"Malam ini kamu milikku sayang."
"Maas ...." suara Lara tercekat dengan nafas tersengal, dadanya turun naik. Napasnya seperti terhenti saat Rey mengukungnya. Selama pacaran baru kali ini mereka seranjang."Mas ingin menghabiskan malam ini dengan kamu sayang."Tubuh Lara gemetar. Rey memposisikan Kedua tangan menopang tubuhnya. Sebelah tangannya mengusap wajah Lara, memyimpirkan anak rambut yang jatuh di dahi, perlahan mengecup dahi itu dengan kelembutan."Mas sangat menyayangimu, tiap saat yang terbayang hanya wajahmu ..." ujung jarinya menyusuri setiap lekukan wajah Lara.Lara terpejam, dadanya seakan mau meledak merasakan sensasi yang baru dirasakannya. Kulitnya tiba-tiba menjadi sangat sensitif."Jagalah dirimu selama aku pergi. Jangan pernah singkirkan Mas dari hatimu." kata-kata Rey terdengar begitu lembut dan menghanyutkan.Rey menunduk menyusuri wajah Lara dengan kecupannya. Sesaat terhenti menatap kembali kedua mata yang terpejam, yang terlihat sedang mengigit bibirnya, hingga semakin memerah.Perlahan Rey semakin mendekatkan wajahnya, hidung mancung keduanya sempat berbenturan, memiringkan kepalanya lalu menyatukan kedua benda kenyal itu.Dikulum dan disesapnya dalam-dalam. Lara membalasnya, mereka semakin larut dalam permainan mereka.Lara menggeliat saat merasakan lidah basah Rey yang hangat di kulit lehernya. Detakan jantungnya berpacu lebih cepat, napasnya tertahan, begitu sulit baginya untuk bernapas. Seluruh kulitnya terasa memanas baru pernah merasakan sensasi yang begitu aneh tapi membuatnya merasa melayang.Rey menyesap meninggalkan jejak di sana. Turun hingga ke dadanya, tangannya mulai bergerilya pada sesuatu dibalik baju Lara."Maass .... " suara Lara parau hampir tak terdengar. Rey melepas pagutannya menatap kedua netra di bawah kungkungannya. Gadis itu menatap wajah lelakinya yang tak seperti biasanya.Dapat Lara rasakan Hembusan napas Rey terasa hangat membelai wajahnya.Rey kembali memulai aksinya. Mereka semakin terbakar oleh gelora yang mereka ciptakan, namun tiba-tiba Rey menggulingkan tubuhnya ke samping, saat merasakan hasratnya menuntut lebih."Huhh," dihempaskan udara yang menyesakkan, dadanya turun naik dengan deru napas yang tersengal-sengal.Perlahan menoleh ke samping menatap gadis yang begitu disayanginya, sedang terpejam. Dapat didengar deru napas gadis itu. Rey menggenggam tangannya."Aku akan tetap menjagamu, tak akan mas lukai harga dirimu dengan melakukan hal yang tak pantas padamu. Maaf ... tadi hampir hilang kendali." Dikecupnya jemari dalam genggaman tangannya.Lara mengeratkan genggaman, namun jemari-jemari itu seperti tak berdaya seperti jely, tak memiliki kekuatan apa apa. Bukan hanya jemarinya saja seluruh tubuhnya terasa tak bertulang. Memalingkan wajahnya memberikan senyum yang paling indah pada lelaki yang begitu dicintainya."Mas boleh mandi?""Nngg?""Gerah, Mas boleh mandi?" Rey ingin memadamkan hasrat yang sudah membangkitkan sesuatu di dalam dirinya.Lara menggangguk, dengan segera Rey menuju kamar mandi yang berada dalam kamar itu. Melepas semua benang yang melekat pada tubuhnya.Rey menengadah di bawah kucuran air, tubuhnya yang terasa memanas karena gairah seketika terasa sejuk. Memadamkan gelora yang sejak tadi membakarnya. Ketukan di