi usul justru harus diberi penghargaan. Kalau tidak, genius mana yang bersedia membuatkan strategi untuk istana lagi?""Saya setuju. Yang Mulia seharusnya memberi hadiah kepada Iqbal dan Wira yang telah memberi usul ini."Faksi penasihat kiri bergegas maju untuk memberi dukungan."Hehe." Raja Bakir tersenyum melihat perdebatan antara kedua faksi. Setelah aula istana diam, dia baru bertanya, "Gatot, bagaimana menurutmu?""Yang Mulia, jika temb
Gandi dan Ganjar melirik Gavin sekilas. Keduanya menunduk tanpa berkata-kata."Nggak, nggak ada masalah. Ibu kami sakit, jadi kami mencari tabib untuknya," jawab Gandi dengan wajah memerah.Wira bertanya dengan prihatin, "Apa kata tabib? Apa kondisi ibu kalian parah?"Pada zaman ini, masyarakat kekurangan obat dan ilmu medis. Penyakit flu bahkan bisa membunuh seseorang.Gavin menunduk seraya menyahut dengan terbata-bata, "Ee ... nggak parah. Tabib bilang cukup makan obat."Wira berpesan, "Orang tua memang lemah. Kalian harus memberinya makanan yang lebih bernutrisi, seperti telur, ikan, dan daging. Kalau ada yang punya sapi atau kambing yang melahirkan, minta sedikit susu dari mereka. Kalian tinggal memasaknya untuk ibu kalian. Susu seperti ini sangat menyehatkan.""Jangan mencoba berhemat. Kalau sampai penyakitnya parah, uang pun belum tentu bisa menyelamatkannya lagi," ujar Wira untuk memperingatkan.Pada zaman ini, orang dari keluarga biasa kurang mengonsumsi protein.Meskipun gaji
Wira mengikuti Lestari dengan kebingungan. Entah apa yang akan dikatakan wanita ini kepadanya.Lestari menunjuk tiga kendi yang ada di halaman, lalu berujar, "Sesuai dengan instruksimu, aku dan ayahku mencari perajin tembikar, lalu membuat 20-an gelas tanah liat dengan ukuran berbeda dan membangun 3 tanur untuk membakarnya.""Biaya yang kami habiskan untuk ini sudah mencapai 50 ribu gabak. Semua uang itu hanya untuk membuat 3 kendi jelek ini. Kalau dihitung keseluruhannya, total uang yang dihabiskan adalah 100 ribu gabak!" seru Lestari.Ketika melihat 3 kendi jelek yang tidak berbeda dengan kendi seharga puluhan gabak di jalanan, Doddy pun merasa sangat sayang dengan uang-uang itu sehingga berteriak, "Mahal sekali!"Doddy bekerja dengan susah payah selama 3 hari, bahkan difitnah pergi ke rumah bordil. Alhasil, Wira malah membuat benda jelek ini.'Apa mungkin Kak Wira hanya mau menghamburkan uangnya?' batin Doddy."Harga segitu pantas kok," ujar Wira sambil mengambil mortar tanah liat g
Waktu itu, Lestari sangat tidak tega untuk mengatakan Wira hanya tahu menghamburkan uang. Bagaimanapun, dia merasa sangat senang dengan hasilnya.Dia pun memutuskan untuk tidak akan menyalahkan Wira jika mortar ini gagal melelehkan besi nanti."Besinya sudah cair!" teriak Doddy tiba-tiba.Gavin dan saudaranya bergegas menjulurkan kepala untuk melihat. Mereka berseru dengan kaget, "Benar-benar berhasil!""Ya! Besi gubalnya sudah meleleh menjadi besi cair! Kita berhasil!" teriak Suryadi dengan gembira sambil mengaduknya dengan tongkat besi. Penampilannya seperti anak kecil yang kegirangan.Lestari yang sedang melamun sontak berdiri. Dia berlari ke samping tungku, lalu menatap besi cair di dalam mortar. Api merah pun memantulkan wajahnya yang dipenuhi keterkejutan.Sebagai putri seorang tukang besi, dia tentu mengerti apa maksud dari besi gubal yang meleleh.Ini adalah baja yang sangat bagus. Jika ditempa menjadi pedang, mereka bisa menjualnya seharga ratusan ribu hingga jutaan gabak."Wi
Ketika masih kecil, keduanya sering tidur sekamar, bahkan seranjang.Namun, karena sudah dewasa sekarang, pria dan wanita tentu harus menjaga jarak. Paman mereka malah masih menganggap mereka sebagai anak kecil.Sebenarnya, hal ini juga bisa dimengerti. Mana mungkin tukang besi kasar seperti pamannya bisa mempertimbangkan begitu banyak hal?Wajah Lestari pun memerah. Dia berkata, "Kalau gitu, kamu tidur di lantai."Wira mengangkat alisnya seraya menimpali, "Paman bilang tubuhku lemah. Jadi, dia menyuruhku tidur di ranjang, kamu yang tidur di lantai.""Ayah benar-benar pilih kasih. Aku nggak mau jadi putrinya lagi!" maki Lestari sambil mengambil kasur tipis.Setelah Lestari meletakkannya dengan baik, Wira langsung berbaring di atasnya dengan meletakkan kedua tangan di belakang kepala.Lestari pun menariknya dengan kesal sembari mengomel, "Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri. Ini tempat tidurku!"Wira berbaring dengan santai seraya berkata, "Aku sangat capek, nggak mau naik ke ranjang l
