Share

Penghancur Dunia Magis
Penghancur Dunia Magis
Penulis: Jaeminia_

1.

"Archie Anantaboga." 

Kerumunan mulai berbisik kecil, mata mereka mulai mencari sosok yang dipanggil oleh seorang pewawancara perempuan bertubuh kurus kering dengan kacamata kotak yang kini sibuk membaca selembar kertas yang berisikan data diri Archie Anantaboga dari atas sebuah panggung lingkaran dengan jari-jari sekisar 2 meter.

"Bukankah dia yang kemarin membuat keributan di Rumah Bordir Aneka Bunga?" 

"Jadi dia yang membuat keributan di tempat itu?"

"Dia bahkan mengancam nona Lizzy, maskot dari Rumah Bordir itu untuk menemaninya tidur!" 

"Astaga! Tak kusangka dia orang yang seperti itu." 

Para wanita dan pria yang berusia sekitar 30 tahunan itu bergosip dengan suara yang cukup kencang seakan sengaja agar orang disekitarnya dapat mendengar perkataan mereka. 

Rumah Bordir Aneka Bunga adalah Rumah Bordir kecil yang terletak di salah satu kecamatan paling luar Ibu Kota Tajara, Rabota-Kecamatan paling kecil, kumuh, dan kotor tapi padat penduduknya. Penduduk di  kecamatan Rabota sendiri bahkan melebihi kecamatan-kecamatan lain yang luas wilayahnya lebih luas dan letaknya lebih dekat dengan menara kota. 

Tak heran, permukiman di sini sangat sempit dan lembab. Harga rumah memang tak semahal rumah-rumah di kawasan elit-daerah yang dekat dengan menara kota-namun harganya sudah bisa membuat orang rela menjual diri, organ, nyawa, bahkan darah dagingnya sendiri untuk memiliki tempat tinggal.

"Archie Anantaboga tidak datang? Cling..." Suara microfon berdenging kencang, membuat orang-orang sontak menutup kedua kupingnya. 

Ditengah-tengah bunyi dengingan itu, seorang pemuda dengan paras tampan dengan senyum tipis memikatnya itu berjalan ke atas panggung dengan penuh percaya diri. Di tangannya, terdapat rubik berukuran 4×4 yang tampak sudah terselesaikan dengan rapi. Sesekali, melemparkannya  ke udara dan menangkapnya lagi. 

Lelaki itu tersenyum tipis ketika melihat lautan manusia yang kini tampak tak berdaya itu. Matanya kini menatap perempuan berkaca mata kotak yang berdiri tegak dihadapannya dengan tatapan penuh rasa benci, dan kesal. 

Bukannya terintimidasi, lelaki itu malah menoleh ke kanan dan kiri, memastikan apakah perempuan itu tengah menatapnya atau tidak. Ketika menyadari bahwa perempuan itu tengah menatapnya, Archie tersenyum tipis. Ia mengangkat tangan kanannya setinggi dada dengan telapak tangan yang mengarah ke perempuan itu. 

"Saya Archie Anantaboga."

Tatapan tajam perempuan itu masih tak kunjung hilang. Sejujurnya, Archie tampak cukup kecewa dengan reaksinya. Selama ini, tak ada perempuan yang gagal ia taklukkan dengan senyum tipis nan menariknya ini. Tampaknya, rekor dirinya atas gelar 'penakluk wanita' harus ia lepaskan karena perempuan yang tampak bertahun-tahun lebih tua dihadapannya ini tampak sama sekali tak tertarik kepadanya.

Perempuan itu memilih duduk di kursi yang tadi ia duduki ketika suara dengingan itu menghilang. Pandangan semua orang kini tertuju kepada Pemuda berusia 15 tahun dengan tinggi 170 centimeter dan berat 57 kilogram. Parasnya memang mempesona, fitur dan garis wajahnya tampak tajam dengan bibir merah muda yang tipis. Jangan lupakan senyuman tipisnya yang membuat pesona lelaki itu tampak berkali-kali lipat. Semua orang yang menatapnya akan secara tidak langsung jatuh cinta dan tak bisa menarik pandangannya. 

Semua itu akan terjadi jika badannya tak berlumuran lumpur, rambutnya tak sekeras batu karena lumpur yang sudah mengering, dan wajahnya tak tampak bonyok sehabis dipukuli. 

Kerumunan kembali berbisik, mulai melayangkan konspirasi dan kemungkinan atas peristiwa yang terjadi. Ada yang mengatakan bahwa ia sehabis dipukuli oleh kekasih gelap Lizzy, ada juga yang mengatakan bahwa ia dipukuli oleh orang-orang kepala camat karena telah memikat putri semata wayang Sang kepala camat. Tapi lucunya, ada yang bergunjing bahwa sebenarnya ia dipukuli karena menggoda lelaki. 