pintu terdengar, di saat bersamaan Rey sudah selesai mandi."Mas ...""Yah?""Handuknya.""Ada kok, ini udah mas pakai," bisik Rey dari dalam takut kedengaran dari luar kamar."Itu bekas pakaiku mas, pake yang baru ini aja."Ceklek ...Pintu terbukaKedua mata Lara membola, terpana, mematung dengan hatinya berdesir hebat menatap Rey yang setengah telanjang. Tubuh bagian atasnya terekspos, hanya memakai celana yang tadi.Tubuh yang sempurna, dada yang bidang dengan petakan otot yang terlihat menonjol di kulit perut Rey yang putih. Terlihat kekar dan menggoda.Dengan cepat Lara memalingkan wajahnya, kulit wajahnya terasa memanas."I-ini handuknya," kata Lara terbata sambil mengulurkan handuk dengan wajahnya terpaling."Mas suka yang ini, wangi tubuhmu ada d sini," ujar Rey sambil mengeringkan kepalanya, lalu mencium dan menyesap aroma dari handuk itu dalam-dalam dengan mata terpejam."Hey, kenapa?" Rey mengangkat wajah Lara yang tertunduk."A-aku tidak terbiasa melihat Mas seperti ini."Rey mendekat langsung memeluknya, jantung Lara berdegub kencang, kulit tubuh Rey terasa dingin menempel di wajahnya."Ayo kita tidur."Dengan mudahnya Rey membawa Lara dalam gendongannya, perlahan membaringkan tubuh itu. Sangat hati-hati seolah-olah takut tubuh itu terluka jika terlalu kuat melepasnya. Lara menggeser tubuhnya agak menjauh, merasa kikuk. Rey menarik pinggang ramping itu, lalu membawa dalam dekapannya."Tidurlah sayang, Mas ingin memelukmu semalaman."Dapat Lara rasakan degup jantung Rey, saat wajahnya menempel pada dada bidang itu. Terasa sejuk dan nyaman."Apa mas sering begini dengan orang lain?' lara mendongak menatap Rey."Tidak pernah, baru dengan kamu aja sayang."."Benar?"Rey mengganguk."Apa Mas tidak menginginkan perempuan lain, saat kita jauh?'"Apa kamu bisa dengan lelaki lain?" Rey balik bertanya.Lara meggeleng."Seperti itu juga Mas, tidak ingin berbagi dengan orang lain, karena mas tidak punya perasaan apa pun. Semua rasa itu sudah kamu ambil sayang. Bagaimana bisa bersama perempuan lain, jika hati mas hanya tertuju untuk dirimu."Mereka terdiam saling meresapi kebersamaan."Menikahlah dengan Mas. Mas ingin menghabiskan malam-malam Mas denganmu." Rey membelai rambut kekasihnya itu, diusap dengan kelembutan."Hadapilah rasa takutmu, belajarlah untuk siapkan hatimu. Jika suatu saat nanti mungkin Mas tidak akan pernah kembali, siapkan hatimu untuk segala kemungkinan."Lara menggelengkan kepalanya sambil melingkarkan tangannya di tubuh Rey."Jangan katakan hal seperti itu. Aku takut, Mas." Suara Lara lirih mulai terisak."Sebagai seorang istri prajurit kamu harus siap dengan segala kemungkinan. Kamu harus kuat, harus tangguh.""Menikahlah denganku, apa kamu tidak ingin hidup bersama dengan Mas? Jika suatu saat terjadi sesuatu dengan Mas, setidaknya Mas tidak akan menyesalinya, karena sudah mengukir kisah-kisah indah bersamamu. Sudah ada kenangan yang kita ciptakan."Lagi-lagi Lara menggeleng mengusir pikiran buruk dari benaknya. Mengeratkan pelukannya. Dia begitu rapuh setiap kali membayangkan hal buruk. Hal itu yang membuatnya takut untuk menikah dengan Rey. Rasa takut yang begitu besar mengalahkan logikanya."Jika suatu hari nanti, aku tak pernah kembali, carilah kebahagiaanmu sendiri, jangan terlalu meratapi diriku. Aku ingin kamu bahagia walau tanpa aku sekalipun.""Cukup, Mas! Kenapa mas ucapkan kata-kata seperti itu." Suara Lara membesar, dengan genangan air mata."Sssttt." Rey menempelkan telunjuknya di bibir Lara."Aku ingin habiskan malam ini denganmu, jangan sampai suaramu menggagalkannya."Rey mengusap kristal-kristal bening yang meluncur begitu saja."Kenapa Mas ucapkan kata-kata seperti itu," ulang Lara parau. Tubuhnya terguncang meredam tangis.Rey menenggelamkan tubuh itu dalam pelukannya, mengeratkannya. Dapat di rasakan jiwa kekasihnya yang begitu rapuh, menciptakan ketakutan tersendiri bagi dirinya 'Apa yang akan terjadi dengan dirimu, jika suatu saat terjadi sesuatu denganku,' batin Rey."Kenapa, Mas berkata seolah-olah Mas tidak akan pernah kembali lagi." Tangis Lara semakin menjadi."Karna mungkin baru kali ini kita begini, bisa tidur bersama. Mas, ingin mengajarimu untuk menghadapi ketakutanmu."Rey menangkup wajah Lara dengan kedua tangannya."Mas ingin mengajarimu menjadi istri prajurit yang tangguh, kuat jangan lemah. Segala sesuatu yang terjadi percayalah pada takdir Tuhan.""Berjanjilah pada mas.""Janji?""Berjanjilah jika suatu saat terjadi sesuatu dengan Mas dan tidak pernah kembali lagi, berjanjilah kamu akan mencari kebahagiaanmu. Mas tidak ingin menjadi sumber kesedihanmu. Sebaliknya apapun yang terjadi jadikan Mas sebagai sumber kebahagiaanmu." suara Rey bergetar, nyatanya dia sendiri pun tak sanggup membayangkan hal yang menyedihkan seperti itu."Kenapa seolah-olah Mas tidak akan pernah kembali lagi." Lara tersedu. Mengeratkan pelukannya, menggeleng-gelengkan kepalanya tidak ingin membayangkan hal-hal buruk."Segala kemungkinan bisa saja terjadi, tugas Mas kali ini beresiko. Apapun yang terjadi Mas ingin kamu bahagia, apapun keadaannya buatlah dirimu bahagia, dengan begitu Mas juga akan bahagia.""Apapun yang terjadi aku akan tetap menunggumu, Mas, karena itu kembalilah." Lara menatap Rey lekat."Kebahagiaanku hanya ada pada Mas, bagaimana aku akan bahagia jika Mas tidak di sampingku." Kali ini Lara yang menangkup wajah Rey, menciumnya dengan penuh perasaan, ingin rasanya mencurahkan segala rasa cinta pada lelaki di hadapannya."Kembalilah dengan selamat, kali ini aku tak akan menolak pinangan Mas. Nikahilah aku." Lara mengecup bibir Rey mesra."Jadilah bagian terindah dalam hidupku, Mas.""Jadilah bagian terindah dalam hidupku, Mas."Rey tersenyum bahagia."Aku pasti akan kembali, tidak sabar untuk menjadikan kamu sebagai istriku. Tunggulah Mas sayang, jadilah bagian terindah dalam hidupku." Rey mengecup kening Lara lembut."Jadilah rumahku, tempat tujuanku untuk pulang. Mas janji akan selalu membahagiakanmu, memberimu hari-hari bahagia yang tak akan kamu lupakan."Kata-katanya sendiri sempat membangkitkan hasratnya, namun di tekannya. Rey tak ingin menodai kesucian Lara sebelum waktunya."Tapi Janji Mas tidak akan macam-macam di luar sana." Manik Lara indah menuntut kesetiaan Rey.Rey menatap Lara dalam."Percayalah pada hatimu. Apakah Mas akan mengkhianati cinta kita, terbayang pun tidak pernah apalagi sampai melakukannya.""Trima kasih Mas, aku percaya Mas orang yang setia.""Jangan dekat-dekat sepupumu itu."Lara mendongak, menatap Rey penuh tanya."Adrian?"
