Saat ini, tiba-tiba terdengar suara benturan pintu sehingga membuat kedua bandit itu terperanjat."Kadir, kamu harus tahu Heru sudah mati. Kalian sudah dikepung sekarang. Cepat letakkan senjata kalian dan menyerah. Kalau nggak, kalian semua akan dibunuh!" Teriakan lantang bergema di luar. Kemudian, sebuah bungkusan dilempar ke dalam sana.Seorang bandit mengambil bungkusan itu, lalu sebuah kepala tiba-tiba bergelinding keluar.Setelah melihatnya dengan dekat sambil memegang obor, sekelompok bandit itu langsung bercucuran keringat dingin.Terlihat Heru yang pucat pasi dan membelalakkan mata. Penampilannya persis dengan orang yang mati penasaran!"Ini benar-benar Ketua Heru!""Ketua Heru dan 20 bawahan yang dibawanya dibunuh mereka semua!""Apa penduduk Dusun Darmadi sehebat itu?""Pasti bukan mereka, tapi petugas pengadilan daerah. Aku dengar, ada pemimpin kabupaten yang baru menjabat."Para bandit seketika ketakutan meskipun beberapa dari mereka sudah pernah membunuh. Punggung mereka t
Para bandit memang sudah ingin kabur sejak tadi. Mereka langsung berlarian dan menyerbu ke pintu belakang.Mendengar para bandit itu kabur, Wira dan lainnya yang berada di depan pintu pun menghela napas. Mereka merasa sangat lega sekarang.Semua orang menatap Wira dengan kagum. Setelah penjaga rahasia memberi peringatan, mereka awalnya sangat terkejut dengan rencana Wira ini. Bagaimanapun, mereka tidak mungkin sanggup berhadapan langsung dengan para bandit.Sesudah Wira menjelaskan, mereka baru merasa masuk akal. Mereka pun hanya bisa menurutinya karena tidak punya pilihan lain.Dilihat dari situasi sekarang, keputusan Wira lagi-lagi benar.Herman berkata dengan cemas, "Jumlah bandit di dalam sepertinya masih banyak. Kita hanya membunuh beberapa orang barusan. Apa kakakku dan lainnya sanggup mengadang mereka semua?"Semua orang juga mengkhawatirkan hal ini."Kalian harus percaya pada Paman Hasan," ujar Wira yang juga merasa cemas.Dia awalnya cukup yakin dengan hal ini. Lagi pula, menu
Hasan menyimpan pisaunya dan berkata, "Tujuh Belas, kematian Panglima Dirga adalah kesalahan Kerajaan Nuala, kesalahan raja pada masa itu, dan kesalahan para pejabat. Tapi, masalah ini nggak ada hubungannya dengan para rakyat. Apa kamu tahu betapa sulitnya kehidupan kami?"Kadir menimpali dengan marah, "Aku nggak ingin bertempur untuk kerajaan kotor seperti Nuala. Aku terpaksa menjadi bandit karena nggak menguasai keterampilan lain. Kak Hasan, kenapa kamu malah bekerja untuk kerajaan? Kamu sudah lupa siapa yang mencelakai Panglima Dirga?""Kata siapa aku bekerja untuk kerajaan? Aku hanya bertani di desaku." Hasan meneruskan, "Wira yang ingin kamu bunuh adalah keponakanku!""Apa?" seru Kadir dengan terkejut. Kemudian, dia tersenyum getir seraya berkata, "Aku benar-benar nggak nyangka, kesepakatan yang kuterima malah berkaitan dengan keluarga Kak Hasan. Tapi, tawaran ini diberikan Keluarga Silali dari kabupaten."Tatapan Hasan seketika menjadi suram. Dia bertanya, "Kamu punya hubungan ap
