Share

03. Merampas uang

Mendengar suara motor yang berhenti di depan rumah, Gema--ibu tiri Vanesha--yang tadinya sedang menonton televisi, langsung keluar dari rumahnya.

Ia jelas tahu itu suara motor siapa: Vanesha!

"Enak banget kamu ya, baru pulang sekarang!" sentaknya sembari berkacak pinggang ketika melihat Vanesha memasuki gerbang rumah.

Tak ia pedulikan wajah Vanesha yang tampak lelah karena belum juga menurunkan standard dari motornya, ia sudah kena omel.

Dengan langkah lemas, Vanesha lantas berjalan masuk ke dalam rumah.

"Hey tunggu! Enak saja kau, baru pulang, main nyelonong masuk saja!"

Dia menarik lengan Vanesha yang hendak masuk, ditarik keluar.

"Bu, aku capek banget, aku mau istirahat dulu--"

Plak!

Sontak Vanesha kaget ketika dia mendapatkan tamparan keras dari ibu tirinya itu. Rasanya perih sampai membekas di pipinya.

Bukannya disambut dengan salam dan pelukan hangat, atau hidangan makanan malam, ia malah ditampar?

Padahal, baru juga dia mendapat tamparan dari mantan majikannya! 

"Apa kau bilang? Capek? Pulang jam 9 malam, dan kau mengeluh capek??"

Dengan berani dan percaya dirinya, Gema membentak dan memarahi Vanesha di depan rumah, sampai para tetangga ikut mendengar dan bahkan ada yang mengintip kejadian.

"Jadi, apa yang Ibu inginkan sekarang?" tanyanya dengan wajah setengah kesal. 

"Minta duit!" Gema menadahkan tangannya.

"Duit? Duit apa Bu?"

"Duit buat beli makanlah! Seharian kau tidak ada di rumah, di luar terus, memangnya kau pikir siapa yang menyiapkan makan malam untuk kami?"

"Ayah juga belum makan?" Vanesha lebih mengkhawatirkan ayahnya daripada ibu dan saudara tirinya itu.

"Kami saja belum makan, masa ayahmu yang penyakitan itu bisa makan?"

Vanesha langsung masuk ke dalam rumah, mendorong tubuh ibu tirinya hanya untuk segera melihat dan bertemu dengan ayahnya. 

Namun, Vanesha terkejut melihat pria kesayangannya itu terbaring lemas dengan kesulitan mengeluarkan suaranya.

"Ayah! Apa Ayah belum makan?" tanya Vanesha dengan wajah panik, membersihkan wajah ayahnya yang berkeringat. Bagaimana dia tidak berkeringat, hampir setiap hari dia 'dikurung' didalam kamar yang sempit, pengap dan gelap. Apalagi, tidak ada selimut, hanya kain tipis.

Bayu Saputra, melihat wajah putrinya. Dia berusaha untuk mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Vanesha, tapi tenaganya tidak bisa. Vanesha menarik tangan ayahnya yang hampir turun itu, dan mengarahkannya pada wajahnya.

Dari pancaran matanya, seakan Bayu ingin mengatakan sesuatu pada Vanesha, betapa tidak beruntungnya nasib mereka berdua.

"Ayah, sekarang, aku akan menyiapkan makan malam untuk Ayah, Ayah tunggu sebentar–”

"Gak perlu masak! Kasih saja uangnya biar beli makanan diluar saja!" potong Gema yang mendadak masuk ke dalam kamar.

Ia kembali menagih uang seperti rentenir padanya.

Karena kamarnya yang pengap, wanita itu masuk sembari menutup hidung dengan tangannya.

Vanesha menahan kesal melihatnya.

Namun, ia tak punya banyak waktu.

Masuk akal jika dia harus membeli makan di luar karena sudah tidak sempat lagi untuk memasak. 

Vanesha pun mengeluarkan selembar uang seratus ribuan dari saku celananya.

Mata Gema yang jelalatan ketika melihat ada uang tiga lembar seratus ribuan, langsung merampasnya dari tangan Vanesha.

"Loh, Bu? Kenapa semua uangnya diambil?"

"Memangnya kenapa? Mau beli makan kan? Nih, kau saja beli, jangan beli lauk yang tidak enak. Beli buat kami semua." Gema hanya memberikan selembar uang seratus ribuannya saja dari tiga lembar.

"Bu, kenapa Ibu hanya kasih ini? Kembalikan semua uangnya Bu!" ketika Vanesha ingin menarik uangnya, Gema menjauhkan tangannya seakan tidak mau uang itu direbut.

"Bu! Itu uang yang aku pinjam, berikan padaku!"

"Berani sekali kau berteriak padaku! Ini kan salahmu karena tidak kasih kami makan! Uang ini, biar aku yang pegang. Toh besok kau kerja dan gajian lagi kan?"

"Hah..." Vanesha menghelakan napasnya, rasanya energinya terkuras lemas, "Bu, aku dipecat. Aku tidak diijinkan untuk bekerja disana lagi. Dan uang itu–”

"Apa kau bilang?? Dipecat??" Lagi, Gema memotong ucapan Vanesha.

Namun, kali ini suaranya begitu keras, hingga membuat Vanesha sampai menutup telinganya. Dia khawatir ayahnya juga terganggu dengan suara itu.

"Dasar kau ini ya! Kerja cuma sehari, dan kau bilang dipecat? Padahal dapat gaji tiga ratus ribu, dan kau tidak mau kerja lagi?"

"Bu, itu bukan dari gajiku hari ini. Aku gak digaji Bu. Uang itu aku pinjam. Jadi, bisa kembalikan uangnya Bu?"

Bugh!

Kali ini, Gema memukul punggung tangan Vanesha ketika tangan itu mendekatinya lagi untuk meraih uangnya. “Yang sudah di tanganku, jangan harap kau minta lagi!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
UmiPutri
the best, yu mampir, pokoknya asyik
goodnovel comment avatar
Diandra Firansyah
ih, ibu tirinya nyebelin bgt ya. semoga ayah dan vanesha bs lepas dr si tiri2 itu. thor, jgn lama2 si Vaneshanya tersiksa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status