Share

Bab 3 : Hilang kabar

Author: Uci Lurum
last update Last Updated: 2023-10-28 19:07:56

Lara menatap Alex tak percaya.

"Ngomong apa barusan?!"

"Maksudku, siapa tau kamu mau trima aku jadi selinganmu, secarakan Rey waktunya hampir tidak ada buat kamu. Anggaplah sebagai pengisi waktu kosongmu," kata Alex dengan mimik lucu, menahan tawa.

"Kamu tu ya ... nggak ngotak tau nggak ... teman sendiri mau kamu tikung!"

"Ha-ha-ha ... canda juga kali, serius banget. Dari tadi aku ngajak ngomong nggak nganggap, pas ngomong gitu langsung kamu respon." Alex terbahak-bahak memandang wajah Lara yang cemberut.

"Jadi kapan nih wak- "

"Emangnya kerjaan kamu udah selesai? Ngoceh aja dari tadi," potong Lara jengah, yang merasa kerjaannya tidak bisa cepat selesai karena terganggu.

Padahal rencananya Lara ingin meyelesaikan semua tugasnya, biar bisa fokus untuk mengurus rencana pernikahannya nanti. Alex selalu usil. Biasanya ditanggapi tapi kali ini Lara ingin kerjaannya cepat selesai.

Pria bertubuh atletis itu, balik badan menuju mejanya, menghadapi tumpukan kertas. Otaknya serasa tidak mau diajak kerja sama saat ini. Ada rasa yang mengganggu saat melihat Rey melamar Lara di restoran tadi.

Ada perasaan tak rela kerena Lara akan menjadi milik orang lain

Cintanya untuk Lara tidak pernah hilang namun juga ada perasaan bersalah karena masih mencintai pacar sahabatnya sendiri.

'Kamu akan selalu memiliki tempat yang istimewah di hati ini, walaupun aku tidak bisa memilikimu. Akan aku pastikan kamu akan selalu berbahagia bersama Rey,' batin Alex sambil memandang wajah gadis pujaannya, yang sedang serius dengan lembaran-lembaran kertas dihadapannya.

***

Lara melihat gawaynya berkali-kali namun masih sama, centang satu. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam tapi ponsel Rey belum aktif juga.

"Selalu seperti ini," gerutu Lara.

"Lagi dan lagi!"

"Ya Tuhan apakah aku sanggup mendampingi seorang prajurit? rasa-rasanya aku tak mampu tapi aku begitu mencintainya, Tuhan."Lara bermonolog.

"Aku ingin habiskan tiap saat dengan dia, tidak seperti ini! Apakah aku sanggup menjalani hidupku dengan orang yang tidak akan selalu ada di sampingku." mata sendu itu memancarkan keraguan.

Lara mengusap wajahnya mencoba menghalau rasa yang berkecamuk di dada. Setelah siang tadi hatinya dibuat melambung tinggi dengan janji dan kata-kata romantis dari Rey, sekarang perasaannya seperti menggantung, dengan kehadiran Rey yang selalu tidak dapat diprediksi.

Ia mulai goyah untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius, ketakutan terbesarnya adalah keselamatan Rey, perasaan was-was itu selalu merengut rasa nyaman di hatinya. Namun rasa cinta yang begitu besar selalu mengalahkan perang batin dalam dirinya, untuk tetap bertahan, dengan lelaki yang memiliki keterbatasan waktu bagi dirinya.

Lara memeluk guling sambil menatap foto Rey yang terpajang di meja riasnya, sosok lelaki tampan dengan seragam lorengnya dilengkapi baret merah.

Rasa rindu itu kian menyiksanya, setelah di amar dadakan siang tadi, malam ini sudah tidak ada kabar lagi. Padahal Lara ingin bermanja-manja meluapkan rasa bahagianya bersama Rey. Sambil merancang persiapan untuk pernikahan mereka nanti

.Lara mengerti akan profesi Rey yang seorang prajurit, tapi ada sisi lain dalam dirinya yang menginginkan seorang kekasih seperti pasangan lainnya, yang selalu menghabiskan waktu bersama.

