Sony akhirnya memberanikan diri untuk maju. Melihat ini, Danur pun tidak mau kalah.Herman dan Hamid melirik Hasan sekilas, lalu menghampiri dan berdiri di belakangnya."Kami juga." Tim penangkap ikan beranggotakan 30 orang. Terlihat 23 pemuda melangkah maju, sedangkan 7 lainnya hanya menunduk tanpa berkata-kata.Benar, atas dasar apa hanya para bandit yang bisa turun gunung untuk menyerang penduduk desa? Kenapa mereka dilarang naik ke gunung untuk membalas dendam?Heru dan para bandit kejam ini saja sudah terbunuh. Mereka yakin bahwa kekuatan Desa Tiga Harimau sudah melemah sekarang."Tuan Muda Wira, aku juga ingin ikut. Aku menguasai teknik tombak," ujar Yanuar sambil melangkah maju. Kemudian, dia memperlihatkan sedikit keterampilan tombaknya.Mendengar ini, Doddy pun melirik Yanuar sekilas dengan kagum.Panca dan Bara yang bisa membaca situasi juga ikut bersuara, "Tuan Mura Wira, masih ada kami.""Oke. Setelah makan malam, kita akan langsung berangkat," ujar Wira sesudah melihat jum
Wira sudah membuat persiapan matang. Dia meletakkan sesuatu di mulut kuda agar tidak bersuara, juga membungkus kaki kuda dengan kain. Dengan begini, mereka bisa mendekati pos rahasia secara diam-diam."Siapa di sana? Ketua Heru, apa itu kamu?" tanya penjaga rahasia yang terkejut sejenak.Heru membawa pasukannya untuk menyerang Dusun Darmadi di malam hari. Penjaga rahasia ini pun telah menunggu kepulangannya sejak tadi."Ya, Ketua Heru sudah pulang. Kami mengikutinya pulang juga!" teriak Panca dan Bara sembari maju. Hasan yang mengenakan zirah milik Heru berada di belakang mereka.Begitu mendengar suara Panca dan Bara, penjaga rahasia itu mendengkus dan mengejek, "Bukannya kalian berdua sudah pergi ke kabupaten untuk berbisnis?"Ketika mereka bertiga mendekat, penjaga rahasia itu menyadari ada yang berbeda dengan postur tubuh Heru. Dia buru-buru mengambil gong dengan waspada sambil berteriak, "Dia bukan Ketua Heru .... Ah!"Hasan menghunuskan pisau hitamnya. Cahaya dingin seketika muncu
Saat ini, tiba-tiba terdengar suara benturan pintu sehingga membuat kedua bandit itu terperanjat."Kadir, kamu harus tahu Heru sudah mati. Kalian sudah dikepung sekarang. Cepat letakkan senjata kalian dan menyerah. Kalau nggak, kalian semua akan dibunuh!" Teriakan lantang bergema di luar. Kemudian, sebuah bungkusan dilempar ke dalam sana.Seorang bandit mengambil bungkusan itu, lalu sebuah kepala tiba-tiba bergelinding keluar.Setelah melihatnya dengan dekat sambil memegang obor, sekelompok bandit itu langsung bercucuran keringat dingin.Terlihat Heru yang pucat pasi dan membelalakkan mata. Penampilannya persis dengan orang yang mati penasaran!"Ini benar-benar Ketua Heru!""Ketua Heru dan 20 bawahan yang dibawanya dibunuh mereka semua!""Apa penduduk Dusun Darmadi sehebat itu?""Pasti bukan mereka, tapi petugas pengadilan daerah. Aku dengar, ada pemimpin kabupaten yang baru menjabat."Para bandit seketika ketakutan meskipun beberapa dari mereka sudah pernah membunuh. Punggung mereka t
Para bandit memang sudah ingin kabur sejak tadi. Mereka langsung berlarian dan menyerbu ke pintu belakang.Mendengar para bandit itu kabur, Wira dan lainnya yang berada di depan pintu pun menghela napas. Mereka merasa sangat lega sekarang.Semua orang menatap Wira dengan kagum. Setelah penjaga rahasia memberi peringatan, mereka awalnya sangat terkejut dengan rencana Wira ini. Bagaimanapun, mereka tidak mungkin sanggup berhadapan langsung dengan para bandit.Sesudah Wira menjelaskan, mereka baru merasa masuk akal. Mereka pun hanya bisa menurutinya karena tidak punya pilihan lain.Dilihat dari situasi sekarang, keputusan Wira lagi-lagi benar.Herman berkata dengan cemas, "Jumlah bandit di dalam sepertinya masih banyak. Kita hanya membunuh beberapa orang barusan. Apa kakakku dan lainnya sanggup mengadang mereka semua?"Semua orang juga mengkhawatirkan hal ini."Kalian harus percaya pada Paman Hasan," ujar Wira yang juga merasa cemas.Dia awalnya cukup yakin dengan hal ini. Lagi pula, menu