Lestari sangat curiga pada ketajaman pisau yang dibuat dari urine hewan itu. Sebenarnya, ini bukan pisau biasa, melainkan pisau panjang yang menyerupai pedang.“Pasti tajam!” Sebagai seorang tukang besi, Suryadi merasa sangat yakin. Kemudian, dia memberi perintah, “Bawa baju zirahnya kemari!”Untuk menguji ketajaman pedang ini, Suryadi sudah membeli baju zirah kulit di pagi hari. Berlapis-lapis baju zirah kulit itu ditumpuk di atas bangku.Syut! Suryadi menebaskan pedang itu, lalu selapis demi selapis baju zirah itu pun robek.Wira tidak menghitung ada berapa banyak lapis baju zirah yang robek. Menurut sejarah teknik material, seorang ahli senjata dari Dinasti Utasel pernah membuat pedang dengan cara membungkus baja, lalu menggunakan metode pendinginan dan pemanasan ganda. Pedang yang dibuat dengan metode ini bisa menembus 30 lapis baju zirah kulit.Dengan baja karbon tinggi yang kualitasnya semakin bagus, pedang yang dihasilkan juga akan semakin tajam. Baju zirah yang ditembus pedang
Wira beserta Adjie dan Nafis berjalan perlahan-lahan menuju kemah utama untuk kavaleri. Kemah untuk kavaleri dari Kerajaan Nuala letaknya berdampingan dengan kemah di tengah kota, sehingga saat ini mereka bisa melihat sudah ada banyak tali perangkap kuda yang terhampar di luar kemah tengah itu.Melihat begitu banyak tali perangkap kuda, Wira merasa agak bersemangat. Jika semua benda ini bisa diletakkan di Dataran Haloam, pasukan utara pasti akan kesulitan.Begitu memasuki kemah Pasukan Harimau, dua pria yang mengenakan zirah langsung menghentikan langkah Wira dan yang lainnya. Mereka membawa pedang militer di pinggang dan busur serta dua set anak panah di punggung mereka.Wira langsung mengeluarkan lencana dan berkata, "Aku ini Wira, aku ingin mengerahkan tiga ribu pasukan. Siapa yang memimpin di sini? Panggil dia ke sini untuk bertemu denganku."Orang yang membawa bendera biasanya adalah komandan utama pasukan. Di medan perang, dia akan bertarung mati-matian sambil mengangkat bendera.
Wira terlihat tertegun sejenak setelah mendengar laporan dari mata-mata, lalu dia tiba-tiba merasa sangat senang dan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, kita jalankan sesuai rencana kita. Jenderal Trenggi, aku percayakan kota ini padamu."Trenggi menganggukkan kepala. Setelah itu, dia mengeluarkan sebuah lencana, lalu langsung menyerahkannya pada Wira dan berkata, "Tuan Wira, lencana ini bisa memungkinkanmu untuk langsung membawa pergi tiga ribu Pasukan Harimau. Untuk berjaga-jaga, aku serahkan wewenang untuk mengatur Pasukan Harimau ini padamu untuk sementara."Wira langsung tertegun sejenak saat mendengar perkataan Trenggi, jelas tidak menyangka Trenggi bisa begitu percaya padanya. Meskipun hubungannya dan Osman cukup baik, dia jarang berurusan dengan Trenggi sebelumnya.Namun, sekarang Trenggi malah langsung memberikan kesempatan besar ini pada Wira, sehingga dia benar-benar merasa sangat terharu. Meskipun lencana itu hanya bisa mengerahkan tiga ribu Pasukan Harimau, itu juga sudah ter
Tempat seperti Hutan Bambu Mayu memang sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat penyergapan.Melihat tempat itu, Wira menganggukkan kepala dan berkata, "Kalau begitu, ini memang nggak bermasalah bagi kita. Tapi, aku penasaran, bagaimana kalau kita mengatur penyergapan di Hutan Bambu Mayu ini?"Mata Adjie langsung bersinar dan segera berkata, "Tuan, aku juga berpikir seperti itu. Kalau kita menyiapkan penyergapan di sini, pasukan musuh juga nggak akan bisa menemukan kita. Selama kita terus bertarung sambil melangkah mundur dan ditambah lagi adanya tali perangkap kuda, aku jamin mereka nggak akan selamat."Wira menganggukkan kepala. Jika memang seperti itu, rencana ini memang cukup baik. Namun, jika hanya sebatas itu saja, dia malah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Setelah terdiam sejenak, dia sepertinya teringat sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Aku merasa sepertinya ada yang kurang. Rencana ini akan berhasil kalau pasukan musuh mengejar kita.""Bagaimana kalau mereka memutusk
Mendengar perkataan itu, Agha yang di samping pun tersenyum dan berkata, "Tuan, tali untuk perangkap kuda ini ada. Saat aku dan Latif pergi membujuk orang-orang itu, kami menemukan banyak tali perangkap kuda di kemah utama di sana. Cukup untuk kita gunakan."Ekspresi Wira langsung terlihat senang, lalu menatap ke arah Latif.Latif pun tersenyum, lalu maju dan berkata, "Benar. Kami memang menemukan banyak tali perangkap kuda di sana, jadi ini bukan masalah lagi. Aku akan pergi menyuruh mereka untuk memindahkannya ke sini sekarang juga."Setelah berhasil membujuk para prajurit di dalam kita untuk menyerah, Latif memeriksa dan menemukan jumlah mereka tidak sampai sepuluh ribu orang. Meskipun jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan pasukan Trenggi, jumlah ini juga tidak termasuk sedikit. Oleh karena itu, dia berniat menyerahkan tanggung jawab ini pada Agha untuk menghindari kesalahpahaman.Namun, setelah mendengar pemikiran itu, Wira langsung menyerahkan wewenang untuk memimpin para praj
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah