Lara, gadis cantik 23 tahun itu terkejut, ketika tiba-tiba Rey menggenggam jemarinya sambil menyodorkan sebuah kotak merah berbentuk hati. Tampak sebuah cincin berlian berkilauan.
Rey melambaikan tangannya dan memberi kode, meminta mic pada seorang waiters, yang dengan segera menghampiri, membawa nampan ditangannya berisi mic. Lelaki itu meraih mic, lalu menatap lekat kedua netra bening di depannya."Lara Angeswari ... Will you marry me?" Suara Rey menggema melalui mic yang dipegangnya, dengan tatapan penuh cinta."Jika kamu menerimanya, aku akan memboyong keluargaku, untuk melamarmu secara resmi di depan kedua orang tuamu." Sontak seisi restoran yang sedang ramai pada jam istirahat makan siang itu menoleh pada mereka.Restoran yang terletak di pusat kota itu, selalu ramai dikunjungi. Selain desain interiornya yang mencuri perhatian, menu makanannya pun terbilang unik, karena menggabungkan masakan Nusantara dan Western.Beberapa menu yang bisa dicoba diantaranya, Sandwich Oncom, Tenderloin Steak Sambal Matah, dan SpaghettiRawon yang merupakan favorit Lara. Seperti siang ini menu pilihan Lara Spaghetti Rawon didampingi ice lychee tea.Suasana restoran tiba-tiba seperti suara tawon yang berdengung. Lara terpana, hawa panas menjalari wajahnya, semburat merah merona di kedua pipinya. Gadis cantik itu celingukkan memandang sekitarnya, dan benar saja mereka sedang menjadi pusat perhatian. Ia menjadi salah tingkah ternyata Rey melamarnya di tengah hari bolong, disaksikan banyak pasang mata.Dari awal mereka masuk memang sudah menyita perhatian pengunjung lainnya. Rey laki-laki 29 tahun berpangkat Letnan, merupakan salah satu prajurit yang tergabung dalam komando pasukan khusus tempur, Kopassus.Ia merupakan jebolan Inteligen, yang selalu berhasil dengan tugas- tugas rahasia negara. Jarang terlihat dengan seragam kebanggaannya, namun karena hari ini ada upacara Sertijab atau serah terima jabatan. Setelah ceremonial Sertijab,Rey terpaksa muncul dengan seragam kebanggaan abdi negara, di depan Lara untuk memenuhi janjinya. Sudah sering kali janji yang dibuatnya gagal karena tugas yang mendadak. Rey tahu kalau sering mengecewakan Lara, walaupun gadis itu tidak pernah mengungkapkan kekecewaannya, karena itu untuk memenuhi janjinya, terpaksa Rey memakai masker untuk menutupi wajahnya, karena waktu yang terbatas, tidak sempat untuk berganti pakaiannya.Walaupun tertutup masker mata elang dan kening tebal yang berbaris rapi itu dapat memancarkan aura maskulin yang membuat pandangan mata semakin penasaran. Ditopang postur tubuh yang tinggi tegap, membuat semua mata yang menatap tak berkedip. Berdampingan dengan seorang gadis yang juga tinggi semampai, kecantikan alami terpancar dari wajahnya yang terlihat babyface, dengan rambutnya yang panjang tergerai. Memakai stelan berwarna kuning di padu blazer abu-abu, seragam salah satu bank terpercaya di Indonesia.Reynhard menatap penuh harap."Trima ... trima ... trima ... " Suara riuh dari pengunjung restoran yang ikutan baper, melihat pasangan yang sedang jatuh cinta itu."A-aku ... Yes." Lara mengangguk mengiyakan, karena tak sanggup berkata-kata lebih, tiba-tiba lidahnya terasa kelu. Sepasang mata indahnya mengerjab.Dengan penuh perasaan Rey menyematkan cincin bertahta berlian itu ke jari