Gadis itu menginginkan keluarga kecil yang bahagia, suami yang selalu ada disampingnya. Bersama-sama menghabiskan waktu membesarkan buah hati mereka. Impiannya itu tidak bisa tergapai bersama Rey.

Kini ada rasa yang membuatnya ragu untuk menikah dengan Rey. Ada kebimbangan di hatinya untuk memutuskan hal yang akan membuat perubahan besar dalam hidupnya.

Lara bangkit berdiri menuju meja rias, meraih foto Rey, memandangnya lekat-lekat. Air matanya jatuh mengenai wajah Rey di atas bingkai foto itu. Diusapnya bulir-bulir bening itu.

Perasaannya seperti terkoyak, ada rasa tak rela untuk kehilangan lelaki yang begitu dicintainya. Lara membuka laci lalu memasukan bingkai foto itu. Tak lagi memajangnya.

" Aku harus mengakhiri semua ini, sayang."

Sementara itu di apartemennya Rey baru saja membaringkan tubuhnya di sofa., setelah mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Tubuhnya terekspos hanya boxer hitam yang menutupi bagian bawahnya.

Dia tadi dari bandara menjemput Ambar, Ibu Panti yang sudah dianggap sebagai ibunya sendiri beserta Nindy dan beberapa anak panti untuk mewakili sebagai keluarganya.

Mereka datang atas permintaan Rey untuk acara lamaran. Saat ini tinggal di apartemen milik Rey yang lainnya. Apartemen yang sekarang merupakan tempat prifasinya yang tidak ada seorangpun datang kecuali team inteligennya. Sering juga dijadikan markas jika ada pertemuan mendadak.

Rey bangkit berdiri kembali, kakinya melangkah menuju sebuah lukisan besar yang tergantung di dinding, yang ternyata dibaliknya ada sebuah brangkas kecil yang menempel di dalam tembok. Tangannya memutar kode pada brangkas itu tak lama pintu kecil itu terbuka.

Matanya tertuju pada dua amplop coklat di antara beberapa pucuk pistol yang tergeletak di atasnya. Tangannya terarah mengambil dua amplop itu, lalu berjalan menuju sofa kembali.

Menghamburkan seluruh isinya di atas meja kaca di depannya. Matanya tertuju pada beberapa kartu kecil yang merupakan identitas barunya, melihatnya sejenak lalu fokus dengan beberapa lembaran kertas putih. Mengisinya kembali ke dalam amplopnya.

Lalu membuka amplop berikutnya.

"Devin ...CEO ... hhmm ... menarik," gumam Rey sambil mengamati nama yang tertera pada kartu kecil itu. Penyamarannya kali ini menjadi seorang CEO dari perusahaan yang memproduksi alat berat.

Pandangannya beralih pada lembaran-lembaran putih yang berisi informasi tentang tugas yang akan di laksanakan, kemudian mata elang itu fokus mengamati beberapa foto targetnya, hingga tatapannya beralih pada salah satu foto seorang wanita cantik dengan gayanya yang glamour.

Rey menghempaskan napasnya, baginya lebih mudah menjalankan misi yang berurusan dengan mafia atau terosis daripada berurusan dengan wanita apalagi sampai harus menggunakan pesonanya untuk menjerat targetnya.

Bayangan Lara tiba-tiba melintas di benaknya, ada rindu yang menyelinap untuk gadis itu. Ia kembali merapikan isi amplop dan menaruhnya ke tempat semula. Lalu meraih benda pipih di atas nakas samping ranjangnya. Namun layarnya gelap kehabisan baterai.

Ditatapnya benda bulat pada dinding sudah menunjukan pukul dua dini hari.

"Aku merindukanmu sayang," bisik Rey sambil membaringkan tubuhnya di ranjang.

***

[Pagi sayang, lagi ngapain maaf pesanmu baru terbaca.] Rey mengirimkan pesan begitu terbangun. Namun tak ada balasan dari sebrang.

[Kok dibaca aja? Lagi sibuk ya?]

[Malam aku ke rumah.]

Dibaca lagi tanpa dibalas. Rey menarik napas, di hempaskannya dengan kasar, tak biasanya Lara mengacuhkan pesannya. 'Apakah dia lagi sibuk?' batin Rey.