Hasan menyimpan pisaunya dan berkata, "Tujuh Belas, kematian Panglima Dirga adalah kesalahan Kerajaan Nuala, kesalahan raja pada masa itu, dan kesalahan para pejabat. Tapi, masalah ini nggak ada hubungannya dengan para rakyat. Apa kamu tahu betapa sulitnya kehidupan kami?"Kadir menimpali dengan marah, "Aku nggak ingin bertempur untuk kerajaan kotor seperti Nuala. Aku terpaksa menjadi bandit karena nggak menguasai keterampilan lain. Kak Hasan, kenapa kamu malah bekerja untuk kerajaan? Kamu sudah lupa siapa yang mencelakai Panglima Dirga?""Kata siapa aku bekerja untuk kerajaan? Aku hanya bertani di desaku." Hasan meneruskan, "Wira yang ingin kamu bunuh adalah keponakanku!""Apa?" seru Kadir dengan terkejut. Kemudian, dia tersenyum getir seraya berkata, "Aku benar-benar nggak nyangka, kesepakatan yang kuterima malah berkaitan dengan keluarga Kak Hasan. Tapi, tawaran ini diberikan Keluarga Silali dari kabupaten."Tatapan Hasan seketika menjadi suram. Dia bertanya, "Kamu punya hubungan ap
Seorang wanita cantik tersenyum sedih seraya menjawab, "Tuan, kami sudah kehilangan kesucian. Keluarga kami mungkin lebih memilih kami mati daripada kami pulang dan membuat malu keluarga sendiri.""Huhuhu ...." Para wanita seketika menangis dengan sedih.Bukannya mereka tidak memiliki rumah, tetapi mereka tidak bisa pulang. Kepulangan mereka hanya akan mempermalukan keluarga.Wira termangu melihat situasi ini.Pada zaman ini, wanita sangat mementingkan reputasi mereka. Itu sebabnya, Wulan tidak bersedia meninggalkan suaminya meskipun sering dipukuli oleh pemilik tubuh sebelumnya.Jika para wanita ini pulang, pasti ada banyak orang yang bergosip di belakang mereka.Mereka masih bisa bertahan hidup saat berada di Desa Tiga Harimau. Begitu pulang, hinaan orang-orang akan membuat mereka sangat menderita.Saat ini juga, Wira pun menyadari betapa jahatnya para bandit ini."Kak Wira!" Sony menatap wanita cantik itu seraya berkata dengan tidak tega, "Gimana kalau kita bawa mereka ke Dusun Darm
Suara Wira terdengar sangat rendah. Setelah melihat para wanita itu, dia benar-benar murka dan ingin sekali mencabik-cabik para bandit.Namun, orang seperti Jamal akan lebih bernilai jika dilepaskan daripada dibunuh."Tuan, aku nggak tertarik dengan wanita. Yang menodai mereka adalah Kak Kadir dan Kak Heru. Tapi, setelah membentuk tim baru nanti, aku pasti akan menuruti perkataan Tuan," ujar Jamal sembari menangkupkan tangannya.Kemudian, dia langsung berjalan ke luar ruangan. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat berada di luar desa.Jamal melihat Hasan membawa Kadir yang diikat kedua tangannya. Keduanya sama-sama berjalan masuk ke Desa Tiga Harimau."Kak Kadir yang begitu hebat saja bisa ditangkap. Bawahan Tuan Wira memang luar biasa!" gumam Jamal.Setelah itu, Jamal diam-diam menyelinap keluar dari desa. Begitu tiba di tempat dia menguburkan uang, dia langsung mengambilnya dan berlari turun gunung."Kamu yang namanya Wira? Aku kira kamu sehebat apa, ternyata hanya seorang cendekia
Tiba-tiba, seseorang berteriak, "Cepat lihat! Wira dan lainnya sudah pulang!"Sekelompok orang perlahan-lahan menuju Dusun Darmadi dengan disinari matahari pagi.Terlihat Wira yang berzirah hitam sedang menunggang kuda. Sosoknya terlihat seperti seorang dewa perang.Danu, Doddy, Gavin, Gandi, Ganjar, Sony, Danur, Herman, Hamid, Yanuar, dan 23 anggota tim penangkap ikan mengikuti dengan ekspresi angkuh. Mereka bak jenderal yang baru memenangkan pertarungan.Saat ini, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada wajah mereka. Mereka dipenuhi dengan keberanian dan tidak takut menghadapi kesulitan lagi.Di belakang pasukan, tampak tiga buah kereta kuda. Yang pertama mengangkut belasan wanita, yang kedua mengikat Kadir yang berwajah ganas, sedangkan yang ketiga mengangkut banyak sekali jenazah bandit-bandit.Wira kembali dengan membawa pulang semua orang yang pergi bersamanya, tidak ada seorang pun yang kurang. Dia bahkan membawa Kadir dan begitu banyak jenazah para bandit. Wira benar-benar me