Seorang wanita cantik tersenyum sedih seraya menjawab, "Tuan, kami sudah kehilangan kesucian. Keluarga kami mungkin lebih memilih kami mati daripada kami pulang dan membuat malu keluarga sendiri.""Huhuhu ...." Para wanita seketika menangis dengan sedih.Bukannya mereka tidak memiliki rumah, tetapi mereka tidak bisa pulang. Kepulangan mereka hanya akan mempermalukan keluarga.Wira termangu melihat situasi ini.Pada zaman ini, wanita sangat mementingkan reputasi mereka. Itu sebabnya, Wulan tidak bersedia meninggalkan suaminya meskipun sering dipukuli oleh pemilik tubuh sebelumnya.Jika para wanita ini pulang, pasti ada banyak orang yang bergosip di belakang mereka.Mereka masih bisa bertahan hidup saat berada di Desa Tiga Harimau. Begitu pulang, hinaan orang-orang akan membuat mereka sangat menderita.Saat ini juga, Wira pun menyadari betapa jahatnya para bandit ini."Kak Wira!" Sony menatap wanita cantik itu seraya berkata dengan tidak tega, "Gimana kalau kita bawa mereka ke Dusun Darm
Suara Wira terdengar sangat rendah. Setelah melihat para wanita itu, dia benar-benar murka dan ingin sekali mencabik-cabik para bandit.Namun, orang seperti Jamal akan lebih bernilai jika dilepaskan daripada dibunuh."Tuan, aku nggak tertarik dengan wanita. Yang menodai mereka adalah Kak Kadir dan Kak Heru. Tapi, setelah membentuk tim baru nanti, aku pasti akan menuruti perkataan Tuan," ujar Jamal sembari menangkupkan tangannya.Kemudian, dia langsung berjalan ke luar ruangan. Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat berada di luar desa.Jamal melihat Hasan membawa Kadir yang diikat kedua tangannya. Keduanya sama-sama berjalan masuk ke Desa Tiga Harimau."Kak Kadir yang begitu hebat saja bisa ditangkap. Bawahan Tuan Wira memang luar biasa!" gumam Jamal.Setelah itu, Jamal diam-diam menyelinap keluar dari desa. Begitu tiba di tempat dia menguburkan uang, dia langsung mengambilnya dan berlari turun gunung."Kamu yang namanya Wira? Aku kira kamu sehebat apa, ternyata hanya seorang cendekia
Tiba-tiba, seseorang berteriak, "Cepat lihat! Wira dan lainnya sudah pulang!"Sekelompok orang perlahan-lahan menuju Dusun Darmadi dengan disinari matahari pagi.Terlihat Wira yang berzirah hitam sedang menunggang kuda. Sosoknya terlihat seperti seorang dewa perang.Danu, Doddy, Gavin, Gandi, Ganjar, Sony, Danur, Herman, Hamid, Yanuar, dan 23 anggota tim penangkap ikan mengikuti dengan ekspresi angkuh. Mereka bak jenderal yang baru memenangkan pertarungan.Saat ini, tidak terlihat sedikit pun ketakutan pada wajah mereka. Mereka dipenuhi dengan keberanian dan tidak takut menghadapi kesulitan lagi.Di belakang pasukan, tampak tiga buah kereta kuda. Yang pertama mengangkut belasan wanita, yang kedua mengikat Kadir yang berwajah ganas, sedangkan yang ketiga mengangkut banyak sekali jenazah bandit-bandit.Wira kembali dengan membawa pulang semua orang yang pergi bersamanya, tidak ada seorang pun yang kurang. Dia bahkan membawa Kadir dan begitu banyak jenazah para bandit. Wira benar-benar me
Wulan membatin, 'Duh, aku malu sekali. Aku memeluk suamiku dan bertingkah manja di hadapan begitu banyak orang!'"Hahaha!" Para penduduk desa seketika tergelak melihat tingkah Wulan."Sudah, sudah. Saatnya kita bahas masalah penting," ujar Wira sembari melambaikan tangan sehingga semua orang langsung terdiam.Kemudian, dia berkata dengan serius, "Desa Tiga Harimau sudah jatuh. Kita sudah aman sekarang. Total hadiah untuk penangkapan Kadir dan Heru adalah 1,8 juta gabak. Paman Hasan paling berjasa kali ini. Jadi, dia akan mendapat 500 ribu gabak."Para penduduk desa terkesiap mendengar nominal uang ini.Wira melanjutkan, "Danu, Doddy, Gavin, Gandi, dan Ganjar mengejar para bandit semalam. Mereka telah mempertaruhkan nyawa. Jadi, masing-masing akan mendapat 100 ribu gabak."Danu dan Doddy sangat senang mendengarnya, tetapi mereka tetap menahan diri. Bagaimanapun, ayah mereka mendapat 500 ribu gabak.Sementara itu, Gavin dan saudaranya tampak sangat bersemangat. Mereka tidak pernah mendug