manis Lara, lalu mengecup punggung tangan itu dengan lembut, walaupun tidak bersentuhan langsung dengan kulitnya karena Rey masih tetap memakai masker."Aku sangat mencintaimu." gumam Rey menatap intens pada manik Lara.Terdengar siul-siul dan bisik-bisik dari pengunjung lainnya.Lara mengusap sudut matanya, menahan gejolak di dalam dadanya. Mencoba untuk menyembunyikan perasaan karena banyak pasang mata yang memandang, namun rasa bahagia itu tetap terpancar dari wajah cantik nan manis itu.Gadis yang bekerja di sebuah bank itu sebelumnya bercita-cita berkarier dulu, tapi sejak mengenal Rey niatnya itu menguap, malah dengan anggukan cepat mengiyakan lamarannya. Dia telah jatuh dalam pesona Rey.Tanpa mereka ketahui di sudut ruangan itu, ada sepasang mata yang sedang memandang dengan hati yang nelangsa. Menghempaskan asap rokoknya dengan kasar lalu melangkah keluar meninggalkan restoran itu."Kenapa terdiam?" tanya Rey sambil merapatkan kursinya ke arah Lara. Tangannya terulur mengusap sudut bibir Lara menghilangkan jejak minuman yang membuat bibir ranum itu basah. Di raihnya jemari lentik itu, lalu menautkan kedua jemari mereka."Kamu biasanya heboh tapi kenapa sekarang membisu seperti ini?" Rey tertawa kecil dengan sikap Lara yang tak biasanya."Ini keputusan yang besar bagiku, dalam bayanganku ... tidak menikah muda. Aku ingin menikmati masa mudaku. Aku takut tidak siap ... tidak siap untuk menghadapi permasalahan rumah tangga nanti. Tidak siap mendampingi seorang abdi negara. A-aku ... aku takut kamu tidak setia Mas .... " ujar Lara lirih.Rasa yang membuncah di dalam ronggah dadanya antara bahagia namun juga terselip keraguan, membuatnya tidak menyadari kalau suaranya masih bisa terdengar oleh pengunjung yang lainnya, karena mic yang tergeletak di atas meja mengarah ke arahnya."Ssstt ... " Rey menempelkan telunjuk di bibir Lara. Jjarinya bermain di sana, mengusap-usap benda kenyal itu dengan lembut. Sambil menatap kedua netra bening yang juga sedang memandangnya intens. Mereka terdiam untuk beberapa saat saling berbicara lewat tatapan mendamba penuh cinta."Ucapan adalah doa, kita akan memulai hidup yang baru, janganlah mengawali dengan kata-kata dan pikiran yang tidak baik," tukas Rey bijak sambil menyelipkan anakan rambut Lara dibalik telinga gadis itu."Jangan suruh aku untuk menunggu 2 tahun lagi sayang. Seperti yang kamu bilang akan menikah jika umurmu sudah 25 tahun. Aku membutuhkan rumah untuk pulang, aku merindukan seorang istri yang selalu menyambutku. Hariku akan indah, jika membuka mata di pagi hari yang pertama kulihat adalah dirimu. Jadilah Ibu dari anak-anakku."Rey mencium punggung tangan Lara penuh cinta, di naikkan masker ke arah hidungnya, sehingga terlihat bibirnya yang seksi dengan senyumnya yang khas. Disesapnya dalam-dalam penuh perasaan, lalu kembali menarik masker menutupi mulutnya.Lara terpaku, hatinya menghangat. Percikan-percikan indah dapat dirasakan lewat sentuhan kecil lelaki yang sangat dicintainya itu."Aku tidak mempunyai ayah dan Ibu sejak kecil, besar di Panti Asuhan. Kamu adalah cinta pertama dalam hidupku, dan aku janji akan menjadikanmu wanita terakhir dalam hidupku. Aku sampai mengambil keputusan ini karena aku yakin, pilihanku tidak salah, dan aku harap kamu pun tidak ragu