Desa Tiga Harimau memang telah lenyap. Namun, Keluarga Silali dari kabupaten yang merupakan dalang di balik semua ini masih hidup bebas di luar sana.Tim penangkap ikan dan tim pembelian bergegas mempersiapkan kereta kuda."Dia kelihatan galak sekali!""Tatapannya bahkan lebih mengerikan dari serigala!""Tapi, dia tetap saja berhasil ditaklukkan Kak Wira!"Banyak penduduk desa mengelilingi Kadir yang diikat di kereta kuda. Mereka pun melihat dari kejauhan sambil bergosip."Urus kerjaan kalian sana, jangan berkerumun di sini!" teriak Hasan yang mengusir para penduduk itu.Kemudian, dia menghampiri Kadir dengan membawa air dan menyuapinya, "Tujuh Belas, ini salahku."Hasan tahu, jika bukan karena dirinya, teman lamanya ini pasti lebih memilih untuk langsung mati daripada dipermalukan seperti ini."Kak Hasan, untuk apa sesungkan ini? Aku saja nggak keberatan untuk mati, jadi mana mungkin peduli dengan mereka?" sahut Kadir.Kemudian, dia meneruskan, "Omong-omong, bocah itu punya sedikit ka
"Kami berdua pasti ikut!" Gandi dan Ganjar meneruskan, "Kami nggak akan menyesal kalau akhirnya harus mati untuk Tuan Wira!"....Di Kediaman Silali yang terletak di kabupaten.Darius dan Mahendra duduk berhadapan. Di depan mereka, terlihat semangkuk bakso ikan yang berhasil dibeli pelayan setelah mengantre cukup lama.Setelah memakan bakso ikan, Mahendra mengernyit sembari berkata, "Ayah, Desa Tiga Harimau seharusnya sudah beraksi. Pecundang itu seharusnya juga sudah mati. Tapi, kenapa masih belum ada kabar dari mereka?"Sesudah meminum kuah, Darius meletakkan mangkuknya. Dia menjawab dengan murung, "Mahendra, sudah berapa kali kubilang, sarjana Keluarga Silali sepertimu nggak usah menanyakan pekerjaan kotor begini. Aku akan mengurus semuanya dengan baik. Lagi pula, apa yang kamu khawatirkan? Desa Tiga Harimau pasti bisa membunuh pelajar lemah itu dengan mudah."Mahendra pun mengangguk, lalu menimpali, "Ya, benar juga. Bagaimanapun, mereka bertiga sangat ganas. Keluarga kaya di kabupa
Sekelompok orang berlutut di aula pengadilan daerah. Terlihat bandit, anggota keluarga kaya, inspektur, petugas patroli, dan penduduk desa.Iqbal duduk di kursi utama. Ketika melihat berbagai bukti yang ada, amarah pun berkecamuk dalam hatinya.Dia sungguh tidak menyangka bahwa Wira bukan hanya memahami sejarah, tetapi juga menguasai cara memerintah negara.Wira bahkan begitu pintar dalam memimpin pasukan. Dia membawa sekelompok penduduk desa untuk melenyapkan Desa Tiga Harimau.Iqbal yang telah menjabat selama sebulan lebih tentu tahu betapa kejamnya para bandit di Desa Tiga Harimau.Patut diketahui bahwa Fadil yang merupakan seorang jenderal militer selalu menghabiskan jutaan gabak setiap tahunnya, tetapi masih gagal menjatuhkan Desa Tiga Harimau.Di sisi lain, Wira yang hanya membawa sekelompok penduduk desa justru berhasil memusnahkan mereka dalam semalaman. Dia benar-benar seperti seorang dewa perang!Kelahiran genius seperti ini di Kerajaan Nuala adalah keberuntungan para rakyat
Bam!Iqbal memukul meja dengan palu di tangannya, lalu berseru, "Berteriak di pengadilan, hukumannya 10 kali tamparan!"Plak! Plak! Plak!Dua petugas pengadilan bergegas menghampiri dan memukul dengan tongkat sebanyak 10 kali. Mulut Darius seketika berlumuran darah. Dia pun menangis tersedu-sedu seraya mengeluh."Hukuman untuk kasus ini adalah ...." Tepat ketika Iqbal kembali mengangkat palunya dan hendak mengumumkan hukuman, lagi-lagi terjadi sesuatu di luar dugaannya.Seorang pria paruh baya tiba-tiba masuk ke pengadilan daerah. Dia bertubuh tinggi dan tegap, bermata tajam, dan memiliki sebuah golok di pinggangnya.Orang ini tidak lain adalah Fadil Kaban, Jenderal Militer Kabupaten Uswal.Jenderal militer bertanggung jawab atas keamanan suatu kabupaten. Dia adalah pemimpin dari para petugas keamanan, prajurit, petugas patroli, dan pemanah. Dia memiliki kekuatan terbesar di seluruh kabupaten.Menangkap perampok dan melenyapkan bandit pun merupakan tugas seorang jenderal militer.Begit