Dengan gayanya yang parlente, Rey menuju apartemen yang ditinggali Ambar dan Nindy, membawa kebutuhan yang diperlukan sekalian membahas rencana pinangan nanti. Selepas dari sana Rey kemudian menuju markas.

Langit telah memerah ketika Rey kembali ke apartemennya. Meletakan barang bawaan yang merupakan keperluan misinya nanti. Memeriksa ponselnya kembali, namun hasilnya masih sama.

"Ada apa denganmu sayang?" gumam Rey.

Rey mematut dirinya di cermin, aroma tubuhnya memancarkan aroma maskulin, setelah di semprot pewangi kenamaan, sehabis mandi.

Pria berwajah karismatik itu memacu kuda besinya, menuju rumah Lara, dengan berbagai tanya yang berkecamuk di kepalanya. Tidak seperti biasanya Lara mengacuhkan pesannya.

Pria berwajah tegas itu turun dari motornya. Hendak memencet bel, tapi pintu itu tiba-tiba terbuka. Gadis cantik dengan baju rumahan muncul di depan Rey, terkesan natural dan sangat menarik.

Senyum terukir di bibir lelaki itu, keningnya mengeryit saat pelukan hangatnya ditolak, lagi-lagi tidak seperti biasanya. Tanpa mempedulikan penolakannya, Rey menarik tubuh seksi itu semakin erat dalam pelukannya.

"Aku sangat merindukanmu." bisik Rey sambil mendusal hidungnya di rambut gadis itu. Lara terdiam menahan gemuruh di dadanya tiap kali berdekatan dengan Rey.

Hening.

"Hhmm ... maaf kemarin seharian sibuk di markas, terus ngantar Ibu ke apartemen, tidak sempat balas chat kamu, karna ponselku padam. Mami dan Papi ke mana, kok sunyi?" ujar Rey sambil menelisik wajah gadis di depannya, wajah imut yang selalu terbayang.

Lara tiba-tiba meraih tangan Rey lalu meletakkan sesuatu di sana. Mata lelaki itu melebar, ditatapnya benda bulat bertahta berlian di telapak tangannya, lalu kembali menatap sepasang netra bening di depannya. Senyum khas yang semula terukir di bibir lelaki itu, menjadi kaku, perlahan menghilang.

"Apa maksudmu?!" Suara Rey tegas, tatapannya menghujam manik di depannya. Tujuannya datang ke sini untuk menyampaikan maksud kedatangan keluarganya nanti, hendak meminang Lara pada orang tuanya namun gadis itu malah menyambut sebaliknya.

"Maaf ... aku sudah memutuskan sebaiknya kita akhiri hubungan kita."

Rey ternganga.

Comments (46)
goodnovel comment avatar
Izzatul askarina
kamu knp lara... kasiannya.. satu ga snggup hidup bareng leftenan.. satu lagi gbisa hidup tnpa cewe yg dicintainya
goodnovel comment avatar
Zafran
loh lara kok gitu knp dh pdhal rey keknya bner bner syg kok segampang itu kamu
goodnovel comment avatar
Azlika Razwa
lah kok malah jadi kaya gini sih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 4 : Terluka

    Kamu sedang tidak bercanda kan, Lara Angeswari?!""Apa aku kelihatan bercanda, Mas?""Tapi kenapa ... bukannya kita baik-baik saja?!"Namun gadis itu tiba-tiba berbalik dan lari ke dalam rumahnya. Ditutupnya dengan cepat pintu jati itu, tetapi dengan sigap, Rey menghalang dengan kakinya.Lara berlari, dengan gesit Rey menangkap lengan gadis itu, menahannya di antara ruang tamu berbatasan dengan ruang tengah."Ada apa, Mas butuh penjelasan."Mereka berdiri berhadapan.Rey mengangkat dagu itu perlahan."Jelaskan ada apa, Dek? Bukannya kita baik-baik saja? Kita akan menikah. Kenapa malah tiba-tiba kamu ingin mengakhiri hubungan kita, apa mas punya salah?Lara menggeleng."Aku baru sadar, ternyata aku tidak pernah mencintaimu, Mas," ujar Lara sambil mengalihkan pandangannya dari netra kelam itu. Hidung mancung gadis itu kembang kempis, ada rasa yang ingin meledak dari dalam dirinya.Untuk sesaat Rey terkejut. "Pandang aku kalo bicara." Menangkup wajah Lara, mengarahkan padanya, kedua mata

    Last Updated : 2023-10-28
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 5 : Amanat

    Rey melangkah menjauh, punggung tegap itu menghilang dari pandangan Lara yang masih menatap kosong. Pulang dengan membawa luka yang mulai merajam hatinya, yang semula bersemi karena cinta. Pulang dalam kesendirian. Begitu inginnya menjadikan kekasihnya sebagai tempat untuk pulang, tetapi justru dia menutup pintunya. Sesaat terdengar bunyi motor yang menghilang di kegelapan malam. Lara tersadar dari lamunannya, dengan cepat dikejar bayangan lelaki itu."Maaasss ... " Suaranya terdengar memecah keheningan malam, berharap Rey mendengar dan kembali .Sunyi ... tak terdengar suara apapun. Langkahnya gontai kembali ke dalam,. Terduduk menatap titik noda darah di lantai putih itu. Diusap lalu dibersihkan, menatap noda merah yang telah berpindah ke tangannya, tangisnya pecah."Selamanya aku akan tetap mencintaimu mas ..." gumam Lara lirih, sambil membawa genggaman tangan yang bernoda itu ke dadanya.***Rey membersihkan darah di tangannya. Menarik napas perlahan, menghempaskan tubuhnya di s

    Last Updated : 2023-10-30
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 6. Cemburu

    "Apakah ini alasanmu menolakku," desis Rey, jari-jari tangannya memutih mencengkram erat setir."Kamu harus jelaskan semua ini, Lara Angeswari!"Bagaikan elang yang mengintai mangsanya, tatapan Rey tak lepas dari sepasang manusia yang sedang berbicara, sesekali terdengar gelak tawa di antara mereka yang terlihat bahagia sekali.Badai berdesakan di dada Rey seakan berebutan untuk keluar. Tanpa kedip, gerak gerik mereka tak lepas dari pantauannya. Tubuhnya menegak ketika melihat Lara berdiri lalu menuju ke dalam, mata Rey mengikutinya, terlihat kalau Lara akan menuju kamarnya.Rey segera keluar dari mobil, menyebrangi jalan menuju ke rumah Lara. Tak menunggu lama, dengan gerakan tubuhnya yang sudah terlatih, dengan gesitnya Rey memanjat ke lantai dua rumah itu, hingga sampai di jendela kamar Lara. Tak sulit bagi Rey untuk membuka paksa jendela, lalu dengan segera menyelinap masuk. Terdengar Lara yang masih berbincang di depan pintu. Tak lama pintu itu terdorong dari luar, setengah terbu

    Last Updated : 2023-11-22
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 7. Bersama semalaman

    "Malam ini kamu milikku sayang.""Maas ...." suara Lara tercekat dengan nafas tersengal, dadanya turun naik. Napasnya seperti terhenti saat Rey mengukungnya. Selama pacaran baru kali ini mereka seranjang."Mas ingin menghabiskan malam ini dengan kamu sayang."Tubuh Lara gemetar. Rey memposisikan Kedua tangan menopang tubuhnya. Sebelah tangannya mengusap wajah Lara, memyimpirkan anak rambut yang jatuh di dahi, perlahan mengecup dahi itu dengan kelembutan."Mas sangat menyayangimu, tiap saat yang terbayang hanya wajahmu ..." ujung jarinya menyusuri setiap lekukan wajah Lara. Lara terpejam, dadanya seakan mau meledak merasakan sensasi yang baru dirasakannya. Kulitnya tiba-tiba menjadi sangat sensitif."Jagalah dirimu selama aku pergi. Jangan pernah singkirkan Mas dari hatimu." kata-kata Rey terdengar begitu lembut dan menghanyutkan.Rey menunduk menyusuri wajah Lara dengan kecupannya. Sesaat terhenti menatap kembali kedua mata yang terpejam, yang terlihat sedang mengigit bibirnya, h