padaku. Aku akan selalu setia." Lara menelisik kedua mata Rey, mencari kesungguhan di sana."I love you verry much ...." bisik Lara penuh cinta, hatinya berbunga-bunga. Tak ada kata yang dapat mewakili perasaan bahagianya saat ini. Dan bisikan itu tetap masih terdengar di seluruh ruangan. Sontak ruangan itu terdengar riuh kembali. Lara seperti dikembalikan ke dunia nyata, rona di wajahnya yang semula sudah menghilang muncul kembali.Rey menatap intens pada mata indah itu. Membawa genggaman itu di dadanya, lalu meraih mic yang sedari tadi tergeletak di atas meja.Banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka, terdengar bisik-bisik mereka seperti suara tawon. Mata yang bagaikan elang itu memindai seisi ruangan, sambil memperbaiki letak masker untuk menutupi wajahnya..Hari ini dia telah nekat untuk muncul di depan umum dengan seragam dinasnya, yang biasanya hanya dipakai di lingkungan markas. Hal itu karena tidak ingin melanggar janjinya lagi, entah sudah berapa kali Rey mengecewakan Lara, dengan ketidak hadirannya."Aku juga sangat mencintaimu tapi satu hal yang harus kamu tau, dan perlu kamu pahami. Kamu hanya bisa menjadi yang kedua di hati ini." ujar Rey sambil menepuk-nepuk dadanya dengan genggaman tangan Lara, pelan.Deg !Suasana yang tadi riuh tiba-tiba hening, berbagai macam pikiran berkecamuk dipikiran orang-orang yang ada di situ. Mereka merasa tertohok mendengar pernyataan Rey. Kata-kata yang ditujukan untuk Lara, tapi serasa mereka yang terluka.Geng cewe yang di sebelah meja serempak berdiri, seperti tak rela jika Lara dikecewakan. Tak rela jika lelaki pujaan mereka bukan tipe yang tak setia.Apalagi Lara.Bagaikan dihempaskan ke dasar jurang. Apa maksudnya sangat mencintai tapi hanya menjadi yang kedua? Apa maksudnya cinta pertama tapi menjadi yang kedua, Apa maksudnya menjadi wanita terakhir tapi hanya yang kedua? Apa Rey sengaja ingin mempermalukan Aku di depan orang banyak? Berbagai macam pertanyaan bergejolak di benak Lara."A-apa maksudmu?" Lara menatap nanar ke arah Rey. Udara di sekitarnya tiba-tiba terasa panas, menjalar sampai ke kulit wajahnya, yang mendadak terasa kaku.Lara menyeruputice lychee tea menandasnya sampai habis, demi membasahi jalur di lehernya yang tiba-tiba terasa kering.Rey tersenyum penuh arti, melihat perubahan di wajah Lara."Aku seorang prajurit ... otomatis ... kesetiaanku yang paling utama untuk NKRI." ujar Rey sambil terkekeh. Lara memberengut sambil mencubit lengan Rey.Suasana restoran tiba-tiba riuh kembali."Ohhh ... my soldier, jadikan aku yang ketiga, aku rela," celetuk salah satu cewek bertubuh gempal, dari ke empat cewek yang duduk di meja seberang. Suaranya dibuat-buat seimut mungkin sambil tangannya memegang kedua pipinya. Suara ngakak pecah di antara mereka."Eh ... ngehalu aja lo, nyadar dong. Jadiin yang ke seribu juga babang soldier-nya, yang nggak rela," tukas seorang temannya, sambil menower jidat gadis gempal itu."Body lu aja seperti kasur lipat gitu.," s
