Share

Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola
Penghangat Ranjang Kesayangan Tuan Idola
Penulis: Linilini

01. Petaka

“Pak?!”

Vanesha yang hendak mencuci pakaian terkesiap karena suami sang majikan mendadak di belakangnya.

Pria gendut itu tidak memakai baju, hanya memakai celana pendek saja!

Gadis itu lantas berdiri–mengatur jarak dari sang majikan. Namun bukan menjawab, suami sang majikan  malah tersenyum tanpa tahu malu dan tanpa merasa bersalah.

“Apa yang Anda lakukan di sini?” tanya Vanesha, kembali. Kali ini, lebih menuntut.

Jujur, ia takut sekali sekarang.

“Pijitin punggungku di kamar, ya.” Pria itu mencoba memijat bahunya dengan tangannya ke belakang, seolah pegal. Namun, Vanesha tahu matanya justru jelalatan ke arah gadis itu. “Nanti aku kasih bonus,” ucapnya kembali sambil mengedipkan mata.

“Ma-maaf Pak, tapi saya sedang mencuci pakaian. Dan ini juga sudah sore, saya takut kalau pekerjaan saya belum selesai, tapi Nyonya pulang atau tuan muda terbangun,” balas Vanesha, beralasan.

Selain sang nyonya yang galak, Vanesha butuh uang untuk membiayai pengobatan sang ayah. Belum lagi, ibu tirinya memaksa Vanesha untuk memberikan uang bulanan rumah dan biaya pendidikan sang adik. Tapi, bukan berarti dia akan bersikap murahan pada atasannya ini!

“Akh… jangan khawatirkan itu, hanya sebentar saja, kok. Lagipula, Dody sudah tidur, jadi tidak ada yang mengganggu.”

Pria itu mencoba menggenggam pergelangan tangan Vanesha, tapi wanita itu menarik tangannya sebelum berhasil disentuh.

“Maaf Pak, tapi saya tidak bertugas untuk melakukan layanan pijatan.”

“Ck, hanya sebentar saja, masa kamu gak bisa sih?"

“Pokoknya saya tidak mau! Anda jangan menghalangi pekerjaan saya! Masih banyak kerjaan yang harus saya selesaikan!” ucapnya tegas, pada akhirnya.

“Apa-apaan ini, Vanesha??”

Mendengar suara sang Nyonya, Vanesha dan pria itu sontak menoleh.

Mereka menemukan Astuti ternyata sudah pulang.

“Bu… ka-kamu sudah pulang?” Suami sang Nyonya lebih dulu mendekatinya. “Ini… si Vanesha lagi cuci pakaian, jadi… aku… aku kasih pakaian kotor lain dari kamar, tapi dia… dia gak mau cuciannya bertambah lagi,” bohongnya.

“Apa?”

Serentak, Vanesha dan Astuti berteriak.

“Vanesha! Berani sekali kamu menolak kerjaan? Kau ‘kan sedang mencuci pakaian, apa salahnya menambah cucian lagi? Toh, kamu akan mengerjakannya juga kan?!”

Astuti berkacak pinggang, sedangkan suaminya sembunyi di belakang tubuh istrinya yang besar.

Tangan Vanesha mengepal. Pria itu takut isterinya mengamuk, tapi berani-beraninya dia menggoda wanita lain, dan menyalahkan Vanesha?

Tiba-tiba Vanesha pun teringat dengan cerita ibu penjual ayam yang mengatakan kalau suami Astuti mata keranjang.

Keterlaluan! 

“Bu, maafkan saya. Tapi, bukan karena itu alasannya-”

Vanesha hendak menjelaskan, tapi Suami Astuti sudah berteriak memotongnya, “Vanesh! Kamu tuh ya, kalau dinasehati harusnya nurut! Jangan banyak alasan.”

Tampaknya, dia takut kalau Vanesha mengadu tentang sikapnya pada istrinya yang menakutkan.

Melihat itu, Vanesha merasa muak. Cukup sudah. Dia tak bisa membiarkan ini lagi.

“Bu, Suami Anda yang duluan minta agar saya memijit punggungnya dan saya tidak mau! Bukan karena ada pakaian kotor lagi!” ucap Vanesha, tegas.

Ia bahkan menatap sang Nyonya tanpa ragu.

“Apa?” Astuti melihat suaminya yang gelisah. “Ayah? Kau?!”

Sepasang matanya terbuka lebar, melotot. pada sang suami yang tampak gemetar ketakutan dan menelan salivanya.

Melihat itu, wajah sang Nyonya memerah kala menyadari sesuatu.

Ternyata, suaminya yang kurang ajar!

Tapi, ia tak ingin juga disalahkan.

Masa kalah dengan pembantu?

"Sudahlah! Kalian berdua sama-sama salah!" ucap Astuti pada akhirnya, "Hey Panesh! mulai sekarang, kau tidak boleh bekerja dirumahku lagi!"

"Apa saya dipecat?"

"Pake tanya lagi, ya iyalah! Sekarang pergi dari rumahku! Kau itu pelakor!" tuduhnya tanpa merasa bersalah.

Vanesha menggelangkan kepala tak percaya.

Jelas-jelas, ia menangkap Bu Astuti menyadari kesalahannya. Tapi, bisa-bisanya malah menuduh Vanesha pelakor?!

Ia tidak ingin lagi lanjut bekerja di sana!

"Baik Bu, saya akan pergi. Tapi sebelumnya, tolong bayar upah kerja saya seharian ini, lalu, suami anda memakai uang saya 20 ribu rupiah untuk membeli ayam untuk santapan anak dan suami anda, jadi saya harap anda bayarkan itu," pinta Vanesha pada akhrinya.

Ya, dia hanya meminta hak miliknya.

Namun siapa sangka, bukannya mendapatkan upahnya, dia malah diusir dan cara tidak hormat!

Astuti berteriak begitu kencang sampai beberapa tetangga datang dan menontonnya bak wanita murahan.

Vanesha mengusap wajahnya kasar mengingat kejadian barusan.

Ia pergi tanpa mendapatkan uang sepeser pun.

Padahal sudah malam, belum lagi bensin motornya habis.

Gadis itu  menundukan kepalanya dan terduduk lemas di trotoar, sampai sorot lampu menerpa wajah mungil gadis itu dan membuatnya silau.

“Apa yang kau lakukan di sini?” 

Suara bariton terdengar penuh tuntutan padanya diiringi tatapan tajam dari pria yang begitu tampan?!

Deg!

Ada apa ini?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Lili Liana
lanjut kk.
goodnovel comment avatar
Diandra Firansyah
kasihan bgt si Vanesha. kl itu aku, dah ngomel2 dah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status