    Last Updated : 2023-11-23
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 8. Menikahlah dengan Alex

    "Jadilah bagian terindah dalam hidupku, Mas."Rey tersenyum bahagia."Aku pasti akan kembali, tidak sabar untuk menjadikan kamu sebagai istriku. Tunggulah Mas sayang, jadilah bagian terindah dalam hidupku." Rey mengecup kening Lara lembut."Jadilah rumahku, tempat tujuanku untuk pulang. Mas janji akan selalu membahagiakanmu, memberimu hari-hari bahagia yang tak akan kamu lupakan."Kata-katanya sendiri sempat membangkitkan hasratnya, namun di tekannya. Rey tak ingin menodai kesucian Lara sebelum waktunya."Tapi Janji Mas tidak akan macam-macam di luar sana." Manik Lara indah menuntut kesetiaan Rey.Rey menatap Lara dalam."Percayalah pada hatimu. Apakah Mas akan mengkhianati cinta kita, terbayang pun tidak pernah apalagi sampai melakukannya.""Trima kasih Mas, aku percaya Mas orang yang setia.""Jangan dekat-dekat sepupumu itu."Lara mendongak, menatap Rey penuh tanya."Adrian?"

    Last Updated : 2023-11-23
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 9. Lakukanlah, Mas.

    Mata Lara membulat, mendengar permintaan Rey yang rasanya tak masuk akal. Beringsut menjauh dari Rey."Apa Mas tidak mencintaiku, ini hanya siasat Mas saja untuk meninggalkan aku kan, Mas ingin balas dendam karna aku menolak Mas, kan?" "Bagaimana mungkin kamu bisa berpikiran seperti itu, sayang." Rey menatap lama wajah Lara lalu meraup wajahnya kasar."Aku tidak mungkin dan selamanya tidak rela untuk menyerahkan kamu ke laki-laki lain.""Lucu! Bukannya barusan Mas nyuruh aku untuk menikah dengan Alex ?!""Kenapa begitu sulit untuk membuatmu mengerti sayang. Maksud dari perkataan Mas tadi, jika Mas tidak kembali karna gagal dalam misi Mas, hanya pulang nama saja. Menikahlah dengan Alex, jangan berlarut-larut dalam kesedihanmu, kamu harus bahagia walaupun tanpa Mas." Mata Rey memerah rasanya seperti menelan ribuan jarum.Rey tahu misinya kali ini sangat berbahaya, hanya ada dua hal, pulang dengan raga yang bernyawa atau pulang nama saja. Alex pun tidak tahu tentang misi ini, yang Alex

    Last Updated : 2023-11-24
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 10. Benih

    "A-apa aku sudah tidak perawan lagi, Mas?" Mata Lara berkaca-kaca menatap pada Rey dengan pias."Tapi, Mas tidak melakukannya sayang, tadi Mas hanya pake mulut kok, masa bisa sih?" Dahi Rey mengerut mencoba mengingat adegan mereka tadi, jangan sampai dia kebablasan dan tidak menyadarinya karena terlalu asyik. Senyum terukir tatkala menyadari sumber darahnya. Ternyata darah itu berasal dari tangannya yang digigit Lara waktu itu, yang berdarah lagi karena mereka keasyikan. Apalagi tadi Lara sampai mencengkram dengan kuku yang tertancap pada tubuhnya.Rey mendekat, memeluk gadis itu dengan posisi duduk di atas ranjang sementara Lara berdiri di depannya."Udah mau gimana lagi, udah terlanjur, bukannya tadi kamu yang maksa-maksa untuk Mas ambil. Ayo sekalian Mas jebol." goda Rey.Mata Lara melebar."Bisa-bisanya Mas, aku lagi ... " suaranya terhenti saat Rey mengangkat tangannya yang terluka."Jadi aku masih prawan Mas?" Matanya memincing. Ternyata dia masih bisa menyimpan mahkotanya y

    Last Updated : 2023-11-24
  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 11. Lagi