'Ayolah! Parasku memang sangat menarik namun aku tak tertarik dengan lelaki!' batinnya.

Perempuan berkacamata kotak itu berjalan mendekatinya dengan sebuah pedang silver yang diukir dengan corak naga dan ular di gagangnya. 

Dengan cepat Archie berlutut lagaknya seorang ksatria seperti yang dilakukan oleh peserta lain. Perempuan itu mengarahkan pedang digenggammannya ke leher Archie, berkata dengan lantang, "Peserta nomor 13705 Archie Anantaboga, apa kau bersedia mengikuti proses pemberian bakat yang diselenggarakan oleh menara kota?" 

"Saya bersedia."

"..."

Archie mendongak ke arah wanita itu, bukankah sekarang adalah saatnya bagi wanita itu untuk menurunkan pedangnya dan memberikan sebuah papan nama yang berfungsi sebagai tanda pengenal agar ia dapat mengikuti acara pemberian bakat yang diselenggarakan oleh menara kota kepadanya?

Belum sempat Archie meneliti ekspresi wajahnya, wanita tersebut sudah terlebih dahulu menurunkan pedang dan melempar papan nama ke arahnya. Wanita itu membalikkan badan, "Semoga kau ***." 

Archie menatap punggung wanita itu dengan ekspresi bingung. Ia jelas yakin kalau wanita itu mengatakan sesuatu hanya saja ia tak dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan olehnya.

Archie mengambil papan nama dari lantai dan berdiri. Papan nama itu diggenggamnya erat, sembari menatapnya dengan tatapan penuh tekad. 

Acara pemberian bakat, adalah acara besar setiap 5 tahun sekali yang diselenggarakan Menara Kota. Menara kota sendiri adalah sebuah kelompok kecil yang terdiri atas perwakilan dari keempat kecamatan besar yang tinggal mengelilingi menara kota. Mengingat acara ini diadakan setiap 5 tahun sekali, setiap tahunnya peserta yang mendaftar mencapai ratusan ribu orang yang membuat proses seleksi berlangsung ketat.

Proses seleksi dipimpin dan berlangsung secara bergantian setiap 5 tahun oleh keempat kecamatan besar yang tinggal mengelilingi menara kota. Dari total 17 kecamatan dan ratusan ribu peserta, mereka yang bisa mengikuti Proses Pemberian Bakat hanyalah 20 orang.

Yang artinya, proses seleksi tak luput dari permainan kotor dan pertumpahan darah. 

Namun, hari dimana diumumkannya acara 'Proses Pemberian Bakat oleh menara kota' akan diselenggarakan, akan ada sebuah undian mirip seperti mesin lotre untuk mengundi kecamatan mana yang mendapatkan kesempatan untuk mengirim penduduknya tanpa seleksi ke menara kota. 

Inilah alasan mengapa tubuh Archie kini tampak kotor dan tak terurus. Kecamatan 13 yang merupakan kawasan tempat tinggal Archie adalah kecamatan yang memenangkan hak spesial tersebut. Sejak kemarin, tanpa kenal lelah, ia berduel dengan orang-orang yang ingin mendapatkan hak khusus kepala camat. Lalu, apa alasan dia berdiri di panggung hari ini? Hal ini karena dia adalah orang yang mendapatkan kesempatan istimewa untuk mengikuti acara Pemberian Bakat tanpa seleksi. 

"Pak tua, aku tak akan mengecewakanmu." ucapnya penuh tekad.

Ia yakin dan percaya. Mulai esok, saat dia sampai di menara kota, saat ia berhasil mendapatkan kekuatan magis dari menara kota, saat itulah dia akan menjadi lebih kuat dan meninggalkan kecamatan kumuh ini.

Beberapa hari yang lalu, dia hanyalah pemuda malas yang gemar mencari kesenangan. Pikirannya hanya terfokus kepada wanita, dan bersenang-senang. Pikiran itu muncul karena mau bagaimana pun juga, mau seberapa keraspun ia berusaha, ia tak akan pernah bisa menginjakkan kakinya ke kecamatan-kecamatan yang berada dekat dengan Menara Kota-menara yang selama ini hanya bisa ia saksikan dari jauh. 

Sekarang berbeda. Saat ia mendegar bahwa kecamatannya lah yang terpilih untuk mendapat hak istimewa, dengan penuh keyakinan dia yakin bahwa dewa dan dewi ingin dirinya berubah menjadi lebih baik dan berguna. Impiannya untuk berada dekat dengan Menara Kota yang Agung, kini bukan sekedar mimpi di siang bolong atau mimpi di malam penuh bintang lagi. 

Dia. Archie Anantaboga. Pemuda 15 tahun yang bertekad merubah takdirnya.

Tbc...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status