Desa Tiga Harimau memang telah lenyap. Namun, Keluarga Silali dari kabupaten yang merupakan dalang di balik semua ini masih hidup bebas di luar sana.Tim penangkap ikan dan tim pembelian bergegas mempersiapkan kereta kuda."Dia kelihatan galak sekali!""Tatapannya bahkan lebih mengerikan dari serigala!""Tapi, dia tetap saja berhasil ditaklukkan Kak Wira!"Banyak penduduk desa mengelilingi Kadir yang diikat di kereta kuda. Mereka pun melihat dari kejauhan sambil bergosip."Urus kerjaan kalian sana, jangan berkerumun di sini!" teriak Hasan yang mengusir para penduduk itu.Kemudian, dia menghampiri Kadir dengan membawa air dan menyuapinya, "Tujuh Belas, ini salahku."Hasan tahu, jika bukan karena dirinya, teman lamanya ini pasti lebih memilih untuk langsung mati daripada dipermalukan seperti ini."Kak Hasan, untuk apa sesungkan ini? Aku saja nggak keberatan untuk mati, jadi mana mungkin peduli dengan mereka?" sahut Kadir.Kemudian, dia meneruskan, "Omong-omong, bocah itu punya sedikit ka
Saat memikirkan hal itu, Trenggi mengernyitkan alis dan berkata, "Kalau lawan kita hanya punya 100 ribu pasukan, kita bisa melawannya. Tapi, apa kita sudah tahu posisi mereka sekarang?"Melihat Trenggi yang menunjukkan sikap mendukung, Wira memberi hormat dan perlahan-lahan berkata, "Sebelum kalian datang, aku sudah memeriksa peta. Menurutku, saat ini mereka seharusnya berada di sekitar Pulau Hulu. Aku tentu saja memperkirakan ini berdasarkan rute perjalanan mereka yang lebih cepat."Mendengar penjelasan itu, Trenggi dan yang lainnya menganggukkan kepala.Beberapa saat kemudian, Trenggi tiba-tiba teringat dengan sesuatu dan perlahan-lahan berkata, "Kalau begitu, mereka pasti akan beristirahat di Pulau Hulu baru melanjutkan pencarian. Kalau kita mengirim beberapa pasukan kavaleri ke sana sekarang, kita harusnya bisa mengganggu dan mencegat perjalanan mereka, 'kan?"Ide dari Trenggi memang bagus, tetapi Wira langsung menolaknya. Bukan karena khawatir, tetapi pasukan utara ini sudah terbi
Sepanjang perjalanan, Trenggi terus berpikir apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan Wira dari Provinsi Lowala. Namun, setelah bertemu Wira, dia merasa sangat terharu. Dia benar-benar tidak menyangka Wira begitu tampan dan karismatik, pantas saja banyak orang di sembilan provinsi yang merasa Wira sangat bisa diandalkan. Hari ini, dia membuktikan sendiri kabar itu memang benar.Setelah semua pasukan besar dari Kerajaan Nuala memasuki kota, Wira langsung memerintahkan bawahannya untuk menutup gerbang kota.....Di dalam kediaman wali kota, Wira menatap Trenggi dan para jenderalnya yang masuk. Latif dan Agha yang sebelumnya pergi untuk membujuk orang-orang di kota juga sudah kembali. Saat melihat Trenggi dan Hayam, semua orang basa-basi terlebih dahulu.Setelah itu, Wira menarik Latif dan berkata, "Ayo, aku perkenalkan kamu dulu. Ini adalah saudara baru kami. Kalau bukan karena dia, mungkin nyawa kami sudah tiada saat sedang bersembunyi di hutan. Untung saja dia bersedia membantu
