Menteri ritus dan perang langsung menentang pendapat faksi penasihat kiri.Dalam sekejap, faksi penasihat kiri dan kanan mulai berdebat dengan sengit.Menteri ritus membaca surat pengajuan tersebut dengan saksama tanpa menghiraukan lingkungan sekitarnya. Tidak terlihat emosi apa pun di wajahnya."Lakukan pemungutan suara!" kata Ardi tiba-tiba. Kemudian, dia menambahkan, "Aku rasa strategi ini kurang sesuai.""Aku juga rasa begitu," ujar menteri perekonomian, keadilan, dan perindustrian dengan serentak. Mereka juga menentang strategi yang diusulkan Iqbal.Melihat situasi ini, Kemal mengernyit dengan geram. Dia ingin sekali meninggalkan tempat ini secepat mungkin.Setiap kali melakukan pemungutan suara, mereka selalu gagal menjalankan hal yang bermanfaat untuk rakyat dan negara.Menurut Kemal, jabatan penasihat kiri ini sungguh tidak berguna!Tiba-tiba, Gatot Handoyo sang menteri personalia yang sedari tadi diam tergelak dan berkata, "Memang ada yang kurang sesuai, tapi ada beberapa bagi
"Orang yang memberi usul ini pasti ingin mencelakai Kerajaan Nuala. Dia seharusnya dibawa ke ibu kota untuk menerima hukuman!" teriak seseorang dari faksi penasihat kanan."Iqbal juga sudah memikirkan strategi untuk mengatasi para perampok dan mata-mata!""Meruntuhkan tembok pasar, meningkatkan bisnis, dan mengembangkan hiburan malam. Tiga ide ini bisa meningkatkan pembayaran pajak dan meningkatkan transaksi. Dengan begini, pajak yang diterima istana akan bertambah!""Yang Mulia, ini adalah strategi yang sangat brilian dan langka. Orang yang memberi usul justru harus diberi penghargaan. Kalau tidak, genius mana yang bersedia membuatkan strategi untuk istana lagi?""Saya setuju. Yang Mulia seharusnya memberi hadiah kepada Iqbal dan Wira yang telah memberi usul ini."Faksi penasihat kiri bergegas maju untuk memberi dukungan."Hehe." Raja Bakir tersenyum melihat perdebatan antara kedua faksi. Setelah aula istana diam, dia baru bertanya, "Gatot, bagaimana menurutmu?""Yang Mulia, jika temb
Gandi dan Ganjar melirik Gavin sekilas. Keduanya menunduk tanpa berkata-kata."Nggak, nggak ada masalah. Ibu kami sakit, jadi kami mencari tabib untuknya," jawab Gandi dengan wajah memerah.Wira bertanya dengan prihatin, "Apa kata tabib? Apa kondisi ibu kalian parah?"Pada zaman ini, masyarakat kekurangan obat dan ilmu medis. Penyakit flu bahkan bisa membunuh seseorang.Gavin menunduk seraya menyahut dengan terbata-bata, "Ee ... nggak parah. Tabib bilang cukup makan obat."Wira berpesan, "Orang tua memang lemah. Kalian harus memberinya makanan yang lebih bernutrisi, seperti telur, ikan, dan daging. Kalau ada yang punya sapi atau kambing yang melahirkan, minta sedikit susu dari mereka. Kalian tinggal memasaknya untuk ibu kalian. Susu seperti ini sangat menyehatkan.""Jangan mencoba berhemat. Kalau sampai penyakitnya parah, uang pun belum tentu bisa menyelamatkannya lagi," ujar Wira untuk memperingatkan.Pada zaman ini, orang dari keluarga biasa kurang mengonsumsi protein.Meskipun gaji
Wira mengikuti Lestari dengan kebingungan. Entah apa yang akan dikatakan wanita ini kepadanya.Lestari menunjuk tiga kendi yang ada di halaman, lalu berujar, "Sesuai dengan instruksimu, aku dan ayahku mencari perajin tembikar, lalu membuat 20-an gelas tanah liat dengan ukuran berbeda dan membangun 3 tanur untuk membakarnya.""Biaya yang kami habiskan untuk ini sudah mencapai 50 ribu gabak. Semua uang itu hanya untuk membuat 3 kendi jelek ini. Kalau dihitung keseluruhannya, total uang yang dihabiskan adalah 100 ribu gabak!" seru Lestari.Ketika melihat 3 kendi jelek yang tidak berbeda dengan kendi seharga puluhan gabak di jalanan, Doddy pun merasa sangat sayang dengan uang-uang itu sehingga berteriak, "Mahal sekali!"Doddy bekerja dengan susah payah selama 3 hari, bahkan difitnah pergi ke rumah bordil. Alhasil, Wira malah membuat benda jelek ini.'Apa mungkin Kak Wira hanya mau menghamburkan uangnya?' batin Doddy."Harga segitu pantas kok," ujar Wira sambil mengambil mortar tanah liat g