Lara menatap Alex tak percaya."Ngomong apa barusan?!" "Maksudku, siapa tau kamu mau trima aku jadi selinganmu, secarakan Rey waktunya hampir tidak ada buat kamu. Anggaplah sebagai pengisi waktu kosongmu," kata Alex dengan mimik lucu, menahan tawa."Kamu tu ya ... nggak ngotak tau nggak ... teman sendiri mau kamu tikung!""Ha-ha-ha ... canda juga kali, serius banget. Dari tadi aku ngajak ngomong nggak nganggap, pas ngomong gitu langsung kamu respon." Alex terbahak-bahak memandang wajah Lara yang cemberut."Jadi kapan nih wak- ""Emangnya kerjaan kamu udah selesai? Ngoceh aja dari tadi," potong Lara jengah, yang merasa kerjaannya tidak bisa cepat selesai karena terganggu. Padahal rencananya Lara ingin meyelesaikan semua tugasnya, biar bisa fokus untuk mengurus rencana pernikahannya nanti. Alex selalu usil. Biasanya ditanggapi tapi kali ini Lara ingin kerjaannya cepat selesai.Pria bertubuh atletis itu, balik badan menuju mejanya, menghadapi tumpukan kertas. Otaknya serasa tidak mau d
Kamu sedang tidak bercanda kan, Lara Angeswari?!""Apa aku kelihatan bercanda, Mas?""Tapi kenapa ... bukannya kita baik-baik saja?!"Namun gadis itu tiba-tiba berbalik dan lari ke dalam rumahnya. Ditutupnya dengan cepat pintu jati itu, tetapi dengan sigap, Rey menghalang dengan kakinya.Lara berlari, dengan gesit Rey menangkap lengan gadis itu, menahannya di antara ruang tamu berbatasan dengan ruang tengah."Ada apa, Mas butuh penjelasan."Mereka berdiri berhadapan.Rey mengangkat dagu itu perlahan."Jelaskan ada apa, Dek? Bukannya kita baik-baik saja? Kita akan menikah. Kenapa malah tiba-tiba kamu ingin mengakhiri hubungan kita, apa mas punya salah?Lara menggeleng."Aku baru sadar, ternyata aku tidak pernah mencintaimu, Mas," ujar Lara sambil mengalihkan pandangannya dari netra kelam itu. Hidung mancung gadis itu kembang kempis, ada rasa yang ingin meledak dari dalam dirinya.Untuk sesaat Rey terkejut. "Pandang aku kalo bicara." Menangkup wajah Lara, mengarahkan padanya, kedua mata
Rey melangkah menjauh, punggung tegap itu menghilang dari pandangan Lara yang masih menatap kosong. Pulang dengan membawa luka yang mulai merajam hatinya, yang semula bersemi karena cinta. Pulang dalam kesendirian. Begitu inginnya menjadikan kekasihnya sebagai tempat untuk pulang, tetapi justru dia menutup pintunya. Sesaat terdengar bunyi motor yang menghilang di kegelapan malam. Lara tersadar dari lamunannya, dengan cepat dikejar bayangan lelaki itu."Maaasss ... " Suaranya terdengar memecah keheningan malam, berharap Rey mendengar dan kembali .Sunyi ... tak terdengar suara apapun. Langkahnya gontai kembali ke dalam,. Terduduk menatap titik noda darah di lantai putih itu. Diusap lalu dibersihkan, menatap noda merah yang telah berpindah ke tangannya, tangisnya pecah."Selamanya aku akan tetap mencintaimu mas ..." gumam Lara lirih, sambil membawa genggaman tangan yang bernoda itu ke dadanya.***Rey membersihkan darah di tangannya. Menarik napas perlahan, menghempaskan tubuhnya di s
"Apakah ini alasanmu menolakku," desis Rey, jari-jari tangannya memutih mencengkram erat setir."Kamu harus jelaskan semua ini, Lara Angeswari!"Bagaikan elang yang mengintai mangsanya, tatapan Rey tak lepas dari sepasang manusia yang sedang berbicara, sesekali terdengar gelak tawa di antara mereka yang terlihat bahagia sekali.Badai berdesakan di dada Rey seakan berebutan untuk keluar. Tanpa kedip, gerak gerik mereka tak lepas dari pantauannya. Tubuhnya menegak ketika melihat Lara berdiri lalu menuju ke dalam, mata Rey mengikutinya, terlihat kalau Lara akan menuju kamarnya.Rey segera keluar dari mobil, menyebrangi jalan menuju ke rumah Lara. Tak menunggu lama, dengan gerakan tubuhnya yang sudah terlatih, dengan gesitnya Rey memanjat ke lantai dua rumah itu, hingga sampai di jendela kamar Lara. Tak sulit bagi Rey untuk membuka paksa jendela, lalu dengan segera menyelinap masuk. Terdengar Lara yang masih berbincang di depan pintu. Tak lama pintu itu terdorong dari luar, setengah terbu