    Rey langsung memagut bibir Lara. Disedotnya dalam-dalam benda kenyal itu."Mas janji seperti tadi, tidak lebih."Lagi-lagi Lara hanya sanggup menggangguk.Rey mengantar Lara pada puncak kemenangan, puncak nirwana.Rey mengecup kening Lara penuh kelembutan. Hanya deru napas memburu yang tersisa. Ditatap wajah kekasihnya yang berpeluh, udara AC mulai membalut tubuh mereka dalam kedinginan. Dia mengambil handuk lalu mengeringkan peluh Lara. Pandangannya tak lepas dari wajah gadis yang begitu disayanginya. Gadis yang masih bermahkota."Mas akan sangat merindukanmu sayang," ucap Rey sepenuh hati. Lara yang semula terpejam membuka kedua matanya."Mas merasa kepergian kali ini sangat berat dari sebelumnya," ujar Rey lagi, dengan cepat Lara mendongak."Ke-kenapa, Mas?"tanya Lara kuatir."Setelah apa yang telah kita lakukan. Mas merasa sangat berat meninggalkan kamu, dengan wajahmu yang terbayang saja Mas kesulitan tid

    Last Updated : 2023-11-24

Latest chapter

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 148. Rencana Hengky

    Hengky memencet nomor yang ditujunya, hendak melakukan panggilan kepada seseorang yang sangat penting baginya. Orang yang saat ini menjadi satu-satunya orang kepercayaannya, yang akan menyelamatkan dirinya dan keluarganya.[Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah melewati masa kritisnya?] tanya Hengky pada seseorang di seberang sana dengan raut kuatir.[Sudah tuan Hengky. Masa kritisnya telah lewat cuma sampai saat ini belum sadarkan diri.][Tidak mengapa, yang terpenting dia sudah melewati masa kritisnya. Lakukan pelayanan yang terbaik. Apapun itu, lakukanlah saya tidak ingin kehilangan dia.][Bagaimana jika dia siuman dan ingin kembali lagi ke Indonesia?][Saya tidak ingin dia kembali lagi ke sini. Jika kita tidak menyelamatkan dia, tentu saja saat ini dia sudah tiada. Mereka semua pengkhianat, karna itu kedua orang tuanya tiada. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.][Dia orang yang berdedikasi pasti akan kembali pada negara dan keluarganya.][Kamu tidak usah kuatir, ha

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 147. Cinta Yang Tak Pernah Hilang

    "Aku punya rahasia," bisik Lara.Alis tebal Alex tertaut, dengan wajah penuh tanya."Kamu ingin tau?"Alex mengganguk ragu."Mereka akan mengambil anak-anakku," bisik Lara tepat di telinga Alex."Jika aku bersedih mereka akan mengambil anak-anakku," ulang Lara dengan wajah serius."Jangan bilang-bilang sama mereka jika aku hanya berpura-pura bahagia, agar mereka tidak mengambil anak-anakku.""Janji kamu tidak akan memberitahu siapapun ya?"Alex mengganguk seperti orang kehilangan akal. Dengan mata lekat pada dua netra bening yang berselimut duka."Mereka siapa?""Dokter dan suster.""Dokter dan suster?""Ssttt ... jangan keras-keras, nanti kedengaran." Mata Lara melebar dengan telunjuk di bibirnya, seolah pembicaraan mereka sangat rahasia dan tidak boleh ada yang mendengarnya. Dengan mata melirik kiri kanan, kuatir ada orang lain di sekitar mereka.Alex menegakkan badannya bersandar di kursi, mengurut-ngurut pelipisnya yang berdenyut nyeri. Dia bingung dengan tingkah Lara yang ambigu,