Veteran yang direkrut oleh Iqbal hanya bisa memanah sebanyak 20 kali berturut-turut. Bahkan, panah yang diluncurkannya akan makin lama makin tidak akurat.Iqbal pun mengernyit melihat situasi ini. Dia tidak mahir dalam urusan militer, tetapi tahu bahwa prajurit elite hanya bisa memanah sebanyak 20 sampai 30 kali.Lantas, mengapa Hasan ini berani membual seperti itu?Namun, Iqbal yakin bahwa Wira tidak mungkin mengutus orang ceroboh kemari. Mungkin, Hasan ini memang memiliki kemampuan seperti itu.Saat ini, Hasan menarik busurnya dan memasang anak panah.Brr brr brr .... Whoosh whoosh whoosh ....Tali busur bergetar, sedangkan anak panah memelesat di udara. Setiap serangannya tepat mengenai sasaran!Hasan memanah sebanyak 20 kali, 30 kali, 40 kali, dan akhirnya 50 kali!Tidak ada satu pun anak panah yang memeleset!Semua orang yang berada di aula pengadilan daerah tercengang melihat kejadian ini.Teknik panah dan kekuatan lengan Hasan telah melampaui level orang biasa. Seorang jenderal
Radit dan Fadil sungguh tercengang mendengarnya.Pada tahun itu, Panglima Dirga membentuk Pasukan Zirah Hitam. Tidak ada seorang pun yang berani menolak untuk tunduk pada pasukan ini.Sementara itu, prajurit pribadinya sudah pasti adalah yang paling elite. Mereka sanggup melawan 10 orang sendirian.Para pemilik zirah hitam ini memiliki kekuatan tempur yang sangat luar biasa.Peringkat pengawal pribadi pun diurutkan sesuai jumlah pembantaian mereka. Orang yang menduduki 100 besar memiliki pencapaian besar dalam pertempuran.Menurut rumor, pengawal pribadi pertama Panglima Dirga telah mengikutinya bertempur ke mana-mana. Jumlah orang yang dibunuhnya pun tak terhitung lagi.Jika tidak terjadi kecelakaan waktu itu, pengawal pribadi Panglima Dirga sudah menjadi pejabat sekarang. Pangkatnya bahkan di atas mereka semua yang ada di sini.Meskipun demikian, masih ada para petinggi yang turun tangan melindungi para pengawal pribadi itu agar mereka bisa kembali ke medan perang dan menghentikan ba
Kemudian, Iqbal melanjutkan, "Hasan, Zabran, dan penduduk Dusun Darmadi lainnya telah berjasa karena menjatuhkan Desa Tiga Harimau. Mereka telah memberantas bahaya untuk Kabupaten Uswal.""Sesuai jumlah hadiah yang ada, mereka akan mendapat 1 juta gabak untuk penangkapan Kadir, 800 ribu gabak untuk pembunuhan Heru, dan masing-masing bandit dihitung 10 ribu gabak per kepala. Perintahkan departemen yang terkait untuk menyediakan 2,3 juta gabak sebagai hadiahnya!" jelas Iqbal."Terima kasih, Yang Mulia!" Hasan memimpin para penduduk desa memberi hormat.Mendengar keputusan ini, Danu tetap tenang seperti biasanya. Sementara itu, Doddy, Sony, Danur, Herman, dan Hamid justru tampak sangat senang.Mereka sudah beberapa kali datang ke aula pengadilan daerah. Jadi, mereka sudah cukup familier dan tidak ketakutan seperti sebelumnya lagi.Apalagi, mereka pernah melihat pemimpin kabupaten ini bersikap sangat hormat kepada Wira.Sejak kejadian ini, setiap ada penduduk Dusun Darmadi yang datang ke p
Bahkan, Mahendra yakin dia bisa membuat Wira si pecundang itu mati mengenaskan suatu hari nanti.Seorang pelayan menghampiri dengan membawa nampan berisi uang perak. Dia berkata, "Tuan Muda Mahendra, Tuan Muda Harsa bilang dia nggak bisa membantumu. Uang ini adalah niat baik darinya. Kelak, Keluarga Silali dan Keluarga Linardi nggak punya hubungan apa pun lagi."Selesai berbicara, pelayan itu langsung berbalik dan menutup pintu kediaman.Mahendra termangu untuk sesaat. Dia tiba-tiba melemparkan nampan di tangannya, lalu memukul pintu dengan marah sambil berteriak, "Harsa, kamu kira aku ini pengemis? Kalau bukan karena adikmu, mana mungkin Keluarga Silali jadi begini sekarang. Cepat keluar kamu! Kamu harus memberiku penjelasan!"Di dalam Kediaman Linardi, Harsa mengernyit mendengarnya. Dia memang berharap adiknya berpisah dengan Wira, tetapi tidak pernah berpikiran untuk menyuruh orang membunuh Wira.Jika tahu Keluarga Silali begitu kejam, Harsa tentu tidak akan meladeni mereka ataupun