Wira menatap Nafis dan berkata, "Tinggalkan satu mata-mata untuk memandu pasukan besar Jenderal Trenggi, yang lainnya kembali ke sini. Kirim mereka ke utara dan minta mereka untuk terus memantau gerakan di sana. Kalau mereka menemukan pasukan utara, segera laporkan ke sini.""Baik," jawab Nafis.Setelah keduanya pergi, Wira baru mencari peta. Setelah melihat bagian atas peta itu, dia berkata dengan tenang, "Sekarang kita belum tahu pasukan utara itu ada di mana. Tapi, kalau mereka bergerak dengan cepat dan menurut waktu yang diberi tahu Kunaf tadi, sekarang mereka harusnya sedang melintasi Pulau Hulu."Mengingat jenderal tangguh dari pihak musuh adalah Zaki yang merupakan tangan kanan Bimala, Wira berpikir apakah dia bisa menggunakan Zaki ini untuk mengancam Bimala agar menyerahkan Bobby. Meskipun sekarang dia belum mengetahui kabar tentang Bobby, Zaki sebagai tangan kanan Bimala ini seharusnya tahu. Jika bahkan hal ini pun tidak tahu, Zaki ini benar-benar tidak berguna.Saat sedang me
Semua orang tertegun sejenak saat mendengar perkataan Latif. Menurut mereka, sepuluh orang memang terlalu sedikit.Saat Latif hendak menjelaskan maksudnya, saat itu Wira malah berkata, "Benar, sepuluh orang memang terlalu sedikit. Lebih baik mengikuti saran Adjie, bawa 100 orang bersamamu saja. Kalau terjadi masalah, kalian juga bisa saling membantu."Latif yang merasa terharu oleh kata-kata Wira segera memberi hormat pada Wira, lalu berdiri dan berkata, "Tuan, kalian sudah salah paham, aku nggak ingin bertindak secara besar-besaran. Kalau bukan karena takut kamu akan khawatir atau nggak ada yang melaporkan padamu, aku bisa pergi ke sana sendirian.""Para prajurit ini nggak penting, yang perlu ditangani adalah wakil jenderal yang memimpin mereka. Dia adalah orang kepercayaan Kunaf. Sekarang Kunaf sudah ditangkap, mereka pasti nggak akan menyerah pada kita. Karena Kunaf ini memegang kekuasaan besar, jadi wakil jenderal ini lebih seperti boneka. Justru karena itulah, aku yakin bisa menan
Wira sendiri juga tidak menyangka Adjie adalah orang seperti ini, perasaannya terhadap Adjie menjadi lebih rumit.Mendengar perkataan itu, ekspresi Kunaf yang terikat erat langsung menjadi muram dan berteriak, "Tunggu sebentar. Aku akan beri tahu, orang yang dikirim untuk memimpin pasukan utara ini adalah asisten andalan Bimala, Zaki."Mendengar nama Zaki itu, Wira pun mengernyitkan alis karena dia benar-benar belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.Melihat yang lainnya sangat kebingungan, Latif yang berdiri di samping langsung maju dan berkata, "Aku mengenal orang ini, dia ini tangan kanannya Bimala. Dulu dia pernah datang ke sini untuk menginspeksi kami, tapi orang ini penuh dengan gairah seksual. Soal kelemahan lainnya, aku belum pernah mendengarnya."Agha yang berdiri di samping langsung berteriak dengan keras, "Nggak perlu peduli siapa dia. Kalau dia berani datang ke sini, aku pasti akan membuatnya nggak bisa kembali."Mendengar perkataan Agha, semua orang tertawa terbahak-bah
Bukan hanya Adjie dan yang lainnya, bahkan Wira yang berdiri di depan Kunaf pun tertegun setelah mendengar perkataan itu. Dia benar-benar tidak menyangka Bimala malah mengerahkan pasukan besar hanya untuk menangkapnya, benar-benar menghargainya.Agha yang mudah emosi pun langsung menendang Kunaf dan memarahi, "Katakan dengan jelas, kali ini ada berapa banyak pasukan utara yang dikirim?"Kunaf meludah ke tanah, lalu tertawa dingin dan berkata, "Hehe. Semuanya ada 100 ribu pasukan untuk menjaga perbatasan. Begitu pasukan besar itu tiba, kalian semua nggak akan bisa kabur lagi. Kalau kalian melepasku sekarang ...."Namun, sebelum Kunaf selesai berbicara, Nafis langsung menendang tubuh Kunaf untuk memaksanya menahan kata-kata berikutnya. "Melepaskanmu? Kamu bermimpi. Sayangnya, kamu nggak akan bisa keluar dari sini hidup-hidup lagi."Tak disangka, ekspresi Kunaf malah tetap datar saat mendengar perkataan Nafis. Sebaliknya, dia malah tertawa dan berkata, "Hehe. Nggak masalah. Lagi pula, kal