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 146. Duka Lara

    "A-apa ini kamu, Bang?" tanya Alex sangsi, ketika melihat tubuh yang terbujur kaku dengan seragam kebanggaannya.Saat ini Alex sedang berdiri di depan peti jenasah, yang telah berada di rumah Lara. Baru saja ibadah penutupan untuk selanjutnya akan mengantar jenasah menuju tempat peristirahatannya yang terakhir.Alex yang penasaran mencoba membuka penutup benda yang terbuat dari kayu jati itu dengan ukiran di tiap sisinya. Namun tidak bisa, memang sudah didesain demikian agar tidak lagi bisa terbuka, harus membuka memakai kunci khusus. Alex hanya dapat melihat tanpa menyentuhnya, penutupnya terdiri dari dua lapisan. lapisan teratas terbuat dari kayu yang melindungi lapisan bawahnya yang terbuat dari kaca tapi hanya sebagian saja, dari batas dada ke atas kepala."I-ini bukan kamu, Bang! Aku tau ini bukan kamu." Alex menggeleng tak percaya, karena wajah itu tak dikenalinya. Sudah tak utuh, dan ada perban yang menutupi sebagian wajahnya. Mungkin untuk menutupi agar terlihat lebih baik

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 145. Tingkah Aneh Lara

    Metha berdiri berusaha menenangkan putrinya, namun kedua kakinya pun melemah, hingga sempoyongan, mencengkram piggiran ranjang. Bibi Sri panik, cepat-cepat membantu Metha."Maaass, sakiiit!" lengking Lara dengan kedua tangan masih memegang perutnya, wajahnya terlihat menahan kesakitan yang luar biasa."Dokter, suster!" teriak Bi Sri sekuat-kuatnya, tidak peduli jika itu akan mengganggu pasien lainnya. Memperbaiki duduk Metha lalu menuju tombol menekannya berulang-ulang. Kembali menahan tubuh Metha jangan sampai terjatuh. Metha berusaha mempertahankan dirinya sendiri, kesadarannya hampir hilang, namun kekuatiran pada putrinya membuatnya berusaha untuk tetap sadar."Tolong!"Merasa tidak ada yang mendengar, Bi Sri berlari menuju pintu."Tolooong. Dokter, Suster!"Suara Bi Sri menggema di koridor yang sunyi itu. Memancing gerakan dari orang sekitarnya yang langsung keluar dari ruangan masing-masing. Beberapa orang sudah menuju ruangan Lara lalu berusaha menenangkan Lara dan Metha. Seba

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 144. Lara Syok

    Lara terbangun, melirik ke arah Metha dan kedua kakak perempuannya di samping. Dia tidak tahu jika ayahnya dan Alex sudah menuju bandara untuk penyambutan dan penyerahan jenasah. Sebentar kedua kakaknya akan ikut serta juga, tentunya secara diam-diam tanpa diketahui oleh Lara."Mi, apa belum dapat ponsel Dedek, Mi?" tanya Lara pada Metha yang sedang sibuk menyiapkan sarapannya.Metha menjadi panik mendapat pertanyaan seperti itu lagi dari Lara. Sebelumnya mereka selalu beralasan jika ponselnya belum ditemukan. Sekarang akan tampak mencurigakan bila mengatakan hal itu lagi. Alex sudah menyarankan jika sebaiknya ponselnya diberikan. Sama juga, jika Lara hubungi suaminya, tidak akan tersambung, karena sejak hari itu ponsel Rey tidak aktif lagi.Metha melirik pada kedua saudara Lara yang juga tampak bingung. Kebohongan apalagi yang harus mereka buat untuk menutupi semua itu."Sebentar, Bik Sri akan bawakan, katanya sudah ketemu Dek." Metha mengambil ponselnya, mengirim pesan untuk Bi S

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 143. Rey?

    Kenapa kamu mencintaiku," tanya Alex tiba-tiba.Tari menoleh ke arah Alex dengan mimik heran. Tidak biasanya Alex menanyakan hal itu."Kenapa aku mencintaimu?" Tari mengulangi pertanyaan Alex."Iya, kenapa kamu mencintaiku?""A-aku ... apa aku harus menjawabnya?""Aku bertanya karna ingin mendengar jawabannya,tentu saja kamu harus menjawabnya.""Aku .... "Alex mengangkat keningnya menanti jawaban Tari. Tatapannya menghanyutkan. Semua wanita yang melihatnya akan terhanyut dalam pesonanya. Satu-satunya wanita yang tidak terseret dalam arusnya hanya Lara, karena dia telah memiliki Rey. Namun kini Rey telah pergi, menciptakan ketakutan tersendiri bagi Tari."Karena sejak awal aku menyukaimu. Semakin hari semakin dalam, bukan sekedar menyukai ... tapi sudah sangat mencintaimu, dan ... hatiku tidak bisa berpaling pada yang lain." Kedua pasang netra mereka saling memindai."Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" lanjut Tari.Alex berjalan mendekat. Serta merta membawa Tari dalam p