"Malam ini kamu milikku sayang.""Maas ...." suara Lara tercekat dengan nafas tersengal, dadanya turun naik. Napasnya seperti terhenti saat Rey mengukungnya. Selama pacaran baru kali ini mereka seranjang."Mas ingin menghabiskan malam ini dengan kamu sayang."Tubuh Lara gemetar. Rey memposisikan Kedua tangan menopang tubuhnya. Sebelah tangannya mengusap wajah Lara, memyimpirkan anak rambut yang jatuh di dahi, perlahan mengecup dahi itu dengan kelembutan."Mas sangat menyayangimu, tiap saat yang terbayang hanya wajahmu ..." ujung jarinya menyusuri setiap lekukan wajah Lara. Lara terpejam, dadanya seakan mau meledak merasakan sensasi yang baru dirasakannya. Kulitnya tiba-tiba menjadi sangat sensitif."Jagalah dirimu selama aku pergi. Jangan pernah singkirkan Mas dari hatimu." kata-kata Rey terdengar begitu lembut dan menghanyutkan.Rey menunduk menyusuri wajah Lara dengan kecupannya. Sesaat terhenti menatap kembali kedua mata yang terpejam, yang terlihat sedang mengigit bibirnya, h
"Jadilah bagian terindah dalam hidupku, Mas."Rey tersenyum bahagia."Aku pasti akan kembali, tidak sabar untuk menjadikan kamu sebagai istriku. Tunggulah Mas sayang, jadilah bagian terindah dalam hidupku." Rey mengecup kening Lara lembut."Jadilah rumahku, tempat tujuanku untuk pulang. Mas janji akan selalu membahagiakanmu, memberimu hari-hari bahagia yang tak akan kamu lupakan."Kata-katanya sendiri sempat membangkitkan hasratnya, namun di tekannya. Rey tak ingin menodai kesucian Lara sebelum waktunya."Tapi Janji Mas tidak akan macam-macam di luar sana." Manik Lara indah menuntut kesetiaan Rey.Rey menatap Lara dalam."Percayalah pada hatimu. Apakah Mas akan mengkhianati cinta kita, terbayang pun tidak pernah apalagi sampai melakukannya.""Trima kasih Mas, aku percaya Mas orang yang setia.""Jangan dekat-dekat sepupumu itu."Lara mendongak, menatap Rey penuh tanya."Adrian?"
Mata Lara membulat, mendengar permintaan Rey yang rasanya tak masuk akal. Beringsut menjauh dari Rey."Apa Mas tidak mencintaiku, ini hanya siasat Mas saja untuk meninggalkan aku kan, Mas ingin balas dendam karna aku menolak Mas, kan?" "Bagaimana mungkin kamu bisa berpikiran seperti itu, sayang." Rey menatap lama wajah Lara lalu meraup wajahnya kasar."Aku tidak mungkin dan selamanya tidak rela untuk menyerahkan kamu ke laki-laki lain.""Lucu! Bukannya barusan Mas nyuruh aku untuk menikah dengan Alex ?!""Kenapa begitu sulit untuk membuatmu mengerti sayang. Maksud dari perkataan Mas tadi, jika Mas tidak kembali karna gagal dalam misi Mas, hanya pulang nama saja. Menikahlah dengan Alex, jangan berlarut-larut dalam kesedihanmu, kamu harus bahagia walaupun tanpa Mas." Mata Rey memerah rasanya seperti menelan ribuan jarum.Rey tahu misinya kali ini sangat berbahaya, hanya ada dua hal, pulang dengan raga yang bernyawa atau pulang nama saja. Alex pun tidak tahu tentang misi ini, yang Alex