Waktu itu, Lestari sangat tidak tega untuk mengatakan Wira hanya tahu menghamburkan uang. Bagaimanapun, dia merasa sangat senang dengan hasilnya.Dia pun memutuskan untuk tidak akan menyalahkan Wira jika mortar ini gagal melelehkan besi nanti."Besinya sudah cair!" teriak Doddy tiba-tiba.Gavin dan saudaranya bergegas menjulurkan kepala untuk melihat. Mereka berseru dengan kaget, "Benar-benar berhasil!""Ya! Besi gubalnya sudah meleleh menjadi besi cair! Kita berhasil!" teriak Suryadi dengan gembira sambil mengaduknya dengan tongkat besi. Penampilannya seperti anak kecil yang kegirangan.Lestari yang sedang melamun sontak berdiri. Dia berlari ke samping tungku, lalu menatap besi cair di dalam mortar. Api merah pun memantulkan wajahnya yang dipenuhi keterkejutan.Sebagai putri seorang tukang besi, dia tentu mengerti apa maksud dari besi gubal yang meleleh.Ini adalah baja yang sangat bagus. Jika ditempa menjadi pedang, mereka bisa menjualnya seharga ratusan ribu hingga jutaan gabak."Wi
Ketika masih kecil, keduanya sering tidur sekamar, bahkan seranjang.Namun, karena sudah dewasa sekarang, pria dan wanita tentu harus menjaga jarak. Paman mereka malah masih menganggap mereka sebagai anak kecil.Sebenarnya, hal ini juga bisa dimengerti. Mana mungkin tukang besi kasar seperti pamannya bisa mempertimbangkan begitu banyak hal?Wajah Lestari pun memerah. Dia berkata, "Kalau gitu, kamu tidur di lantai."Wira mengangkat alisnya seraya menimpali, "Paman bilang tubuhku lemah. Jadi, dia menyuruhku tidur di ranjang, kamu yang tidur di lantai.""Ayah benar-benar pilih kasih. Aku nggak mau jadi putrinya lagi!" maki Lestari sambil mengambil kasur tipis.Setelah Lestari meletakkannya dengan baik, Wira langsung berbaring di atasnya dengan meletakkan kedua tangan di belakang kepala.Lestari pun menariknya dengan kesal sembari mengomel, "Apa yang kamu lakukan? Cepat berdiri. Ini tempat tidurku!"Wira berbaring dengan santai seraya berkata, "Aku sangat capek, nggak mau naik ke ranjang l
Lestari sangat curiga pada ketajaman pisau yang dibuat dari urine hewan itu. Sebenarnya, ini bukan pisau biasa, melainkan pisau panjang yang menyerupai pedang.“Pasti tajam!” Sebagai seorang tukang besi, Suryadi merasa sangat yakin. Kemudian, dia memberi perintah, “Bawa baju zirahnya kemari!”Untuk menguji ketajaman pedang ini, Suryadi sudah membeli baju zirah kulit di pagi hari. Berlapis-lapis baju zirah kulit itu ditumpuk di atas bangku.Syut! Suryadi menebaskan pedang itu, lalu selapis demi selapis baju zirah itu pun robek.Wira tidak menghitung ada berapa banyak lapis baju zirah yang robek. Menurut sejarah teknik material, seorang ahli senjata dari Dinasti Utasel pernah membuat pedang dengan cara membungkus baja, lalu menggunakan metode pendinginan dan pemanasan ganda. Pedang yang dibuat dengan metode ini bisa menembus 30 lapis baju zirah kulit.Dengan baja karbon tinggi yang kualitasnya semakin bagus, pedang yang dihasilkan juga akan semakin tajam. Baju zirah yang ditembus pedang
Krak! Pedang Treksha yang dipegang Doddy masih utuh, tetapi pedang yang dipegang Gavin sudah putus.“Wira, ini benar-benar senjata ajaib yang nggak ternilai harganya!” seru Suryadi dengan gembira sambil berlinang air mata.Lestari menutup mulutnya dengan terkejut. Dia menyaksikan situasi ini dengan ekspresi tidak percaya.Wira tertawa pelan, lalu menjawab, “Biasa saja kok, tapi bisa digunakan!”Sebagai seseorang yang memiliki gelar doktor dalam teknik material, Wira bahkan pernah melihat pedang yang lebih tajam dari Pedang Treksha. Dapat dikatakan bahwa bukan Pedang Treksha yang hebat, melainkan pedang Gavin yang terlalu lemah sehingga tidak mampu menahan serangan Pedang Treksha.Sebenarnya, membungkus besi gubal dengan baja karbon tinggi adalah metode membungkus baja yang paling mendasar. Ada juga metode membungkus besi tempa dan unsur logam lainnya yang lebih rumit. Namun, metode membungkus baja level terendah sudah merupakan metode yang jauh melampaui kemajuan masyarakat era ini dan