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 142. Harapan Yang Sirna

    Tangan Alex menggenggam erat ponselnya hingga jari tangannya memutih. Dia baru saja menerima kabar jika jasat Rey telah ditemukan, bersama ketiga jasad lainnya.Sudah lima hari sejak penyambutan dua jenasah yang diterbangkan duluan. Hari ini baru mereka memberi kabar jika jenasah akan diterbangkan setelah melakukan persiapan di sana. Sesegera mungkin, paling terlambat besok, karena kondisi jasad yang tidak memungkinkan lagi untuk bertahan lebih lama.Dunia Alex kembali hancur, sangat terasa lebih hancur dari sebelumnya. Setelah berangan-angan ada sedikit harapan dengan belum ditemukan jasad Rey, masih ada asa saat itu. Berharap Rey berada di suatu tempat dengan nyawa yang masih berada di badannya. Ternyata itu hanya harapan kosong. Rey telah pergi, semuanya sirna sudah.Bagaimana dengan Lara dan kembarnya, bagaimana dengan amanat yang Rey tinggalkan tiap kali dia pergi satgas, bagaimana dengan Tari? Semua itu berkecamuk dalam pikiran Alex."Kenapa kamu menempatkan aku dalam posis

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 141. Kembalilah Rey

    "Aku mau mengecek persiapan penyambutan Jenasah. Setelah urusanku beres kita akan membahasnya.""Kamu tidak berubah pikirankan, Lex?" Mata Tari yang berkaca-kaca mulai menciptakan kristal. Dia ingin segera mendapat jawaban Alex agar hatinya tenang.Alex menoleh ke dalam, Lara masih terlelap. Meraup wajahnya lalu berpaling ke arah Tari. Sesaat dia bimbang, lalu kemudian menarik Tari dalam pelukkannya."Kasih aku waktu dua hari ini, untuk mengurus segalanya. Setelah itu kita bertemu."Tari mengganguk terpaksa."A-aku .... Aku takut kamu berubah pikiran." Kristal bening itu luruh begitu saja. Alex trenyuh menatap Tari, diusap pelan butiran yang mengalir. Dia telah memiliki impian untuk menghabiskan masa tua bersamanya. Ruang hatinya hampir terisi penuh oleh Tari."Kamu pake apa ke sini.""Taksi. Kamu tau mobilku ada di bengkel. Tidak mungkin aku pake motor, karna kamu pasti marah."Tari pernah dua kali kecelakaan dengan motor hingga tulangnya patah, karena balapan. Hal yang disukainya du

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 140. Harus Kuat

    [Aku lagi di rumah sakit, sedang menjaga Lara.] Tari dengan cepat membaca pesan Alex yang masuk. Saat tahu jika orang yang melamarnya sedang bersama wanita idamannya, hati Tari menjadi tak karuan. Apalagi dia baru saja mengetahui kabar gugurnya Rey dari ayahnya. Tari semakin tak tenang saat nomor Alex tak lagi aktif.Tari mencoba tidak berpikir berlebihan. Hal yang wajar jika Alex ada di rumah sakit karena istri sahabatnya pasti syok, mendengar berita suaminya. Apalagi saat ini sedang hamil. Tari ingin memahami hal itu, namun sisi dirinya yang lain sangat kuatir. Kini tidak ada halangan lagi bagi Alex jika dia ingin meraih hati Lara.Tadinya Tari ingin menanyakan berita tentang Rey, dia akan membahas hal itu setelah mereka bertemu namun rupanya sudah terjawab, Lara berada di rumah sakit pasti karena berita itu. Tari memukul-mukul pelan kepalanya berulang kali."Kenapa kamu masih memikirkan hal konyol seperti itu, sudah jelas-jelas akan menikah kenapa masih cemburu juga." Tari beru

DMCA.com Protection Status