Mata Lara membulat, mendengar permintaan Rey yang rasanya tak masuk akal. Beringsut menjauh dari Rey."Apa Mas tidak mencintaiku, ini hanya siasat Mas saja untuk meninggalkan aku kan, Mas ingin balas dendam karna aku menolak Mas, kan?" "Bagaimana mungkin kamu bisa berpikiran seperti itu, sayang." Rey menatap lama wajah Lara lalu meraup wajahnya kasar."Aku tidak mungkin dan selamanya tidak rela untuk menyerahkan kamu ke laki-laki lain.""Lucu! Bukannya barusan Mas nyuruh aku untuk menikah dengan Alex ?!""Kenapa begitu sulit untuk membuatmu mengerti sayang. Maksud dari perkataan Mas tadi, jika Mas tidak kembali karna gagal dalam misi Mas, hanya pulang nama saja. Menikahlah dengan Alex, jangan berlarut-larut dalam kesedihanmu, kamu harus bahagia walaupun tanpa Mas." Mata Rey memerah rasanya seperti menelan ribuan jarum.Rey tahu misinya kali ini sangat berbahaya, hanya ada dua hal, pulang dengan raga yang bernyawa atau pulang nama saja. Alex pun tidak tahu tentang misi ini, yang Alex
"A-apa aku sudah tidak perawan lagi, Mas?" Mata Lara berkaca-kaca menatap pada Rey dengan pias."Tapi, Mas tidak melakukannya sayang, tadi Mas hanya pake mulut kok, masa bisa sih?" Dahi Rey mengerut mencoba mengingat adegan mereka tadi, jangan sampai dia kebablasan dan tidak menyadarinya karena terlalu asyik. Senyum terukir tatkala menyadari sumber darahnya. Ternyata darah itu berasal dari tangannya yang digigit Lara waktu itu, yang berdarah lagi karena mereka keasyikan. Apalagi tadi Lara sampai mencengkram dengan kuku yang tertancap pada tubuhnya.Rey mendekat, memeluk gadis itu dengan posisi duduk di atas ranjang sementara Lara berdiri di depannya."Udah mau gimana lagi, udah terlanjur, bukannya tadi kamu yang maksa-maksa untuk Mas ambil. Ayo sekalian Mas jebol." goda Rey.Mata Lara melebar."Bisa-bisanya Mas, aku lagi ... " suaranya terhenti saat Rey mengangkat tangannya yang terluka."Jadi aku masih prawan Mas?" Matanya memincing. Ternyata dia masih bisa menyimpan mahkotanya y
Rey langsung memagut bibir Lara. Disedotnya dalam-dalam benda kenyal itu."Mas janji seperti tadi, tidak lebih."Lagi-lagi Lara hanya sanggup menggangguk.Rey mengantar Lara pada puncak kemenangan, puncak nirwana.Rey mengecup kening Lara penuh kelembutan. Hanya deru napas memburu yang tersisa. Ditatap wajah kekasihnya yang berpeluh, udara AC mulai membalut tubuh mereka dalam kedinginan. Dia mengambil handuk lalu mengeringkan peluh Lara. Pandangannya tak lepas dari wajah gadis yang begitu disayanginya. Gadis yang masih bermahkota."Mas akan sangat merindukanmu sayang," ucap Rey sepenuh hati. Lara yang semula terpejam membuka kedua matanya."Mas merasa kepergian kali ini sangat berat dari sebelumnya," ujar Rey lagi, dengan cepat Lara mendongak."Ke-kenapa, Mas?"tanya Lara kuatir."Setelah apa yang telah kita lakukan. Mas merasa sangat berat meninggalkan kamu, dengan wajahmu yang terbayang saja Mas kesulitan tid
"Maaas ...." Panggil Lara setengah berbisik. Tangan Lara memutar kenop pintu yang tidak terkunci, terbengong saat dilihat ruangan itu kosong.Hampa.Terasa ada yang terenggut dari sudut hatinya, rasa kehilangan yang sangat mendera. Kehampaan yang meremas-remas jiwanya. Dia tergugu, mengusap bening yang mengaburkan penglihatannya.Lagi rasa itu menderanya, tiap kali Rey pergi bertugas. Tubuh Lara luruh, terduduk di lantai. Memeluk erat kedua kakinya, bayangan Rey terpatri jelas di pelupuk mata. Rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya, untuk menghalau suatu rasa yang mengoyak hatinya. Ingatannya terbang pada keinginan Rey agar dia menjadi wanita yang tangguh."Kuat Lara, kamu harus kuat." Monolog Lara memberi semangat pada dirinya sendiri. Sambil berdiri menyusut air matanya."Kamu bukan hanya mencintai dirinya, kamu juga harus mencintai profesinya," gumam Lara mencoba menghalau rasa yang mencabik jiwanya."Hati-hati sayang, berjuanglah demi negri ini. Kembalilah dengan selamat. A