Adjie menganggukkan kepalanya karena sangat setuju dengan pengaturan Agha. Jika terjadi sesuatu yang tak terduga pada saat seperti ini, semua usaha mereka sebelumnya akan sia-sia.Saat ini, di gerbang kota. Wira yang sedang memimpin sekelompok orang pun memandang ke langit di kejauhan, lalu memanggil Nafis dan bertanya dengan nada pelan, "Ada kabar dari para mata-mata?"Begitu menguasai kota, Wira langsung mengirim banyak mata-mata untuk menyambut 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala.Nafis memberi hormat dan menjawab, "Belum ada kabar. Tapi, berdasarkan informasi sebelumnya dari para mata-mata, mereka harusnya sudah dekat."Wira menganggukkan kepala. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun pada saat seperti ini.Tepat pada saat itu, ada seorang prajurit yang berlari mendekat. Setelah melihat keduanya, dia langsung memberi hormat dan berkata, "Tuan, Kak Nafis, Kak Adjie dan yang lainnya sudah kembali. Mereka bahkan berhasil menangkap Kunaf."Mendengar laporan itu, Nafis merasa sangat sen
Mendengar Latif berkata demikian, Adjie merasa agak ragu karena saat ini situasinya sangat mendesak. Jika dia melepaskan mereka begitu saja, dia akan kesulitan.Menyadari Adjie sepertinya merasa agak kesulitan, Latif yang berdiri di depan pintu tersenyum dan berkata sambil memberi hormat, "Kalau Kak Adjie merasa agak kesulitan, kamu bisa menahan kami di halaman ini dulu. Selama nyawa kami nggak terancam, kami bisa menerima cara lainnya."Melihat Latif yang begitu pengertian, Adjie membalas hormat itu dengan tersenyum. Setelah ragu sejenak, dia berkata perlahan-lahan, "Melihat Jenderal Latif begitu sungkan, aku akan terus terang saja. Saat fajar nanti, 200 ribu pasukan dari Kerajaan Nuala akan langsung masuk ke kota.""Sekarang kami sudah menguasai gerbang kota dan kediaman wali kota juga. Begitu pasukan tiba mereka bisa langsung menerobos masuk tanpa hambatan."Kata-kata Adjie ini membuat Latif sangat bersemangat karena tidak ada satu pun dari mereka yang ingin menjadi seorang penjaga
Tanpa basa-basi, Agha langsung menampar kedua selir Kunaf. Mereka pun langsung diam, tak berani berteriak lagi.Namun, saat itu juga, Agha mencium bau pesing yang menyengat dan sontak mengumpat pelan, "Sialan!"Setelah beberapa saat, Kunaf sudah diikat erat. Adjie lalu menoleh ke arah Agha dan bertanya, "Apa kita perlu mengabari Tuan Wira? Sekarang situasi di dalam kota sudah terkendali, tinggal menunggu pasukan Kerajaan Nuala tiba."Mendengar nama Kerajaan Nuala, Kunaf yang tergeletak di lantai langsung mengeluarkan suara dari mulutnya yang disumpal dengan kain. Tubuhnya meronta-ronta.Adjie tidak berkata apa-apa dan hanya menendang tubuh Kunaf agar tetap diam. Setelah itu, dia duduk perlahan di kursi dan berkata dengan tenang, "Aku sudah mengutus orang untuk memberi tahu Wira. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang perlu kita lakukan.""Apa itu?""Dengan menggunakan perintah Kunaf, kita panggil semua kepala penjaga gerbang ke sini dengan alasan rapat mendadak. Begitu mereka masuk ke hala