Sementara itu Rey sedang berada di atas awan. Di dalam burung besi yang akan membawanya ke negara kangguru, Australia.Negara yang terkenal dengan ikon Sydney Harbour Bridge itu mulai terlihat. Pesawat mulai menurunkan ketinggiannya, pemandangan menakjubkan terlihat dari jendela kaca. Bandara yang dikelilingi oleh samudra dan kota serta jembatan yang indah. Pesawat landing dengan mulus.Setelah melewati proses imigrasi dan mengambil bagasi, Rey dikejutkan dengan pesan yang masuk di gawaynya, yang mengharuskan dia kembali ke Indonesia lagi besok. Misi di negara itu batal.Rey yang tidak tidur semalaman saat bersama Lara, hendak menghabiskan waktunya dengan istirahat di hotel yang terdekat dengan bandara.Namun niatnya terhalang saat ada pesan yang masuk membuat rasa kantuknya hilang dalam sekejab, ketika melihat vidio yang dikirim padanya.Vidio yang mengerikan, terjadi lagi pembantaian tujuh warga sipil. Dengan terang-terangan kelompok separatis melakukan live, membantai para pekerj
Tak sabar Lara langsung melakukan Vidio call."Mas di mana, memangnya udah balik, kok cepat sekali?" tanya Lara dengan mulut menganga saat wajah Rey muncul di layar."Apa kamu sengaja menggoda, Mas.""Hah, apanya.""Hanya dengan handuk gitu, sengaja mau goda Mas.""Hah, ya ampun Mas, aku tidak sadar kalo belum pake baju."Senyum Rey terkulum saat tiba-tiba yang terlihat hanya langit-langit kamar."Kenapa langsung dipake padahal Mas pengen cuci mata. Barusan mandi ya, aromamu tercium sampe sini.""Iihh ... dasar. Mas udah balik beneran?""Iya, besok fligh lg. Ada yang harus Mas selesaikan, sekarang sudah di apartemen. Kamu bisa ke sini nggak. Masih ada yang harus Mas kerjakan tapi kangen kamu.""Apartemen yang mana, Mas nggak pernah ngajak aku ke situ.""Nanti Mas sharelok.""Pake taksi aja, jangan bawa motor. Pamit sama mami sekalian bawa baju kerjanya.""Aku sendirian di rumah sama, Bi Arum. Mami dan papi lagi ke Bandung.""Ok, Mas tunggu."Rey menutup telponnya lalu berjalan menuju
Rey cepat-cepat menghalangi tubuh Lara begitu menyadari keberadaan Alex."Maaf, aku tidak sangka kalo kalian ada di sini." Alex memutar badannya membelakangi mereka, melangkah menjauh.Rey dan Lara mematung untuk sesaat. Wajah Lara memerah seperti udang rebus."Aku malu Mas, apa tadi dia melihat kita." Lara menutup wajah dengan kedua tangannya."Tidak usah dipikirkan, tadi terhalang oleh, Mas.""Mas panggil dia untuk makan sekalian dengan kita boleh?" tanya Rey yang dianggukkin Lara.Walaupun Lara malu, tapi dia tidak mau karena dia hubungan Rey dan Alex merenggang. Lara tahu bagaimana persahabatan mereka yang telah terjalin sejak dulu."Maaf bro, aku tidak sangka kalo kalian ada di sini. Padahal waktu masuk tadi sudah aku panggil-panggil waktu lihat labtopmu di meja.""Sudah, ayo kita makan. Tunggu aku ambil baju Lara dulu."Rey menyelinap ke kamar dan keluar dengan baju menuju dapur."Pake ini sayang.""Alex belum pergi, Mas?" tanya Lara sambil menyarungkan baju."Belum, udah Mas bi